Spirit NTT, 29 Oktober - 4 November 2007
* PARIWISATA
Buat para tamu yang mengunjungi Taman Nasional Komodo (TNK) tak hanya disuguhkan ora, sebutan komodo, tetapi juga babi hutan, anjing hutan, kuda liar, penyu, berbagai macam ular dan burung, lumba-lumba, paus dan rusa yang sekaligus merupakan santapan utama komodo.
Wilayah perairan di sekeliling pun tak kalah menarik. Biota laut, termasuk terumbu karang, merupakan pemandangan menarik bagi wisatawan.
Potensi yang tak kalah besar adalah kawasan Hutan Mbeliling, Sano Nggoang, dan Nggorang Bowosie yang membujur dari timur ke selatan mendekati pantai. Di atas areal kurang lebih 184 km2, Mbeliling menjadi suaka yang penting bagi kehidupan liar endemik khas Flores.
Lereng dan punggung Gunung Mbeliling ditumbuhi hutan yang merupakan habitat terbaik bagi burung-burung endemik Flores, termasuk kehicap flores, serindit flores, gagak flores, dan kancilan flores. Pergang punggung hitam, sikaton ayun, dan kepodang sungu sumba juga hidup bebas di sana.
Danau Sano Nggoang layak disebut monumen alam. Danau berwarna hijau jernih seluas tiga kilometer persegi ini tercatat sebagai danau terbesar di Flores. Kedalamannya 600 meter. Aneka jenis burung, termasuk burung langka, cangak laut, dan burung migran langka undon kacimati, bisa dijumpai di sekitar danau ini.
Manggarai Barat dari segi potensi wisata tidak kekurangan, tetapi fakta mengatakan kabupaten muda ini bukan daerah kaya. Lebih setengah penduduk (60 persen) masuk kategori miskin. Produk domestik regional bruto per kapita kabupaten ini Rp 525.738 di tahun 2001, termasuk rendah di lingkup Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kini, 75-80 persen jalan masih berupa tanah. Angkutan umum pun masih sederhana. Bus kayu, sebutan untuk minibus berkapasitas maksimum 40 orang, menjadi andalan penduduk setempat untuk bepergian. Itu pun mereka harus rela bersanding dengan karung beras atau bahkan hewan piaraan.
Untuk itu, pemkab setempat menempatkan pembangunan jalan sebagai prioritas. Sekitar 20 persen belanja pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2004 dianggarkan untuk merealisasikan jalan beraspal di sebagian wilayah.
Kabupaten yang pemekarannya dipayungi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2003 itu belum banyak kemajuan karena pembangunan fisik yang bersifat menyentuh kepentingan publik masih terbatas. Itu pun, misalnya, pembangunan dermaga Pelabuhan Labuan Bajo dan cold storage Binongko sebenarnya proyek lama yang sudah direncanakan sebelum Manggarai Barat menjadi kabupaten.
Sekitar 60 persen penduduk di sini, terutama di pulau-pulau, masih buta huruf. Sekolah, dari taman kanak-kanak hingga menengah atas, masih kekurangan sedikitnya 1.000 guru, dan 80 persen gedung sekolah rusak (termasuk 600 ruang belajar rusak).
Jalan lintas Golo Welu-Lewur-Nggawaut, dan Nggorang-Terang-Lando-Bari rusak parah. Warga Sano Nggoang masih menunggang kuda dan kerbau untuk menjual kemiri, kopi, dan vanili ke Labuan Bajo. Antara kampung yang satu dan yang lain, di Orong, misalnya, orang harus berjalan kaki belasan kilometer. *
Profil singkat Manggarai Barat
Label:
Manggarai Barat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar