Spirit NTT, 16-22 Maret 2009, Laporan Novemy Leo
MAUMERE, SPIRIT-- Unesco dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membentuk sekolah siaga bencana di Sikka. Tahap awal para siswa dan guru pada SDK Waioti, SMPN 1 Maumere dan SMAN 1 Maumere sudah dilatih tentang siap siaga menghadapi kemungkinan terjadinya bencana. Bahkan, 20 siswa sudah dilatih menjadi motivator guna memotivasi dan membantu berbagai dampak dari kemungkinan bencana itu.
Direktur Unesco-Jakarta, Huberth Keinsen, di SMAN 1 Maumere, Rabu (25/2/2009), mengatakan, selama dua minggu terakhir sudah memberikan pelatihan, pengetahuan teori dan praktek kepada siswa/guru dan kepala sekolah (kasek) mengenai bencana alam dan cara mengantisipasi agar tidak terjadi korban jiwa.
"Hasil studi menunjukkan pengetahuan dapat mengurangi dampak bencana. Karena itu, pengetahuan itu harus diberikan kepada siswa, guru agar siap menghadapi bencana dalam program sekolah bencana," kata Huberth.
Huberth berjanji akan menindaklanjuti kerja sama dengan pemerintah Sikka. Diharapkan tim kerja yang sudah ada, baik guru dan murid terus dibina dan ditingkatkan pelatihan siaga bencana secara kontinyu.
Hery Haryono dari LIPI memberi ancungan jempol setelah melihat simulasi tindakan siswa/guru di SDK Waioti yang begitu cepat berlari keluar lokasi sekolah yang dekat dengan laut hanya dalam waktu kurang dari 10 menit. Hal ini menunjukkan jika terjadi bencana, siswa, guru sudah siap dan bisa meminimalisir korban.
Kepala SDK Waioti, Benyamin; Kepala SMPN 1, Pius Witin dan Kepala SMAN 1, Diro Darius, S.Ag, menyampaikan terima kasih kepada Unesco dan LIPI yang peduli terhadap persoalan bencana, termasuk memberikan latihan siaga bencana kepada siswa sekolah. "Kami berharap ke depan hal ini terus ditindaklanjuti Unesco, LIPI dan Pemda Sikka," kata Darius. (*)
UNESCO Bentuk Sekolah Siaga Bencana
Label:
Sikka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar