Laporan Martin Lau Nahak, Spirit NTT 3-10 Desember 2007
LARANTUKA, SPIRIT-- Warga Desa Mudakaputu, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur (Flotim), menggelar seremoni adat menyambut musim tanam tahun 2007. Saat ini warga setempat mulai menanam padi gogo dan jagung pulut sebagai jagung lokal setelah hujan mengguyur daerah itu. Dua benih tanaman pangan disemaikan di lahan petani yang telah dipersiapkan sejak bulan Agustus hingga awal November 2007.
Pantauan SPIRIT NTT di Desa Mudakaputu, Sabtu (1/12/2007), sekitar 400 lebih kepala keluarga petani pengelola lahan kering di desa itu mulai menanam di kebunnya. Ada yang menyiangi rumput sambil menanam jagung pulut, jagung hibrida, stek ubi kayu, anakan ubi keladi/talas, padi gogo serta kacang-kacangan. Lahan pertanian yang telah disiapkan berkisar 0,5 hingga 4 hektar (ha) dengan lokasi berbeda dari pusat perkampungan.
Desa Mudakaputu surplus tanaman perkebunan jambu mete dan kelapa. Sebelumnya pada September dan Oktober, petani sudah mencangkul kebun dan kini para ibu rumah tangga dan gadis atau anak-anak putus sekolah dilibatkan menanam di kebun.
Di kebun, benih padi gogo dan jagung berhamburan di atas lahan yang telah dicangkul. Ada yang menanam dengan rapi berbentuk barisan lurus memanjang, ada yang menanam secara tradisional berbentuk segitiga.
Khusus padi gogo jarak dari satu lubang ke lubang lainnya 25 cm sampai 30 cm. Sedangkan jagung ditanam 80 cm-100 cm lebih. Demikian pula stek ubi kayu ditanam dengan jarak 100 cm sampai 200 cm. Kesibukan keluarga petani masuk kebun membuat permukiman di Desa Mudakaputu, di belakang Gunung Ile Mandiri yang dibelah dua oleh jalan umum Desa Riangkamie menuju Bandara Gewayan Tanah-Kota Larantuka sepi pada siang hari. Tidak ketinggalan, siswa SDI Mudakaputu yang mayoritas lahir dari rahim keluarga petani turut serta orangtuanya masuk kebun usai jam sekolah.
Tiga petani Desa Mudakaputu, Yohanes Goti Kelen, Diken Baun dan Thomas Wela, ditemui terpisah di kebun, mengaku mereka hampir selesai menanam padi gogo, jagung pulut dan ubi kayu. "Kami berharap curah hujan tahun ini tidak seperti musim tanam tahun 2006. Kini wilayah di Flotim termasuk desa kami sudah diguyur hujan lebat lima kali," kata Thomas Wela.
Tentang stok pangan, Thomas mengaku mulai menipis karena sebagian telah dikeluarkan untuk benih. "Muda-mudahan curah hujan baik sehingga benih yang sekarang kami tanam bisa hidup. Kalau curah hujan tidak baik terpaksa harus ditanam ulang, maka warga akan tertimpa kelaparan karena kekurangan pangan," kata Thomas.
Seremoni adat
Hal senada disampaikan Yohanes Goti Kelen dan Diken Baun. Menurut Goti Kelen, dirinya optimis curah hujan tahun ini lebih bagus. Untuk itu, sebelum menanam, para tokoh adat di desa ini telah duduk berkumpul membuat seremoni adat. "Kami sudah buat seremoni adat biar benih padi dan jagung kelihatan berserakan di tengah kebun, namun burung pipit atau tekukur serta hama tikus tidak bisa merusak atau memakannya. Dalam seremoni adat, kami sudah berikan jatah mereka (burung pipit, tekukur atau hama tikus, Red). Kapan hujan turun, benih akan tumbuh subur," jelas Yohanes Goti Kelen, mantan Kades Mudakaputu yang juga tokoh adat setempat. *
Pantauan SPIRIT NTT di Desa Mudakaputu, Sabtu (1/12/2007), sekitar 400 lebih kepala keluarga petani pengelola lahan kering di desa itu mulai menanam di kebunnya. Ada yang menyiangi rumput sambil menanam jagung pulut, jagung hibrida, stek ubi kayu, anakan ubi keladi/talas, padi gogo serta kacang-kacangan. Lahan pertanian yang telah disiapkan berkisar 0,5 hingga 4 hektar (ha) dengan lokasi berbeda dari pusat perkampungan.
Desa Mudakaputu surplus tanaman perkebunan jambu mete dan kelapa. Sebelumnya pada September dan Oktober, petani sudah mencangkul kebun dan kini para ibu rumah tangga dan gadis atau anak-anak putus sekolah dilibatkan menanam di kebun.
Di kebun, benih padi gogo dan jagung berhamburan di atas lahan yang telah dicangkul. Ada yang menanam dengan rapi berbentuk barisan lurus memanjang, ada yang menanam secara tradisional berbentuk segitiga.
Khusus padi gogo jarak dari satu lubang ke lubang lainnya 25 cm sampai 30 cm. Sedangkan jagung ditanam 80 cm-100 cm lebih. Demikian pula stek ubi kayu ditanam dengan jarak 100 cm sampai 200 cm. Kesibukan keluarga petani masuk kebun membuat permukiman di Desa Mudakaputu, di belakang Gunung Ile Mandiri yang dibelah dua oleh jalan umum Desa Riangkamie menuju Bandara Gewayan Tanah-Kota Larantuka sepi pada siang hari. Tidak ketinggalan, siswa SDI Mudakaputu yang mayoritas lahir dari rahim keluarga petani turut serta orangtuanya masuk kebun usai jam sekolah.
Tiga petani Desa Mudakaputu, Yohanes Goti Kelen, Diken Baun dan Thomas Wela, ditemui terpisah di kebun, mengaku mereka hampir selesai menanam padi gogo, jagung pulut dan ubi kayu. "Kami berharap curah hujan tahun ini tidak seperti musim tanam tahun 2006. Kini wilayah di Flotim termasuk desa kami sudah diguyur hujan lebat lima kali," kata Thomas Wela.
Tentang stok pangan, Thomas mengaku mulai menipis karena sebagian telah dikeluarkan untuk benih. "Muda-mudahan curah hujan baik sehingga benih yang sekarang kami tanam bisa hidup. Kalau curah hujan tidak baik terpaksa harus ditanam ulang, maka warga akan tertimpa kelaparan karena kekurangan pangan," kata Thomas.
Seremoni adat
Hal senada disampaikan Yohanes Goti Kelen dan Diken Baun. Menurut Goti Kelen, dirinya optimis curah hujan tahun ini lebih bagus. Untuk itu, sebelum menanam, para tokoh adat di desa ini telah duduk berkumpul membuat seremoni adat. "Kami sudah buat seremoni adat biar benih padi dan jagung kelihatan berserakan di tengah kebun, namun burung pipit atau tekukur serta hama tikus tidak bisa merusak atau memakannya. Dalam seremoni adat, kami sudah berikan jatah mereka (burung pipit, tekukur atau hama tikus, Red). Kapan hujan turun, benih akan tumbuh subur," jelas Yohanes Goti Kelen, mantan Kades Mudakaputu yang juga tokoh adat setempat. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar