Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Warga Naru beralih jadi penambang pasir

Laporan Aris Ninu, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

BAJAWA, SPIRIT--Tiga ratus delapan puluh kepala keluarga (KK) di Desa Naru, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, kekurangan lahan pertanian untuk bercocok tanam. Kekurangan lahan ini disebabkan banyak kawasan di desa itu ditetapkan sebagai kawasan cagar alam. Banyak petani di desa itu akhirnya beralih sebagai penambang pasir di Naru untuk menghidupi keluarganya.
Kepala Desa (Kades) Naru, Kornelis Yakobus Suka, melalui Kepala Seksi (Kasi) Pembangunan, Philipus Nono, kepada SPIRIT NTT di Kantor Desa Naru, di ruas Jalan Bajawa-Riung, Jumat (14/12/2007), menjelaskan, banyak petani di Naru berprofesi ganda sebagai petani dan penambang pasir.
Menurut Nono, masyarakat tidak memiliki lahan pertanian untuk berkebun karena di desa ini banyak kawasan yang ditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar alam.
Terhadap kekurangan lahan itu, pihaknya telah mendekati instansi yang mengurus kawasan cagar alam yakni Kepala Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) di Ngada agar bisa memberikan kemudahan bagi petani di Naru untuk bisa bercocok taman di daerah cagar alam.
"Pihak desa dan masyarakat pernah bertemu pihak yang mengurus kawasan cagar alam agar petani di Naru bisa bercocok tanam di sekitar lokasi cagar alam. Masyarakat yang bercocok tanam di sekitar cagar alam menjamin bahwa mereka akan menanam tanaman penahan banjir. Di lokasi cagar alam yang ada kebun masyarakat telah menanam bambu, dadar dan pohon yang bisa menahan banjir," kata Nono.
Dijelaskannya, kekurangan lahan pertanian di Desa Naru menyebabkan pula beberapa warga yang terpaksa menjadi tukang ojek dan penambang pasir.
"Semua dilakukan masyarakat guna membantu ekonomi keluarga karena ketiadaan lahan pertanian," kata Nono.
Pantauan SPIRIT NTT di Naru, kawasan cagar alam yang berada di sepanjang ruas jalan Bajawa-Riung terdapat kebun milik masyarakat. Ada tanaman jagung dan kopi milik masyarakat Naru. Desa ini dihuni 380 kepala keluarga atau 1.896 jiwa. Semua warga berprofesi sebagai petani. *

Tidak ada komentar: