Laporan Okto Manehat, Spirit NTT 17-23 Desember 2007.
KALABAHI, SPIRIT--Yunus Adifa dari Bappeda Alor mengatakan pembangunan di Kabupaten Alor diprioritaskan pada mitigasi bencana dan penanggulangannya. Sebab, Kabupaten Alor dikategorikan sebagai supermarket bencana karena berbagai jenis bencana sudah melanda daerah itu. Bencana itu bukan hanya alam tapi juga bencana sosial kemasyarakatan.
Yunus mengemukakan hal ini pada diskusi bertemakan, "Membangun Komitmen Penanggulangan Bencana," kerja sama Bappeda Alor dengan GTZ-GLG di Aula Kantor Bappeda Alor di Kalabahi, Sabtu (8/12/2007). Diskusi ini dibuka Kabid Penelitian Bappeda Alor, Burhannudin Karabi, S.Pi, M.Si, difasilitasi koordinator GTZ-GLG, Raymundus Lema, menghadirkan Melkzon Bery, S.H, M.Si, dari Bagian Hukum Setkab Alor dan Yunus Adifa dari Bappeda Alor.
Lema mengatakan, Indonesia berpotensi bencana karena kondisi geografis, geologi dan demografis. Potensi ini sampai ke daerah, termasuk Alor. Karena kondisi demikian dan sering terjadinya bencana maka Alor disebut sebagai supermarket bencana. Menurut Lema, di NTT ada dua daerah yang dikategorikan sebagai daerah rawan bencana, yakni Alor dan Ende. Untuk itu, GTZ-GLG memrioritas penanganan bencana di dua daerah itu.
Khusus Alor, kata Lema, bukan saja terjadi bencana alam, juga bencana sosial. Bencana sosial yang dimaksud adalah tawuran pemuda antar kampung. Kondisi ini harus menjadi perhatian dan menjadi komitmen dalam mengantisipasinya.
Lema mengharapkan, dalam upaya penanganan bencana perlu dilahirkan payung hukum berupa produk perda untuk melindungai program kegiatan.
Yunus Adifa mengatakan, mitigasi bencana dan penanggulangannya dilakukan melalui program dan kegiatan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa, pemukiman, pendidikan, kesehatan dan perluasan lapangan kerja. Program yang mendukung mitigasi bencana, katanya, semua diarahkan untuk menyelesaikan, mengurangi dan mengantisipasi berbagai masalah yang timbul.
Lema menjelaskan, yang telah dilakukan gladi posko dan gladi lapangan yang menelan dana Rp 88 juta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Rp 295 juta tanggap darurat kejadian luar biasa Rp 195 juta, tata ruang berbasis mitigasi menelan dana Rp 600 juta dan peningkatan mitigasi bencana dan prakiraan iklim laut Rp 37 juta. Total dana kegiatan bencana tahun 2007 sebesar Rp 1.178.000.000,00. *
Yunus mengemukakan hal ini pada diskusi bertemakan, "Membangun Komitmen Penanggulangan Bencana," kerja sama Bappeda Alor dengan GTZ-GLG di Aula Kantor Bappeda Alor di Kalabahi, Sabtu (8/12/2007). Diskusi ini dibuka Kabid Penelitian Bappeda Alor, Burhannudin Karabi, S.Pi, M.Si, difasilitasi koordinator GTZ-GLG, Raymundus Lema, menghadirkan Melkzon Bery, S.H, M.Si, dari Bagian Hukum Setkab Alor dan Yunus Adifa dari Bappeda Alor.
Lema mengatakan, Indonesia berpotensi bencana karena kondisi geografis, geologi dan demografis. Potensi ini sampai ke daerah, termasuk Alor. Karena kondisi demikian dan sering terjadinya bencana maka Alor disebut sebagai supermarket bencana. Menurut Lema, di NTT ada dua daerah yang dikategorikan sebagai daerah rawan bencana, yakni Alor dan Ende. Untuk itu, GTZ-GLG memrioritas penanganan bencana di dua daerah itu.
Khusus Alor, kata Lema, bukan saja terjadi bencana alam, juga bencana sosial. Bencana sosial yang dimaksud adalah tawuran pemuda antar kampung. Kondisi ini harus menjadi perhatian dan menjadi komitmen dalam mengantisipasinya.
Lema mengharapkan, dalam upaya penanganan bencana perlu dilahirkan payung hukum berupa produk perda untuk melindungai program kegiatan.
Yunus Adifa mengatakan, mitigasi bencana dan penanggulangannya dilakukan melalui program dan kegiatan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa, pemukiman, pendidikan, kesehatan dan perluasan lapangan kerja. Program yang mendukung mitigasi bencana, katanya, semua diarahkan untuk menyelesaikan, mengurangi dan mengantisipasi berbagai masalah yang timbul.
Lema menjelaskan, yang telah dilakukan gladi posko dan gladi lapangan yang menelan dana Rp 88 juta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Rp 295 juta tanggap darurat kejadian luar biasa Rp 195 juta, tata ruang berbasis mitigasi menelan dana Rp 600 juta dan peningkatan mitigasi bencana dan prakiraan iklim laut Rp 37 juta. Total dana kegiatan bencana tahun 2007 sebesar Rp 1.178.000.000,00. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar