Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Berbuka puasa dengan kaleso Airmata

Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007

"MARI pak, bu, kaleso dengan satai masih hangat," kata ibu Sidin, pedagang makanan yang menempati bagian paling timur dari deretan gerobak pedagang bertuliskan "Jajan Airmata", di kilometer nol di jantung Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sambutan serupa kepada setiap orang yang melintas di Jalan Ir. Soekarno itu juga dilakukan puluhan penjaja makanan menggunakan gerobak dorong yang dijejer rapi.
Pemerintah Kota Kupang menempatkan pedagang makanan itu sejak 1994/1995. Pada mulanya, para pedagang hanya menjual makanan ringan, terutama berbagai jenis kue seperti wajik, kue lapis, dan serabi.
Berbagai jenis kue itu menjadi jajanan utama setiap petang hingga malam hari yang dijajakan para pedagang asal Kelurahan Airmata.
Airmata merupakan kelurahan dengan penduduknya sebagian keturunan Arab, yang masuk ke Timor sebagai pedagang pada abad 17, sekaligus awal masuknya Islam di Pulau Timor.
Ketika memasuki Ramadan, semua pedagang selalu menyediakan satu jenis makanan khas Airmata, yakni kaleso, yaitu makanan yang terbuat dari beras dengan kemasan dan pengolahan khas.
Menurut ibu Sidin, mengolah kaleso dimulai dengan membersihkan beras yang kemudian dimasukan ke dalam potongan janur yang telah ditekuk menjadi tiga bagian. Beras yang telah dicuci bersih, dicampur dengan bumbu atau juga dengan santan kelapa dan dimasukkan ke dalam janur.
Tekukan janur pertama dilipat ke tekukan kedua, sehingga membentuk penampang terbuka untuk menampung beras yang telah dicampur berbagai bumbu. Sementara tekukan ketiga dilipat sebagai penutup, sebelum diikat dengan benang atau tali.
Pada dua ujung potongan janur itu, lidinya dibiarkan lancip sebagai tempat melilit benang, untuk kemudian dilingkarkan pada seluruh badan kaleso. Beras yang telah dibungkus janur itu kemudian dimasak sekitar 45 menit untuk mendapatkan kaleso yang benar-benar matang.
Ketika kaleso siap dijajakan di pinggir jalan, maka satai kambing lah yang selalu disandingkannya sebagai lauk. Dua jenis makanan itu kemudian menjadi ciri Jajan Airmata setiap memasuki bulan puasa.
Karena itu, pengunjung wisata kuliner di Jajan Airmata pada bulan Ramadan, selalu menjadikan kaleso dan satai kambing sebagai utama.
Menurut Halima Binti Talib, pedagang yang menempati bagian tengah lokasi itu, kaleso memiliki cita rasa khas karena ketika direbus daun janur muda mengeluarkan sari daun kelapa dengan aromanya yang kental yang meresap ke bahan di dalamnya.
Apalagi, sebelum beras dimasukan ke dalam tekukan janur, terlebih dahulu direndam dengan santan kelapa, membuat rasa kaleso mirip nasi uduk.
Sementara untuk satai kambing, para pedagang Airmata lebih memilih racikan khas dengan rasa pedas sedang. Rasa seperti itu memancing setiap penikmat kaleso-satai selalu rindu ingin kembali ke Jajan Air mata.
Buka puasa
Demikian menariknya jajanan kaleso dengan lauk satai kambing, sehingga kawasan di depan Kantor Bupati Kabupaten Kupang itu menjadi tujuan wisata kuliner bukan hanya oleh mereka yang berpuasa.
Warga yang bukan beragama Islam pun berbondong-bondong membeli kaleso dan satai kambing, baik untuk disantap di tempat maupun untuk oleh-oleh.
"Kalau bulan Ramadan kita bikin kaleso yang banyak karena peminat juga banyak," kata Nurhayati sambil melayani serombongan orang yang berbiacara dalam dialek Jakarta.
Kaleso dijual dengan harga Rp 10.000 per ikat (satu ikat berisi tujuh kaleso), sementara satai kambing dijual dengan harga Rp 5.000 per tujuh tusuk.
Sebelum krisis moneter, kaleso dijual dengan harga Rp10.000 per 10 kaleso, namun peningkatan harga bahan baku memaksa para pedagang harus menyiasatinya dengan mengurangi jumlah kaleso dalam satu ikat. Mula-mula diturunkan dari 10 ke delapan dan kini jadi tujuh.
Daya tarik kaleso bisa dilihat dari deretan mobil berbagai merk yang diparkir tepat di depan deretan Jajan Airmata sejak pukul 16.00 wita. Ada yang hanya duduk-duduk menunggu beduk buka puasa, sementara yang lain memboyong kaleso untuk berbuka puasa di rumah.
Bagi para musafir, berbuka puasa dengan kaleso Airmata adalah pilihan yang tepat, karena tidak jauh dari lokasi itu terdapat Masjid Raya Nurusa'adah Kupang.
Sementara bagi mereka yang ingin berbelanja, bisa berjalan ke arah terminal Kota Kupang sekitar 60 meter untuk menjangkau pertokoan di Jalan Siliwangi yang menjadi tempat teramai di Kupang, atau sekadar duduk-duduk di pantai menyaksikan matahari terbenam dan lalu lalang perahu nelayan yang tengah melaut.
Keberhasilan pedagang Airmata menjajakan aneka kuliner di Jalan Soekarno, menurut seorang pengunjuung, karena letaknya sangat sttrategis. Jalan Soekarno dilalui semua angkutan kota di Kupang, sehingga semua warga kota dan para musafir mudah menjangkaunya dari berbagai arah.
Tempat di mana para pedagang Airmata membuka usaha kuliner memang minim fasilitas. Mereka hanya bernaung di bawah kemegahan langit Kupang sejak sore hingga malam hari, sementara para pembeli menikmati semua jenis makanan hanya dengan duduk pada bangku sederhana.
"Tempat ini sangat strategis untuk kita datangi, bisa untuk tempat santai keluarga sebelum sholat tarawih," kata Abdullah Landimuru, warga Kupang keturunan Bugis Sulawesi Selatan yang mengaku selalu membawa keluarga menikmati kaleso. (asis tokan/Antara)

Tidak ada komentar: