Laporan ANTARA, Spirit NTT 17-23 Desember 2007
KUPANG, SPIRIT-- Wakil Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, telah menyampaikan harapan Pemerintah NTT kepada utusan Pemerintah Jepang, agar melanjutkan program DISIMP-JBIC di tahun 2008 dan tahun berikutnya.
Usulan kegiatan DISIMP Phase II itu, berupa pembangunan lanjutan DI Malaka seluas 4.000 hektere, pengembangan DI Bena seluas 2.000 hektare, lanjutan pengembangan DI Wae Dingin seluas 5.500 hektare, pembangunan waduk dan jaringan irigasi Raknamo seluas 1.500 hektare dan pengembangan Waduk Kolhua-Kupang.
Usulan kegiatan lainnya berupa pembangunan DI Buntal dan Gising seluas 3.500 hektare, pembangunan waduk Mbay dan pengembangan DI Mbay kiri seluas 1.800 hektare.
"Ada juga usulan untuk pembangunan embung irigasi Lengkosambi untuk suplay irigasi seluas 1.500 hektare, pembangunan waduk Pemalar untuk irigasi Anakalang seluas 2.000 hektare dan pembangunan embung kecil untuk ternak sebanyak 300 unit di Pulau Sumba dan Waduk Kolhua di Kota Kupang," kata Andre W Kore, Kepala Biro Penyusunan Program Setda NTT, di Kupang, Jumat (7/12/2007).
Usulan tersebut, tambah Andre, dilatari oleh neraca air di wilayah NTT dengan curah hujan yang relatif minim, yakni rata-rata sebesar 1.400 milimeter per tahun yang hanya menghasilkan 55 miliar meter kubik air, namun yang bisa diandalkan hanya sebesar 16 miliar meter kubik air.
Aliran air di wilayah NTT saat ini bersumber dari sungai, embung-embung dan air tanah yang hanya sebesar 1,5 miliar meter kubik, sementara kebutuhan air di wilayah NTT dengan jumlah penduduk 4,4 juta jiwa lebih saat ini mencapai 4,5 miliar meter kubik.
"Dengan kondisi yang ada, pemerintah dan masyarakat NTT masih sangat membutuhkan dukungan dan bantuan Pemerintah Jepang untuk pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana sumber daya air dan irigasi," katanya. *
Usulan kegiatan DISIMP Phase II itu, berupa pembangunan lanjutan DI Malaka seluas 4.000 hektere, pengembangan DI Bena seluas 2.000 hektare, lanjutan pengembangan DI Wae Dingin seluas 5.500 hektare, pembangunan waduk dan jaringan irigasi Raknamo seluas 1.500 hektare dan pengembangan Waduk Kolhua-Kupang.
Usulan kegiatan lainnya berupa pembangunan DI Buntal dan Gising seluas 3.500 hektare, pembangunan waduk Mbay dan pengembangan DI Mbay kiri seluas 1.800 hektare.
"Ada juga usulan untuk pembangunan embung irigasi Lengkosambi untuk suplay irigasi seluas 1.500 hektare, pembangunan waduk Pemalar untuk irigasi Anakalang seluas 2.000 hektare dan pembangunan embung kecil untuk ternak sebanyak 300 unit di Pulau Sumba dan Waduk Kolhua di Kota Kupang," kata Andre W Kore, Kepala Biro Penyusunan Program Setda NTT, di Kupang, Jumat (7/12/2007).
Usulan tersebut, tambah Andre, dilatari oleh neraca air di wilayah NTT dengan curah hujan yang relatif minim, yakni rata-rata sebesar 1.400 milimeter per tahun yang hanya menghasilkan 55 miliar meter kubik air, namun yang bisa diandalkan hanya sebesar 16 miliar meter kubik air.
Aliran air di wilayah NTT saat ini bersumber dari sungai, embung-embung dan air tanah yang hanya sebesar 1,5 miliar meter kubik, sementara kebutuhan air di wilayah NTT dengan jumlah penduduk 4,4 juta jiwa lebih saat ini mencapai 4,5 miliar meter kubik.
"Dengan kondisi yang ada, pemerintah dan masyarakat NTT masih sangat membutuhkan dukungan dan bantuan Pemerintah Jepang untuk pengembangan dan peningkatan prasarana dan sarana sumber daya air dan irigasi," katanya. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar