Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

50 Ton beras bantuan rawan pangan

Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT, 8-15 Oktober 2007

WAINGAPU, SPIRIT--Wakil Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, mengatakan, untuk mengantisipasi rawan pangan di Kabupaten Sumba Timur, Pemerintah Propinsi NTT telah menambah 50 ton beras. Selain itu, masih ada kewenangan bupati untuk mengeluarkan beras sebanyak 100 ton dari Bulog yang sampai saat ini belum dimanfaatkan.
"Meski semua kecamatan di Sumba Timur 'merah' (berisiko rawan pangan), namun sejauh ini belum ada laporan adanya kelaparan yang masuk ke pemerintah," katanya di Waingapu, Senin (1/10/2007). Gidion mengakui, ancaman rawan pangan di daerah itu terjadi karena curah hujan tahun 2006/2007 yang tidak memadai.
Gidion menerangkan, ada tiga indikator yang digunakan dalam SKPG. Ketiga indikator itu yakni jumlah KK miskin, prevalensi gizi balita, dan ketersediaan pangan. Menurut Gidion, indikator yang ada sulit untuk mengukur ketersediaan pangan dan gizi masyarakat.
"Kalau kita pakai indikator jumlah KK miskin, berarti seluruh daerah di Sumba Timur kekurangan pangan karena hampir semua kecamatan merah. Padahal kevalidan data KK miskin di Sumba Timur hingga kini masih diragukan," jelas Gidion.
Dia mengatakan, sebelum adanya program BLT, jumlah KK miskin di Sumba Timur hanya 42,4 persen. Namun sejak ada program BLT, jumlah KK miskin naik drastis menjadi 76,6 persen. "Dalam waktu dekat pemerintah akan melakukan validasi data KK miskin. Kami akan minta data di BPS dan menggelar kembali data-data yang ada. Apakah benar jumlahnya sebanyak itu? Gelar data ini dalam rangka menyesuaikan jumlah KK miskin yang terdata dengan jumlah sebenarnya di lapangan. Dengan cara ini kami tahu KK miskin itu ada di mana," demikian Gidion. *

1 komentar:

F I R D A U S mengatakan...

®(MERUBAH NTT)KETIKA DEMOKRASI MENJADI DE MARKASI antara DERMA KASI - DERMA KISAH NTT HARUS BERUBAH PERUBAHAN BUTUH:MODAL-MODEL-MODUL dan MODUS dan MUARANYA




MAYJEND(Purn) Marinir BENY BALUKH (Om BB) dan USMAN ABUBAKAR(Bung Jhony). PAKET (BIJAK-Be Jack)

(SOLUSI NTT MEMBANGUN MASA DEPAN)





Segala aspek pembangunan baik itu dari pusat sampai ke daerah tetap dilandasi pada UUD45 dan Pancasila yang terdivergensi pada beberapa aspek dan tonggak pokok Ideologi,sosial,ekonomi,politik,budaya,hokum dan HAM.Bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai gotong royong sebagai sari dari kehidupan sosial,sikap politik yang bebas aktif serta ekonomi yang pro-rakyat/ekonomi kerakyatan,budaya yang berbasis kearifan local,penerapan hokum yang bersih dan berwibawa,pertahanan keamanan yang mampu melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta penerapan HAM secara baik dan benar.

Dalam implementasinya di lapangan (di NTT) sampai dengan saat ini tampak terkendala akibat berbagai factor termasuk akibat lemahnya program dan implementasi riil karena serta lemahnya figure kepemimpinan yang cenderung defensive(bertahan).Bersikap “DIAM

/NO COMMENT”(atau tidak paham apa yag harus dilakukan) sebagai salah satu bentuk pernyataan sikap/respons terhadap public/rakyat nyata sekali telah menjadi opsi aman tanpa resiko.Mengambil/menempatkan diri pada “ZONA NYAMAN” dalam berinteraksi dengan rakyat telah menjadi inhibitor/penghambat arus informasi dan faliditas pelaksanaan kebijakan di daerah ini sehingga kedepannya dari-hari kehari permasyalahan pembangunan akan menumpuk dan membebani aparat pelaksana birokrasi/birokrat,pada fase inilah akan terjadi bargaining power/position /jalan pintas yang dianggap pantas melabur tembok birokrasi dengan kecerdikan menyusun pertanggung jawaban pada public yang nota bene sedang sekarat (kelaparan) dan hidup terjebak menunggu kemurahan “derma”.



Pemimpin NTT ke depan harus sudah dapat melepaskan rakyatnya dari jeratan “derma”tentu dengan program yang membumi.Semua proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat : sederhana,,ekonomis,praktis dan harus dapat ditiru.Cita-cita membentuk masyarakat NTT yang baru akan dilakukan dengan masyarakat yang lama dan “FIGUR”pemimpin sebagai kondutor merupakan “key factor” bagi sukses/tidaknya program itu. Kata-kata /kalimat sloganistik yang berbau “janji” yang membius, secara serampangan telah digunakan oleh para pemburu kekuasaan.Membius rakyat dengan cara buas demi kepentingan sesaat, sering digunakan sebagai modus operandi para pemburu kekuasaan guna menjinakkan hati rakyat yang terlanjur “sakit hati”. Pembiaran /membiarkan rakyat berkelahi dengan nasib tanpa ada wasit yang mencoba melerai dan mencoba memberikan solusi,sungguh ini hanya akan membawa citra buruk pada birokrat/pemimpin yang cenderung menempatkan posisi/memposisikan diri sebagai “penguasa/priyayi”dan bukan pelayan dan melayani rakyat.



Menurut data BPS Prov NTT 2005,jumlah keluarga/RT di NTT yang meliputi 15 kabupaten dan 1 kota sebanyak 952.104 rumahtangga .Sedangkan total jumlah rumahtangga miskin sebanyak 554.015 dengan persentase rata-rata angka kemiskinan mencapai 58,19 persen (%).Tiga kabupaten dengan angka persentase rumahtangga termiskin berturut-turut sbb: Kabupaten Sumba Barat (80,61%),urutan kedua Kabupaten Kupang (79,66%),diikuti Kabupaten Rote Ndao (77,76%).



Bila ditinjau angka kemiskinan per kawasan/per pulau (Flobamora) maka tampak kontradiksi sbb:Pulau Sumba tercatat sebagai Pulau dengan angkadengan persentase rumah tangga termiskin di NTT (76,13%),urutan ke dua Pulau/kepulauan Alor (62,18%),urutan ketiga Pulau Timor (60,42%) dan pulau Flores tercatat sebagai pulau yang terbebas dari stigma “miskin”(melampaui persentase target pemberantasan kemiskinan tahun 2010 yakini minimal 50 %).Strategi pemberantasan pemberantasan kemiskinan tampak mengalami kepincangan.Ini harus menjadi perhatian utama gubernur terpilih periode 2008-2013,untuk sesegera mungkin memangkas kemiskinan yang mendera rumahtangga di 3 pulau besar lainnya.

Secara keseluruhan , rata-rata persentase angka kemiskinan rumah tangga di NTT masih sangat besar (58,19%). Sumbangan prosentase rumahtangga miskin terhadap total jumlah keluarga/RT di NTT tertinggi adalah kabupaten manggarai(7,31%) dan urutan kedua kabupaten Sumba Barat (6,99%). Kota Kupang menempati urutan ke -7,sedangkan kabupaten terendah,kabupaten Lembata(1,38%). Faktor jarak/jauhnya dari sumber kekuasaan/pemerintahan tampak tidak terbukti memberi pengaruh pada angka kemiskinan. Sehingga factor penyebab kemiskinan yang telah coba diidentifikasi pemda,nyata tidak terbukti. ………Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dan modal dasar dalam pemberantasan kemiskinan harusnya dapat dijadikan instrument dasar dalam pemberantasan kemiskinan dalam arti dan maksud yang lebih luas.Kita membutuhkan pahlawan-pahlawan rumah tangga yang beban utamanya tertanggung pada kepala keluarga.Terobosan dan pemberdayaan lembaga perkawinan/institusi lainnya yang mendukung berdiri tegaknnya suatu keluarga akan diberikan solusi yang bertanggung jawab dengan cara meningkatkan peran dan akses yang lebih nyata.Sehingga pada tahab dua akan melahirkan pahlawan kemiskinan di tingkat RT/RW,desa,kecamatan,kabupaten,propinsi dan syukur-syukur akan dapat melahirkan pahlawan pemberantas kemiskinan di tingkat nasional.Kuncinya,melahirkan “PROTOTIPE/MODEL” pahlawan pemberantas kemiskinan disetiap level.Renumerasi sebagai stimulan atas usaha tersebut akan di berikan dengan prosedur yang masuk akal.



Angka persentase rumah tangga kemiskinan yang bombastis tersebut sampai dengan saat ini masih mengandung kontroversi (hanya ditingkat BIROKRASI),sedangkan ditingkat masyarakat luas ini dianggap sebagai fakta.Statement birokrat/penyelenggara birokrasi di tingkat elit tampak kebakaran jenggot karena birokrat merasa selalu dipojokkan/salahkan/dipersalahkan.Perang opini antara “peme rintah” dengan “yang diperintah” (rakyat) sampai dengan saat ini tak kunjung selesai,sementara usaha pemberantasan kemiskinan berjalan ditempat,karena pemda terpancing untuk lebih getol memadamkan opini miring dari pada kerja nyata. Publik tidak di bisa dikerjain lagi dengan pola pemimpin yang hanya ungkapan wacana belaka,tanpa menyentuh kebutuhan public (kemiskinan),apa yang rakyat mau/butuh. Figur cagub (NTT) :“ apakah hanya mencari kekuasaan,presetise,kedudukan,kekayaan atau perlindungan?”Publik sudah dapat melihat sendiri hasilnya.Anehnya telah merasa gagal (tanpa hasil),tapi masih mau menjadi pemimpin.Menggunakan pola2 lama,bagaimana mempengaruhi (uang)untuk butuh dukungan,hambur2 uang rakyat demi kekuasaan, tabrak sana sini cari dukungan, gerakan bawah tanah ke parpol,membuat yayasan2 untuk kepentingan sesaat, demonstrative kekayaan depan public,semuanya hanya demi kekuasaan semata. Yang rakyat rasa dan lihat adalah hasilnya, bukan wacana yg tanpa kejujuran. Sudah saatnya NTT dipimpin oleh figure yg bersih,tidak/belum terkontiminasi dengan kepentingan2 sesaat yang secara nyata telah terlihat sangat2 jelas di bumi NTT.

Semua ini menjadi tanggung jawab semua strata di NTT,ya Parpol,tokoh2 budaya/Agama,unsur pemuda, Akademisi,dll. Parpol jangan hanya melirik siapa yang punya uang dan siapa yang tidak memberikan uang untuk calon Gubernur (termasuk bupati), tapi melihat mempelajari secara mendalam dengan hati yang bersih siapa calon yang benar,sehingga tanggung jawab ke public menjadi jelas. Yang pasti NTT harus berubah,tapi factor utama adalah pemimpin yang berani dan secara real punya nilai2 terobosan. Pandangan penulis,rakyat (yg dipimpin) tidak salah (tidak mau dikerjain lagi),tapi kalau gagal pasti pemimpin yang salah.



Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan di NTT.Masalah ekonomi,structural,situasional,politik dan sosial. Faktor ekonomi meliputi (1) Pendapatan perkapita masih rendah;ini tidak dapat dijadikan alasan ”mengapa?”, ini hanya akan memberi kesan bahwa gubernur terdahulu/pendahulu hanya mewariskan kemiskinan (dosa warisan) dan ketidak sukses.Hal ini kontradiktif dengan tekad pembangunan yang telah dan berkesinambungan selama ini. Pembelaan diri oleh para “juaragan birokrat” ini sepantasnya harus segera di akhiri.Pertanyaan yang lebih pantas untuk dapat direnungkan adalah “MISKIN KARENA PERKAPITA RENDAH atau PERKAPITA RENDAH KARENA KEMISKINAN”.(2)

(2) Tingkat Pengangguran yang tinggi :Untuk hal ini berlaku alasan yang sama dengan poit satu di atas. (3).Ketergantungan pada sector pertanian: Ketergantungan ini telah berlangsung begitu lama (ratusan tahun) namun ketergantungan pada sector ini tidak pernah memberikan solusi pada penurunan angka kemiskinan.Propinsi NTT telah ratusan tahun “menitipkan nasibnya”pada kedigdayaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Memang NTT tercatat pernah mengalami masa ke-emasan dari hasil kehutanan dan peternakan yang membawa harum nama daerah ini diseantero dunia,namun seiring dengan semakin tergerusnya potensi dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan potensi pertanian yang di perparah lemahnya Sumber Daya Manusia pengelola maka harapan untuk segera keluar dari barikade dan jebakan kemiskinan menjadi tinggal “mimpi”.Komoditi kemiri, kenari, kuda, sapi, kerbau, kayu cendana pernah mengharumkan nama bangsa dan Negara. Saat ini secara perlahan tapi pasti kedigdayaan ini siambil alih oleh daerah lain (Propinsi Gorontalo yang getol mengembangkan potensi ternak dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia dengan “Bhadawi Farmnya”). Bagaimana propinsi muda ini dalam waktu relatif singkat memacu pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sang Figur Pemimpin serta sistim penyelenggaraan pemerintahannya yang dikenal dengan nama “GOVERMENT ONLINE” sampai ke tingkat daerah. Ini merupakan jawaban tuntas terhadap resiko birokrasi karena peran serta public akan menjadi factor penentu pembangunan.

Hal yang kurang lebih mirip akan dilakukan Figur “BB Cs” di NTT tentu dengan beberapa penyesuaian. Potensi kelautan dengan teknologi tepat guna akan dijadikan salah satu titik perhatian utama pembangunan di NTT kedepan.Laut harus menjadi “lumbung“ pangan.Eksplorasi dan eksploitasi hasil laut dengan dukungan infrastruktur yang akan di bangunan akan disinergikan dengan potensi market dalam dan luar negeri setelah kebutuhan utama rakyat terlayani dengan baik.

Saat BB (Beny Balukh)ditanya hal ini, dengan santai dan yakin BB berucap RAHASIA ADA DI LAUT.Ketika penulis lebih jauh memburu statement tersebut kembali beliau mengatakan “rahasia itu akan diaplikasikan pada saatnya ketika saya diberi kepercayaan untuk memimpin NTT”.Tidak puas dengan pernyataan itu kembali penulis melontarkan pertanyaan “janji kandidat biasanya lagu lama,apa yang baru dengan ide bapak tersebut?”.BB segera menyergap penulis dengan pernyataan “Membangun NTT tidak cukup dengan janji bahkan sumpah sekalipun,namun yang lebih mulia dari pada itu maukah kita, pemimpin,calon pemimpin dan juga rakyat siap ber- “NAZAR” untuk NTT????” ia balik bertanya. “NAZAR,itu janji terhadap Tuhan secara pribadi,bila kita ingkar janji dan sumpah maka Tuhan tidak butuh saksi untuk menghukum kita karena ingkar kita,saya siap untuk itu”, ujarnya sembari menatap penulis dengan tajam.Lebih lanjut ia mengatakan “setiap kita memiliki saham dan harus memberikan saham bagi kemajuan daerah,pemimpin memberi contoh dan tauladan”kilahnya.Lebih lanjut penulis bertanya,apa pendapat bapak mengenai korupsi/koruptor,khususnya ?.”Bung Max sendirikan telah sering kali saya dengar meneriakkan slogan anti korupsi yang sangat menggelitik kita dan saya sependapat dengan itu”.Maksudnya Tidak ada kata IMUN-AMAN-IMAN-IMAM-AMIN untuk korupsi/koruptor.Lebih lanjut BB mencoba menjelaskan slogan itu dengan interpretasinya sendiri,katanya “ IMUM itu artinya tidak ada yang akan KEBAL hukum bila nyata melakukan perbuatan korupsi,AMAN artinya :Pelaku korupsi takkan aman,pasti akan diburu hukum dunia dan hukum Tuhan,IMAN artinya : perbuatan korupsi jangan sampai membudaya sehingga itu nantinya bukan hanya dipercaya dan di yakini tapi terlebih meng-IMANInya,ini harus dicegah. IMAM artinya kegiatan korupsi ini biasanya dilakukan secara berjemaah/kelompok dan ini biasanya ada komandannya/ biang keroknya,IMAMnya merupakan target utama kita.Nah yang paling berbahaya bila semua aparat birokrasi/birokrat sudah merasa korupsi ini merupakan perbuatan yang BENAR/MEMBENARKAN alias AMIN/meng AMINkan maka kita sudah siapkan MODUS khusus untuk memberantas ini semuanya,tentu bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga/ institusi terkait dengan tetap menempatkan masyarakat/publik dalam posisi yang “enjoy” sebagai pemantau dan pelapor aktif dan efektif.

Sampai dengan saat ini Tipologi korupsi di NTT memang tidak jauh beda dengan modus korupsi umumnya(di daerah lainnya di Indonesia) namun memang ada beberapa ciri khas/modus yang harus dipersiapkan terkait pencegahan dan memburu para koruptor”. Penulis lebih lanjut bertanya ,“bagaimana agar perburuan tersebut dapat tepat sasaran dan yang paling penting bisa membawa hasil ?” . “Yah,tentu kita akan memilah-milah dan harus bisa membedah-bedah masalah sesuai peta-peta korupsi yang telah sedang kita susun,koruptor kan pinter-pinter,mereka tau pintu masuk dan pintu keluar, jadi mana DOMBA mana SERIGALA,agar serigala tidak memangsa DOMBA maka penting SERIGALA BUAS tersebut di beri KANDANG / DIKANDANGKAN, dengan demikian pembangunan pasti akan berjalan sesuai dengan rencana”. Lebih lanjut BB menjelaskan bahwa sangsi adat-sosial/sikon dari masyarakat/ publik tidak kalah ampuhnya.Ini akan mempersempit ruang gerak para koruptor dari hari-kehari. “Apa bedanya penyelesaian secara ADAT?”, tanya penulis. Dengan tangkas ia kembali bertutur ,“Penyelesaian dengan cara ADAT itu maksudnya bukan dibelakang tapi di DEPAN hukum dan transparan,bila terbukti tidak bersalah yah harus dibebaskan dan segera dipulihkan nama baiknya juga nama keluarganya.Kita di NTT kah kental dengan adat,dan adat kita kan tidak kalah dan dapat berperan sebagai modal-model-modul dan modus kita membangun Flobamora“.”Adat, asasinya tidak mendidik kita untuk korupsi,kalau boros bisa yah.Ada beberapa upacara adat yang bila ditinjau dari sudut ekonomi apalagi ditengah era global yang menuntut segala sesuatu serba harus efisien, maka dugaan itu akan ada banyak benarnya, jadi jangan di balik.” ia menekankan.

Ada fakta lapangan yang telah hidup ratusan tahun yang sekarang ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat terkait sikap boros ini,khusunya di bidang perdagangan.Sementara penulis bersiap-siap melontarkan pertanyaan berikut terkait “prilaku dagang di NTT” ,penulis mencoba mencuri pandang,dan tampak jelas walau sekilas,kalau ia menguasai masalah.

Wajahnya tidak tampak tegang,namun santai tapi tepat dan terarah. “Apa yang bapak ketahui perihal perdagangan di kampung kita,maksud saya NTT”. BB kembali dengan sigap (maklum,BB ini sosok pemimpin yg lugas/tegas, gumamku dalam hati),”Ada hal yang penting terkait perdangangan di kampung kita, bicara dagang maka “ukuran/takaran/timbangan” yang merupakan mekanisme normal biasanya di tempuh sebagaimana biasanya di daerah lain. Istilah KILO KURANG atau KILO PAS masih dikenal di kampung kita sampai hari ini.Kesepakatan antara pembeli dan penjual alias “sama-sama tau/sama-sama mau””. Lebih lanjut ia kembali menuturkan salah satu kisah nyata “

si penjual ikan akan menjual ikannya keliling kampung,tentu den

gan harga mahal,maklum masih pagi.

Namun setelah keliling kampung akhirnya kembali ketempat semula dan matahari sudah di atas ubun-ubun,ikanpun “dijual urah”. Juga ada kisah lainnya “barang dagangan “jangan coba di tawar”.Harga tidak bakalan turun

,lebih baik dagangan (misalnya ikan) dibiarkan terpanggang di

panas teriknya matahari daripada di beli murah dan si empunya barang dagangan angkat kaki, pulang ke rumah”. Sungguh daya ingat beliau ini masih tajam dan kritis (konstruktif) kataku dalam hati.Lebih lanjut ia berseloroh “Telur membawa dan ada kehidupan di dalamnya namun bila seekor sapi/kuda menjadi takaran dan tukarannya hanya karena kita enggang membahasakan “NIAT” secara langsung dan lebih memilih berbahasa lewat “simbol” adat itu tentu tidak ada salahnya ,bila saja semuanya itu didukung oleh kemauan , tekad dan kerja keras(usaha) untuk mencapai prosesi adat tersebut (sperti di Bali),dan memang itulah yang akan kita arahkan,pacu dan pelihara di masa datang”. Penaggulangan kemiskinan memang harus dijadikan sebagai kebijakan daerah sesuai amanat UU Nomor 25 tahun 2004 yang telah menetapkan sistim pembangunan nasional yang meprerioritaskan penaggulangan kemiskinan dan kesenjangan.Bagaimana membangun kesepahaman dan tekad antara pemda dengan rakyatnya bukan hal mudah,terlebih jika semuanya itu hanya sekadar niat.



Pada kesempatan lain penulis mencoba meminta pendapat sang calon wakil gubernur (Bung Jhony Abubakar) perihal kelemahan-kelemahan program pengentasan kemiskinan yang terjadi di NTT melalui selular phonenya,sang cawagub mengungkapkan kalau kelemahan-kelemahan penaganan di lapangan cukup banyak. Diantaranya Bung Jhony katakan,” Sistim,kebijakan, harus berpihak pada rakyat/pro-rakyat (selama ini jauh panggang dari api). Peran serta rakyat takkan maksimal bila pemerintah daerah tidak mampu memberikan contoh dan teladan (hidup sederhana), Program masih bersifat parsial (sepotong-sepotong),masyarakat/keluarga miskin masih sekadar objek/sasaran pelampiasan keinginan pemerintah daerah semata sedangkan disisi lainnya rakyat nyata-nyata sudah tidak berdaya .Belum adanya kesamaan tafsiran dan terjemahan hal kemiskinan di berbagai level masyarakat, pemerintah telah terbiasa dengan menggantungkan diri dari donor pemerintah pusat maupun bantuan asing (miskin kreatifitas dan inovasi)”. Wah... Bung...,tampaknya pemda selalu salah dalam hal ini ?. Bung Jhony kembali menjawab ,” dalam hal ini tidak perlu ada pihak yang merasa bersalah/dipersalahkan karena logikanya ini kan masalah kita bersama. Hanya tentu pemerintah daerah/birokrat dan wakil rakyat,parpol harus benar-benar mampu menterjemahkan hasrat dan keinginan rakyatnya,dan fakta angka berbicara.Dan kita tidak ingin dicap sebagai daerah yang MENJUAL KEMISKINAN”. Demikian pejelasan bilau dari seberang sana. ”Bisa bapak jelaskan lebih rinci dengan apa yang bapak katakan menjual kemiskinan tersebut?,” tanya penulis. Dengan nada suara yang terdengar serius pun kembali terdengar di balik phone selular sang cawagub (Bung Jhony) ,” Bagamana tidak,kalau dari tahun-ketahun,bulan-kebulan dan dari waktu-kewaktu daerah kita selalu saja didera penyakit yang sama (maksudnya kemiskinan) dan solusinya kita tahu bersama ” serentetan alasan rinci yang tampak masuk akal sembari tidak ada usaha riil di lapangan, harusnya bila secara serius program PK dilakukan maka cukup 5 tahun/1 periode jabatan gubernur, masalah ini akan tuntas dan jangan malah NETAS lagi”.Lebih jauh Bung Jhony menjelaskan, sebaiknya program MENETE kepusat/dana asing ini, harus kita akhiri sesegera mungkin dan agar kemandirian segera MENETAS di NTT. Oknum-oknum yang hidup dari TETESAN dana kemiskinan ini harus kita amankan mereka itu”. Bung Johny Abubakar selanjutnya mengungkapkan, saya menghimbau seluruh komponen di NTT,marilah kita jangan bermain sendiwara lagi,dan jangan lagi bermain2 diatas kepentingan rakyat. Ingat masa tua kita, ingat anak cucu kita,keturunan kita jangan diwarisi beban2 yang tidak kuat mereka tanggung/mikul. 95 % Rakyat NTT adalah manusia2 polos dan jujur dan sangat menghormati kebenaran.Jangan pengaruhi dan akal2an kepada rakyat dengan praktek2 terselubung demi kepentingan sesaat. Mari kita berubah,berubah,dan berubah,paling tidak meletakkan dasar2 perubahan,agar beban (miskin dan percaya diri) menjadi minimalis.Demikian himbauan bung Johny Abubakar dengan nada suara prihatin. Banyak jalan mudah yang dapat ditempuh,tergantung mau apa tidak.Masalahnya pemimpin mampu atau tidak ,jujur kepada rakyat atau tidak. Pemimipin yang benar adalah figur yang tegas/tegas, tanpa kepentingan sesaat,ngayomi,cerdas melihat dan memahi keadaan dan punya misi nilai2 terobosan.Dan kreteria Figur ini,pengamatan saya selama ini ada pada BB dan saya oprtimis ’orang benar”pun sependapat dengan saya. Saya optimis masih banyak birokrat dan elemen (Akademisi,unsur2 pemuda,tokoh2 masyarakat,dsb) lain yang bagus yg akan bahu membahu membangun NTT.



Ketika penulis hendak melontarkan pernyaan lanjutan hal kemiskinan dan sisi lainnya yang terkait dengan kemiskinan seperti penegakan hukum, tampak terdengar dari seberang sana bunyi dering telepon genggam berdering yang ternyata telepon dari Cagub BB bahwa agenda pertemuan rutin dengan Bung Jhony (cawagub) jam 02.00 WIB.Karena itu Bung Jhony minta di setting waktu lain untuk menyambung wawancara. Sebagai klosing wawancara ini beliau mengatakan bahwa beliau dang BB telah siap dengan ”Blue Print” pemberantasan kemiskinan di NTT.Dan sekali lagi sergapnya ”ini bukan wacana/rencana kosong dan kami siap bernazar Ingat tawaran bernazar ini ide BB dan Jhony Abubakar” kilahnya sembari mengakhiri wawancara. (selamat berjuang...!!!!).



Penulis

Max Umbu






















,


TANGGUNG JAWAB PARPOL (Legislatif),TOKOH ADAT/MASYARAKAT,ORMAS,PEMUKA AGAMA TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DALAM RANGKA PILKADA NTT(2008-2013)


Judul di atas mengundang kita untuk turut serta memberikan peran aktif dalam rangkan pembangunan daerah(NTT).PILKADA,sebagai salah satu mekanisme demokrasi bukan sekedar proses dan kebiasaan/pesta demokrasi basa-basi,tapi lebih jauh adalah suatu tujuan luhur dari kehidupan berbangsa dan bernegara terlebih di era-globalisasi yang menuntut dan menuntun kita untuk berinteraksi secara positif dengan semua sektor dan komponen penentu pembangunan demokrasi/pembangunan itu nsendiri.

Sebentar lagi NTT sebagai salah satu daerah/Propensi yang selama ini kental dengan julukan daerah/propinsi miskin,tidak luput pula mau-tidak mau,suka-tidak suka,akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang konon akan menyerap biaya/cost sebesar 102 Milliar Rupiah. Ini angka yang tidak kecil ter;lebih bila kita kaitkan dengan situasi dan kondisi NTT saat ini.Sukses tidaknya pesta demokrasi ini,tidak akan lepas dari peran serta semua komponen daerah (para wakil rakyat di DPRD1 dan 2,DPD,Birokrat,Masyarakat dan para pemukanya dan juga takluput ormas dan pemuka agama).

Semua komponen tadi harus punya rasa tanggung jawab terhadap kondisi riil di NTT yang kita tahu bersama mel;ekat dengan tradisi "kemiskinan".Lilitan kemiskinan ini memberi dampak pada segala sektor kehidupan masyarakatnya.

Sukses tidaknya pembangunan daerah di NTT tergantung pada: Bagamana rakyatnya,bagaimana calon pemimpinnya,bagaimana interaksi positif (AKUR) antara kedua komponen tersebut.Artinya pemimpin harus benar-benar mencerminkan pilihan dan keinginan nurani rakyat itu sendiri,dan sebaliknya pembanghunan itu sendiri bergantung pula pada bagaimana rakyat mengenal,memahami dan menyelami hati,pikiran dan pola tindak laku sang pemimpin.

Peranan Parpol,tidak dapat di kesampingkan,walaupun akhir-akhir ini mendapat kecaman pedas masyarakat.Kinerja dan unjuk kerja Parpol kedepan masih akan mendapatkan ujian untuk mengapai pujian.Kajian visi dan misi partai partai memang harus terus dilakukan agar dapat menjadi instrument terpenting dalam menjaring calon pemimpin.Karena saat ini fungsi penjaringan ini telah nyata dan akan semakin nyata mulai bergeser pada lembaga-lembaga tertentu (lembaga POOLING).Partai besar sekalipun seakan dan memang telah kehilangan tajinya dalam urusan ini.

Hal lain "jebakan-jebakan" prosedural internal partai berpotensi besar mengkandaskan calon potensial. Polotik gizi,cost politik,pintu masuk (tanpa pintu keluar), tabur/ tebar pesona, dan masih banyak instilah lainnya yg digunakan dalam pesta demoktrasi.Sesungguhnya yang dicari untuk perbaikan NTT, adalah sosok atau figur yang potensial yg secara real harus atau belum masuk dalam dalam virus2 tsb di atas. Kata pendek, FIGUR BERSIH harus di cari/diburu , bukan figur yg mencari Parpol, Tanggung jawab tsb semua element tersebut dipertaruhkan ke publik NTT.Lihat hasil real di NTT, ada busung lapar, masuk dalam salah satu propinsi termiskin (pemimpin NTT selama ini cendrung menghindar kenyataan ini dan sekalu belokan hal ini seolah tidak terjadi apa2).Inilah kenyataan yg dihadapi rakyat NTT. Historical telah membuktikan apa yg di hasilkan pemimpin NTT selama ini? Tapi rasa malu, pembohongan publik terus diplokmairkan dengan serentetan statement di media maupun dalam tatap muka.Rasa tanggungjawab, seolah tidak mau tau apa yg terjadi sesungguhnya.Lihat PAD, dana-dana yg "tertidur" disejumlah bank plat merah, yg tidak digunakan. Padahal dana yg harus dimplemnetasikan untuk kepentingan publik (miskin). Lalu pertanyaannya uang itu kenapa tidak digunakan? sungguh menyedihkan, pemimpin melakukan pameran pembohongan terhadap rakyatnya sendiri.

Berhenntilah dengan pola2 lama, siapa yg terkenal,punya uang banyak, kepentingan2 tertentu, dialah yg dicari untuk menjadi pemimpin, tanpa melihat latar belakangan, kemampuan indididu, status hukum, kebrhasilan selama memimpin. Anehnya lagi yg sudah gagal, masih mau mejadi pemimpin di NTT. Apakah yg dicari adalah kekuasaan, materi, prestise atau kepentingan pribadi dan negatif lainnya??

Pemimpin harus kedepankan pengabdian, bersih hati,bersih diri, bersih lingkungan, tanpa harus membodohi rakyat NTT yang sudah sengsara.

KAMUS JOKE POLITIK :

OLEH: MAX UMBU

1. Tiada lagi BIBIT,BOBOT,BEBET yang ada hanya BABAT Mannnnnnn.......!!!!!!!

2.Dimana bumi di pijak disitu langit di junjung sudah " menjadi" dimana bumi di pijak disini langit di JINJING (berat lhooooooo.....????!!)

3Politikus belajar KUR,pemimpin belajar AKUR,rakyat pun CARE (KERE?????)

4.bersambung.......