Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Pulau Ular Naga Sawaria (2)

PADA tahun 900 M, Moan Bemu Aja, seorang keturunan RaE asal Bangladesh, dibesarkan di Kerajaan Sriwijaya, menikah dengan Dua Gurun Meran, diangkat menjadi Moan Puan Tana Puan Tawa Tana, lalu mengubah sistem Pemerintahan Dua Moan Watu Pitu menjadi sistem Pemerintahan kerajaan. Wilayah kekuasaan meliputi seluru wilayah Nuhan Ular Tanah Loran.

Pada tahun 1600-an, para misionaris Portugis yang berpusat di Lifao Timor Timur, bersama para pembantunya menyebarkan Agama Katolik ke Pulau Flores, termasuk datang ke Nuhan Ular Tanah Loran. Para pembantu misionaris Portugis itu berasal dari rupa-rupa bangsa dan daerah. Mereka menyinggahi Natar Hokor Gun, lalu mengusir orang Hokor dan merebut Natar Hokor Gun lalu membanggun Natar Sikka.

Di atas Natar Sikka ini pemerintah portugis mendirikan Kerajaan Sikka pada tahun 1607, dengan Rajanya Don Alesu. Juga berdiri kerajaan Nita sebagai jajahan Portugis. Dengan demikian, sejak tahun 1600-an Nuhan Ular Tana Loran terpecah menjadi tiga buah wilayah kerajaan, yaitu Kerajaan Sikka di Natar Sikka, Kerajaan Nita di wilayah Hoak Hewer Nita. Sedangkan sisanya wilayah Kerajaan KangaE.

Pada tahun 1885, seputar tanggal 11 September, Portugis secara resmi menyerahkan Kerajaan Sikka dan Kerajaan Nita Kepada Belanda. Wilayah Kerajaan Sikka diperluas dengan dimasukkan wilayah Hoak Hewer Nele dan Koting, dan ibukota kerajaan berada di Alok Wolokoli (Maumere). Kerajaan Nita meliputi Hoak Hewer Nita dan Kerajaan KangaE kehilangan wilayah Nele dan Koting. Belanda dengan bantuan Raja Sikka melakukan penyerangan terhadap Ratu Keu Nago bersama para Tana Puan Gete yakni Moan Beto Blero di Kringa, Dua Toru di Werang, Moan Jawa Baoleng di Waigete.

Pada 26 November 1902, Kerajaan KangaE diserang oleh serdadu "Marsese" di bawah Komando Raja Yoseph Mbako II da Silva, yang oleh penduduk setempat dijuluki Ratu Bako Bait Sikka, Ratu Keu Nago/Raja Adat KangaE ke-38 dilucuti dan diberhentikan.
Pada 8 Desember 1902 Belanda mengangkat Moan Nai Juje yang adalah saudara sepupu Ratu Keu Nago, menjadi Raja KangaE. Beliau adalah satu-satunya Raja Koloni Belanda di Kerajaan KangaE (1902-1925), Raja Nai Juje, menandatangani kontrak Korte Verklaring dengan Belanda, bersama Raja Larantuka dan Raja Lio Lise.
Kontrak Korte Verklaring itu berkaitan dengan kesepekatan perbatasan wilayah Onderafdeling.

Kesepakatan perbatasan antara Onderafdeling Maumere dan Oderafdeling Flores Timur berdampak:
1. Wilayah Muhan dari Kerajaan Larantuka/Onderafdeling Flotim, ditarik masuk kerajaan KangaE/Onderafdeling Maumere.
2. Wilayah Hewa dari Kerajaan KangaE/Onderafdeling Maumere ditarik masuk ke Kerajaan Larantuka/Onderafdeling Flotim.

Kesepakatan perbatasan antara Onderafdeling Maumere dengan Onderafdeling Ende Berdampak:
1. Pulau PaluE Bu Mbengu (Paga) dan wilayah Mego Wena (Lekebai) dari kerajaan Lio Lise ditarik masuk Kerajaan Sikka/Onderafdeling Maumere.
2. Wilayah Mego Wawo (Magepanda) ditarik dari Kerajaan Lio Lise/Onderafdeling Ende, masuk ke Kerajaan Nita/Onderafdeling Maumere. Dengan demikian sejak tahun 1902 wilayah Onderafdeling Maumere meliputi wilayah Nuhan Ular Tana Loran ditambah Wilayah Muhan, PaluE, dan Lio-Maumere. Onderafdeling Maumere meliputi tiga wilayah kerajaan yaitu KangaE, Sikka, dan Nita.

Pada tahun 1925, Kerajaan KangaE dan Nita atas kebijakan Belanda harus menamatkan riwayatnya pada 14 November 1925. Kedua kerajaan ini dilebur ke dalam Kerajaan Sikka, dengan rajanya Don Yosephus Thomas Ximenes da Silva.

Pada tahun 1958, tepatnya pada 14 Desember 1958, terbentuklah Daerah Swatantra Tingkat II Sikka, sebagai masa perahlian menuju daera otonom yang demokratis. Tanggal 14 Desember merupakan hari lahirnya Kabupaten Sikka. Raja Don P Centis Ximenes da Silva masih diberi kepercayaan sebagai kepala Daswati II Sikka. Dengan ini kerajaan Sikka pun menamatkan riwayat kerajaannya.

Pada tahun 1960, terbentuklah Kabupaten yang definitif yang bertumpuh pada bekas wilayah Onderafdeling Maumere yang namanya sudah merupakan nama perekat dan pemersatu. Dalam proses pengajuan nama Kkbupaten, nama Maumere tersingkirkan dan lahirlah nama Kabupaten Sikka. Nama ini sempat mendapat protes dari para anggota DPRD Sikka saat itu. Pada 1 Maret 1960, PS da Cunha dilantik Menjadi Bupati Sikka yang pertama.

Demikian alur kisah PULAU ULAR NAGA SAWARIA, dan Wilayah NUHAN ULAR TANAH LORAN, yang dipersatukan denggan MUHAN, PALUE, DAN LIO MAUMERE menjadi ONDERAFDELING MAUMERE, dan akhirnya menjadi KABUPATEN SIKA. Semoga kisah tradisi lisan tentang PULAU ULAR NAGA SAWARIA ini dapat bermanfaat bagi upaya pelestarian sejarah dan nilai tradisional di Kabupaten Sikka. (Longginus Diogo/habis)

Tidak ada komentar: