Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Nungunange Propinsi Flores

Oleh John Oriwis
Spirit NTT 24-31 Desember 2007

"PROPINSI Flores e, sekarang tinggal mipin (mimpi) ko?" tanya Dede Teke membuka omongan. Padahal kami masyarakat ini mendukung mati punya. Habis apalagi yang kurang, semua faslitas di daratan Flores Lembata sudah mendukung. Sekarang semua kabupaten giat membena dan membangun, masyarakat saja mule mangkin gaul.
"Ole kesa, saya tida setuju memang ka dengan pembentukan Propinsi Flores itu. Nanti karena pembangunan saya punya sawa-sawa di Manggarai habis ka tertutup bangunan," protes Kesa Motangrua dengan logat kental Ruteng, Manggarai.
"Walah, jangan begitulah. Kita di Bajawa ni aman-aman sa, yang penting hidup selaras alam. Jangan gara-gara pembangunan seluruh hutan dan kebudayaan hilang lenyap begitu saja," komentar Meo dari Bajawa.
"Dema ko, kita Daratan Flores Lembatana kaya budaya ko, banya obye pariwisata. Jadi harus bagemana?" tanya Marilonga.
"Aman tu kita ne begeni. Manggarai tu jadi lumbung beras unto Flores Lembata, Bajawa Ende tu jadi pusat kebudayaan. Manggarai jo, selain jadi lumbung beras jo hamparan sawah dengan tarian caci tu jadi obyek wisata juga. Maumere baru jadi pusat transportasi perhubungan. Larantuka Lembata pusat budaya rohani, begena setuju ke ne?" tanya Ama Plete dari Nagi, Flotim, setuju ka tida.
"Jangan terlalu ributlah, saya usul bagaimana kalo begini. Kalo kita semua setuju setiap daerah tu mengembangkan diri sesuai kondisi dan sumber daya alam yang ada. Macam Plete usul tu benar juga. Tepat mengena. Tapi kalo tiap kabupaten berambisi jadi ibu kota, Propinsi Flores Lembata te hanya bisa jadi nungunage (cerita khayalan yang tida bermakna)," tamba Teke.
Kalo semua kabupaten sepakat seperti ini berarti mantap. Kalo sudah propinsi, peluang bisnis makin oke, pengangguran kurang, pelayanan pembangunan semakin dekat, dan masyarakat makin lebih baik. Gaul oke punya. Sekarang saja kake nene dengan utan lipa sakang lema ga motor ojek. Kurang poi kaca mata reben. *

Tidak ada komentar: