Edisi: 25 - 31 Oktober 2010
No. 240 Tahun V, Hal: 1
LUAR biasa. Itulah komentar Ketua Dekranasda Kabupaten Belu, Ny. Theresia Lopez Parera, ketika busana tradisional asal kabupaten itu keluar sebagai juara pertama Parade Busana Tradisional Masa Lampau di Aula Rumah Jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT)-Kupang, Sabtu-Minggu (9-10/10/2010). Busana asal Belu ini diperagakan dua remaja asal Belu, Daniel Nahak, S.STP, dan Luciana Assis Padma.
Parade Busana Tradisional Masa Lampau dan Masa Kini tersebut digelar oleh Unit Pelaksana Teknik (UPT) Taman Budaya NTT-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi NTT dan Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Propinsi NTT. Kegiatan ini diikuti 21 tim dari kabupaten/kota se-Propinsi NTT.
Peragaan busana dari Kabupaten Belu dipilih sebagai juara oleh lima juri masing- masing Leni Agustina (Wasta Prima Jakarta), Tedy Foeh (pakar tenun ikat NTT), Dr. Felicianus Sanga, M.Pd (budayawan, seniman NTT), Jimmy Sianto, S.E (pemerhati busana) dan Ance Sumarsono (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi NTT).
Ketua Dekranasda Kabupaten Belu, Ny. Theresia Lopez Parera, yang dimintai tanggapan atas hasil maksimal dalam lomba fashion busana tradisional masa lampau itu mengatakan sangat gembira dan menganggap hasil itu memacu Dekranasda Belu untuk berbuat lebih banyak lagi untuk menghidupkan dan memperkenalkan busana tenun ikat Belu ke luar daerah. "Ini hasil yang luar biasa. Hasil yang membanggakan. Dan, itu memacu Dekranasda Belu untuk mempromosikan tenun ikat Belu ke luar daerah," katanya senang.
Dikatakannya, sudah banyak program yang dibuat Dekranasda Belu untuk menghidupkan usaha tenun ikat di Kabupaten Belu. "Dekranasda bersama Pemkab Belu akan membuat program terobosan untuk menghidupkan usaha tenun ikat di Belu," janji Ny. Lopez Parera.
Hormati Perajin
Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, pada penutupan Pagelaran Busana Tradisional Masa Lampau dan Masa Kini di Aula Rumah Jabatan Gubernur NTT, Minggu (10/10/2010), mengatakan, setiap masyarakat NTT harus terus menerus untuk mempromosikan tenun ikat khas NTT, karena karya seni tenun ikat merupakan kebanggaan NTT.
Menurut gubernur, tenun ikat hanya ada di NTT dan yang lebih unik adalah setiap daerah di NTT memiliki corak yang berbeda. "Kita orang NTT harus bangga dengan tenun ikat ini, dan kita tidak boleh bosan dengan tenun ikat ini," kata gubernur.
Dia menjelaskan, menggunakan tenun ikat juga berarti menghormati para ibu yang sudah bekerja keras membuat tenun ikat. Penghargaan tersebut adalah dengan mengenakan tenun ikat setiap saat. "Kita harus menghargai karya ibu-ibu yang ada di desa-desa karena proses tenun ikat dari mereka," jelasnya.
Pada kesempatan itu, Lebu Raya juga mengecam beredarkan motif-motif tenun ikat NTT buatan pabrik. Menurutnya, motif tenun ikat asal NTT yang dibuat di pabrik merupakan bentuk pelecehan para perajin tenun ikat NTT. Ia mengajak masyarakat tidak perlu memakai kain tenun ikat pabrikan tersebut.
Kepala Taman Budaya NTT yang juga ketua panitia kegiatan ini, Dra. Yohana Lingu Lango, pada kesempatan tersebut mengatakan tujuan kegiatan ini untuk mengembalikan nilai-nilai dasar budaya daerah sebagai sumber inspirasi dalam upaya penggalian, pengkajian dan pengembangan kebudayaan. (humas pemkab belu/alf)
Kebanggaan Belu
Label:
Kabupaten Belu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar