Laporan Humas Sikka, Spirit NTT 29 Oktober - 4 November 2007
MAUMERE, SPIRIT--Hasil kajian Yayasan Flores (Sanres) Mamere, yang dilakukan selama tiga tahun terakhir, 2005-2007, memperlihatkan bahwa menurunnya hasil produktivitas lahan pertanian selain rendahnya curah hujan, juga akibat masih rendahnya keterampilan petani Sikka dalam mengolah lahan pertanian.
Kajian Sanres ini disampaikan Koordinator Program, Longginus Don, pada diskusi membahas Kebijakan Anggaran Sektor Pertanian dan Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam Pemberdayaan Masyarakat Tani di Kabupaten Sikka, di Aula Sanres-Nangalimang, Selasa (23/10/2007).
"Dari hasil kajian yang kami lakukan selama tiga tahun terakhir, ditemukan bahwa persoalan yang sedang dihadapi masyarakat saat ini, yang telah menyebabkan menurunnnya hasil produktivitas pertanian adalah masalah rendahnya keterampilan petani di Sikka dalam mengolah lahan pertanian yang mereka miliki," kata Longginus.
Rendahnya keterampilan masyarakat tani ini antara lain masih rendah keterampilan dalam melakukan penyemaian tanaman secara baik, pemberantasan hama dan proses penggemburan yang kurang optimal.
Kajian Sanres ini dilakukan pada lima komunitas/desa, yakni Desa Mbengu, Nangahale, Iligai, Masabewa, dan Kelurahan Nangalimang. Masyarakat pada lima komunitas ini antara lain mengeluhkan kurang adanya pendampingan secara maksimal dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Akibatnya, masyarakat dalam mengolah lahan pertanian masih menggunakan cara tradisional, yang kemudian berdampak pada menurunnya produktivitas hasil pertanian.
Yang lebih disesalkan masyarakat, demikian Longginus, pengadaan bibit dan benih tanaman pertanian yang selalu terlambat dan didatangkan setelah musim tanam usai, serta tidak adanya kesesuaian bibit benih unggulan tanaman seperti jagung, padi dan lainnya, dengan kondisi lahan pertanian di Kabupaten Sikka. Hal ini menjadi salah satu dampak menurunnya produktivitas pertanian di Kabupaten Sikka.
Seperti dikatakan anggota DPRD Sikka, Siflan Angi, yang hadir sebagai peserta bahwa pelaksanaan program kerja yang dilakukan eksekutif di berbagai bidang, yang menggunakan anggaran APBD, lebih didominasi pelaksanaan proyek, daripada pelaksanaan program kerja untuk kepentingan masyarakat.
Dengan demikian, pemanfaatan dana cenderung dilakukan tidak tepat sasaran dan banyak yang mengalami kemubaziran.
Dicontohkan Siflan, pengadaan bibit unggul bagi masyarakat yang dilakukan dinas pertanian beberapa waktu lalu, merupakan proyek besar melalui pihak ketiga dan menelan biaya yang tidak sedikit. Pengadaan bibit yang diambil dari luar daerah ini, pada akhirnya mubazir dan tidak dimanfaatkan warga karena telah rusak dan didatangkan terlambat setelah musim tanam. Hal ini berdampak pada menurunnya produktivitas hasil pertanian masyarakat Kabupaten Sikka.
"Sebenarnya dana yang dianggarkan ekeskutif untuk sektor pertanian, baik untuk peningkatan sumber daya manusia petani maupun peningkatan produktivitas pertanian cukup besar, namun pemanfaatan dana ini belum maksimal dilakukan dan belum tepat sasaran," jelas Siflan.
Siflan berharap agar ke depan pelaksanaan program kerja tidak didominasi sebagai pelaksanaan proyek. Dia mengingatkan agar dalam upaya peningkatan produktivitas, segala program kerja, khususnya dinas pertanian, lebih memfokuskan pada kebutuhan riil masyarakat. Antara lain, peningkatan SDM di bidang penataan keterampilan petani dalam pengolahan lahan pertanian, pengadaan bibit tanaman yang sesuai, dan yang terpenting adalah pelaksanaannya tepat sasaran dan tepat waktu.
Selain Siflan, anggota Dewan yang menghadiri diskusi ini adalah Rafael Raga, Maria Konsili, I Made, Donde Konterius, John Miger, Kondibus Stelamaris, Nikodemus Pelle dan Endy. Juga para kepala desa, petugas PPL, tokoh masyarakat, tokoh LSM, dan para petani. *
Kajian Sanres ini disampaikan Koordinator Program, Longginus Don, pada diskusi membahas Kebijakan Anggaran Sektor Pertanian dan Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam Pemberdayaan Masyarakat Tani di Kabupaten Sikka, di Aula Sanres-Nangalimang, Selasa (23/10/2007).
"Dari hasil kajian yang kami lakukan selama tiga tahun terakhir, ditemukan bahwa persoalan yang sedang dihadapi masyarakat saat ini, yang telah menyebabkan menurunnnya hasil produktivitas pertanian adalah masalah rendahnya keterampilan petani di Sikka dalam mengolah lahan pertanian yang mereka miliki," kata Longginus.
Rendahnya keterampilan masyarakat tani ini antara lain masih rendah keterampilan dalam melakukan penyemaian tanaman secara baik, pemberantasan hama dan proses penggemburan yang kurang optimal.
Kajian Sanres ini dilakukan pada lima komunitas/desa, yakni Desa Mbengu, Nangahale, Iligai, Masabewa, dan Kelurahan Nangalimang. Masyarakat pada lima komunitas ini antara lain mengeluhkan kurang adanya pendampingan secara maksimal dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Akibatnya, masyarakat dalam mengolah lahan pertanian masih menggunakan cara tradisional, yang kemudian berdampak pada menurunnya produktivitas hasil pertanian.
Yang lebih disesalkan masyarakat, demikian Longginus, pengadaan bibit dan benih tanaman pertanian yang selalu terlambat dan didatangkan setelah musim tanam usai, serta tidak adanya kesesuaian bibit benih unggulan tanaman seperti jagung, padi dan lainnya, dengan kondisi lahan pertanian di Kabupaten Sikka. Hal ini menjadi salah satu dampak menurunnya produktivitas pertanian di Kabupaten Sikka.
Seperti dikatakan anggota DPRD Sikka, Siflan Angi, yang hadir sebagai peserta bahwa pelaksanaan program kerja yang dilakukan eksekutif di berbagai bidang, yang menggunakan anggaran APBD, lebih didominasi pelaksanaan proyek, daripada pelaksanaan program kerja untuk kepentingan masyarakat.
Dengan demikian, pemanfaatan dana cenderung dilakukan tidak tepat sasaran dan banyak yang mengalami kemubaziran.
Dicontohkan Siflan, pengadaan bibit unggul bagi masyarakat yang dilakukan dinas pertanian beberapa waktu lalu, merupakan proyek besar melalui pihak ketiga dan menelan biaya yang tidak sedikit. Pengadaan bibit yang diambil dari luar daerah ini, pada akhirnya mubazir dan tidak dimanfaatkan warga karena telah rusak dan didatangkan terlambat setelah musim tanam. Hal ini berdampak pada menurunnya produktivitas hasil pertanian masyarakat Kabupaten Sikka.
"Sebenarnya dana yang dianggarkan ekeskutif untuk sektor pertanian, baik untuk peningkatan sumber daya manusia petani maupun peningkatan produktivitas pertanian cukup besar, namun pemanfaatan dana ini belum maksimal dilakukan dan belum tepat sasaran," jelas Siflan.
Siflan berharap agar ke depan pelaksanaan program kerja tidak didominasi sebagai pelaksanaan proyek. Dia mengingatkan agar dalam upaya peningkatan produktivitas, segala program kerja, khususnya dinas pertanian, lebih memfokuskan pada kebutuhan riil masyarakat. Antara lain, peningkatan SDM di bidang penataan keterampilan petani dalam pengolahan lahan pertanian, pengadaan bibit tanaman yang sesuai, dan yang terpenting adalah pelaksanaannya tepat sasaran dan tepat waktu.
Selain Siflan, anggota Dewan yang menghadiri diskusi ini adalah Rafael Raga, Maria Konsili, I Made, Donde Konterius, John Miger, Kondibus Stelamaris, Nikodemus Pelle dan Endy. Juga para kepala desa, petugas PPL, tokoh masyarakat, tokoh LSM, dan para petani. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar