Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Pesuruh ke kursi Sekda Lembata

PIRIT NTT/MARSELUS MOLAN
WAWANCARA---
Kru SPIRIT NTT, Yohanes Bosco Bataona (kiri) dan Imakulata Kobesi (kanan) mewawancarai Sekda Lembata yang baru, Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si, di kediamannya di Jalan Poloama, Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Kamis petang (8/1/2009)

Spirit NTT, 2-12 Januari 2009


-----Pengantar Redaksi----
SIAPA
pernah meramal perjalanan nasib dan karir seseorang. Untung dan malang, susah dan senang, tak ada yang pernah tahu pasti. Ada orang yang telah berusaha sangat keras, kerja siang malam tak tahu waktu. Nasibnya tak pernah berubah. Ada yang bilang suratan nasib dan takdir bukan miliknya. Bukan garis tangan, dan bukan talentannya dan sebagainya. Namun bagi mereka yang percaya, suratan nasib, untung dan malang, susah dan senang ditentukan oleh Yang Punya Kehidupan.

Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si, Sekretaris Daerah (Sekda) Lembata yang baru, tak pernah bermimpi suatu kelak akan naik ke puncak karier. Pak Pit, sapaannya, membagi kisah perjalanan hidup dan kariernya kepada tim SPIRIT NTT Humas Setda Lembata, Imakulata Kobesi, Marselus Molan, dan Bosco Batona yang berkunjung ke kediamanya di Jalan Polo Ama, Kelurahan Selandoro, Kamis petang (8/1/2009).



DRS. Petrus Toda Atawolo, M.Si, telah meraih puncak karier pegawai negeri sipil dilantik menjadi Sekda Lembata oleh Gubernur NTT, Selasa (30/12/2008) , tak pernah bermimpi suatu waktu ia akan menjadi Sekda Lembata.

Awal kiprah di pemerintahan dimulai tahun 1977. Membawa bekal ijazah SMEP (setingkat SLTP sekarang), Pit melamar ke Kantor Bupati Flores Timur (induk Kabupaten Lembata) di Larantuka. Meski saat itu ia masih duduk di bangku kelas III SMA.

Berdasarkan SK Bupati Flores Timur tanggal 1 Februari 1977, ia ditempatkan bertugas di Kantor Camat Solor Timur di Menanga. Golongan pangkat I/B, merupakan golongan dan pangkat terendah di pemerintahan waktu itu, Pit tak malu dan sungkan. Ia jalani dengan senang hati dan penuh tanggungjawab sebagai pesuruh di kantor itu.

"Saya serah terima dengan pesuruh di kantor camat. Karena golongan pangkat dia I/d lebih tinggi, sedangkan saya hanya I/B. Yang diserahterimakan blek (kaleng berisi nanah reo dan sepotong kayu untuk lem surat). Di belakang ada tunggu," kisah Pit.

Selama setahun 1978-1979, Pit menjalani tugas pokok yang diberikan pak camat, menaikkan bendera setiap pagi pukul 06.00 wita dan menurunkannya pukul 18.00 wita. Tugas lainnya membuka kantor dan membersihkan ruangan dan halaman kantor. Sedangkan tugas tambahan membantu pekerjaan administrasi membuat amplop surat dan mengantar surat ke desa-desa.

Tanda-tanda perbaikan nasib dimulai di tahun 1979, tatkala ia menyelesaikan pendidikan SLTA dan dilakukan penyesuaian ijazah. Golongan pangkatnya yang semula I/B naik ke jenjang II/a. Peralihan itu mengubah pula tugas pokok sehari-hari dari pesuruh kepada pekerjaan baru di sekretariat.

"Dari sini saya mulai membenahi diri. Dalam perjalanan pelaksanaan tugas tersebut, saya diperbantukan melaksanakan tugas penjabat kepala sekolah di SMP swasta di Kecamatan Solor Timur, selama enam bulan. Pada saat itu, semua guru yang telah diangkat PNS dipindahkan dan keluar dari Solor Timur. Camat memerintahkan dua orang pegawai yang berijasah SMA melaksanakan tugas di sekolah tersebut," kata Pit.

Ditempah dengan keras sejak dari rumah telah membentuk Pit menjadi sosok tangguh, ulet, tekun dan pekerja keras. Setiap peluang yang bisa mengubah masa depan diterimanya. Ketika di bulan Oktober 1980 diberi kesempatan mengikuti testing Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN), Pit menerima tawaran itu dengan sukacita

Hasilnya gemilang. Pengumuman hasil testing bulan Desember 1980, ia menjadi satu-satunya peserta testing pegawai negeri sipil yang lulus, selain beberapa rekannya dari SMA umum. Pit memulai sekolah kepamongparajaan di Kupang pada Januari 1981-1984.

Selesai pendidikan dan kembalinya ke Flores Timur, ia ditempatkan di sekretariat daerah. Di bulan Juli 1985, Pit diangkat menjabat Sekretaris Kecamatan Tanjung Bunga dan melaksanakan tugas sampai bulan Juli 1987.

Prestasi tiga besar diraihnya pada pendidikan di APDN memberinya modal meraih impian, masuk tanpa testing melanjutkan jenjang pendidikan lebih tinggi pada Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta. Bahkan diwisuda tahun 1990-an, ia masuk nominasi 10 besar.

Prestasi demi prestasi itupula, sekembali dari studi dipercaya menjabat Kepala Sub Bagian Tata Praja Sekretariat Daerah Flores Timur selama empat tahun. Dalam waktu bersamaan juga, selama setahun selain sebagai kasubag, ia menjabat pelaksana tugas Kabag Tata Pemerintahan Flotim.

Dari jabatan di Kota Larantuka, Pit melanglangbuana ke kampung. Tahun 1994-1998 diangkat menjadi Camat Tanjung Bunga. Empat tahun kerja keras di lapangan dan selalu memberi prestasi terdepan kepada pemerintah daerah, Pit diperintahkan Bupati Hendrikus Mukin melanjutkan studi pasca sarjana di Universitas Brawijaya, Malang. Dua tahun gelar master digenggamanya dan dibawah pulang untuk didarmabaktikan kepada Lewotanah.

Kemampuan intelektual yang makin matang, di tahun 2000, ia dipercaya menjabat kepala bidang perencanaan pembangunan I membidangi ekonomi pembangunan selama setahun di Flores Timur. Namun, dorongan yang kuat kembali ke kampung kelahirannya bersamaan dengan otonomi Lembata, Pit minta pindahke Lelowleba.
Bintangnya makin terang ketika dipercaya Bupati Lembata Drs. Andreas Duli Manuk menakhodai Bappeda Lembata pada 31 Desember 2001. Tujuh tahun sampai 7 Februari 2007, ia berkutat dengan urusan perencanaan daerah. Tantangan pekerjaan itu membentuknya menjadi pribadi yang sangat matang. Tanggung jawabnya kian berat saat ini dimutasi lagi memimpin institusi baru, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). Bersamaan itu, ia juga harus memangku penjabat kepala Bappeda sampai tahun 2008.

Pit, sangat percaya bahwa prestasi dan kepercayaan diperolehnya merupakan rahmat Tuhan dan upayanya mengoptimalisasikan diri membaca setiap kesempatan yang ada di depan mata. Keyakinan itu makin terang, ketika Bupati, Andreas Duli Manuk, mempercayakannya menyiapkan segala persyaratan untuk diusulkan menjadi calon sekretaris daerah.

Selain Pit, dua pejabat lainnya, Drs. Muhidin Isack dan Drs. Bernadus Boli Hipir mengikuti uji kepatutan dan kelayakan di Kupang. Berdasarkan penilaian, Pit ditetapkan menjadi Sekda Lembata dan menjalani pelantikannya di Aula El Tari Kupang, Selasa, 30 Desember 2008 oleh Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya. Selamat berkarya Pak Piet. (bosco/ima/marsel)




DATA DIRI


- Nama lengkap: Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si.
- Tempat/tanggal lahir: Lewoeleng, Kecematan Lebatukan, 16 Maret 1959
- Orangtua: Ayah : Yosep Lewu Atawolo (Almarhum )
Ibu : Anastasia Aka Maing (Almarhumah )
* Menikah: Tanggal 17 Maret 1980
* Istri: Anastasia Lepe Atawolo
* Anak: 1. Hironimus L Lewu Atawolo (S-2 Sosiologi Pembangunan )
2. Marthina Herlince Atawolo (Tamat Apoteker)

3. Marianus Wagga Atawolo ( Fisipol, Unmer Malang )
4. Isabela Lestari A Atawolo (Kelas III SMA Syuradikara)

* Pendidikan
1. SD: Tamat Tahun 1971
2. SMEP St. Pius X Lewoleba (sederajat SMP)
3. Akademi Pemerintahan Dalam Negri (APDN) Kupang: 1981-1984
4. Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) Jakarta: 1987-1990
5. Pasca Sarjana (S-2): Universitas Brawijaya, Malang : 1998-2000

* Riwayat Pekerjaan:
- 1977-1978: Staf Sekretariat Kecamatan Solor Timur
- 1985-1987: Sekwilcam Tanjung Bunga, Flores Timur.
- 1990-1994: Kasubag Tata Parja merangkap Plt Kabag Tata Pemeritahan Setda Flotim.
- 1994-1998: Camat Tanjung Bunga
- 31 Desember 2001-7 Februari 2007: Kepala Bappeda Lembata
- Selama tujuh bulan-tahun 2008: Kepala BPKAD/Penjabat Kepala Bappeda.
- Tanggal 30 Desember 2008: Dilantik Gubernur NTT menjadi SekdaLembata.






"Jangan tusuk dia dari belakang"

PERINGATAN dini jauh-jauh disampaikan Wakil Bupati Lembata, Drs. Andreas Nula Liliweri, kepada segenap aparat pemerintah (Pemda) Lembata agar memberikan dukungan sepenuhnya kepada Sekretaris Daerah (Sekda) Lembata yang baru, Drs. Petrus Toda Atawolo, M.Si. Tugas sekda bukan pekerjaan ringan. Di pundaknya ada beban tugas berat sebagai kepala administrasi dan kepala staf.
"Semua kepala dinas, badan, bagian sampai staf beri dia dukungan yang maksimal agar pak sekda menjalankan tugas-tugas dengan baik. Jangan tusuk lagi dia dari belakang," imbau Andreas Nula Liliweri, pada malam syukuran di kediaman Sekda di Jalan Poloama, Kelurahan Selandoro, Wangatao.
Acara syukuran dirayakan dengan misa konselebran, dipimpin Deken Lembata, Romo Sinyo da Gomez, Pr, dihadiri 10 orang pastor, para biarawati. Acara syukuran berlangsung dalam guyuran hujan lebat selama perayaan sejak sore. Namun tak menyurut antusiasme para undangan menghadirinya. Pimpinan dan anggota Dewan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama, sedangkan Bupati Lembata, Drs. Andreas Duli Manuk, berhalangan hadir karena mengikuti acara penting di luar daerah.
Menurut Andreas, penantian masyarakat Lembata memiliki sekda definif memerlukan waktu yang relatif lama sejak purna tugas mantan Sekda Drs. Aloysius da Silva, pada Juni 2008. Sejak saat itu pemerintah memroses pengusulan para pejabat menjadi sekda kepada pemerintah propinsi di Kupang. Penantian itu cukup lama setelah setahun, barulah ditetapkan sekda baru.
Andreas mengatakan, di pundak Sekda terdapat tugas sangat berat. Ia menjadi 'jembatan' antara bupati dan wakil bupati dan Dewan. Sekda juga menjadi sekretaris muspida. Dia harus mampu memfasilitasi pertemuan atau rapat-rapat antara muspida dengan pemerintah. Besarnya tugas dan tanggung jawab itu menuntut dukungan dan kerja keras semua bagian untuk menyukseskan tugas sekda.
"Semua kepala dinas dan badan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekda. Kalaupun laporan-laporan ataupun langsung disampaikan kepada bupati, sekda akan tahu juga. Karena bupati akan sampaikan juga kepada sekda," tandas Andreas.
Namun Andreas percaya, sosok Pit Atawolo yang dikenal sebagai pekerja keras dan disiplin dan telah melewati berbagai tugas berat. Ia meniti karier pegawai pemerintahan pertama tahun 1978 dari golongan rendah I/D dan mencapai puncak kariernya saat ini.

Tata disiplin
Ketua DPRD Lembata, Drs. Petrus Boliona Keraf, mengungkapkan harapannya kepada sekda yang baru supaya menata kembali disipilin pegawai negeri sipil yang sering dikeluhkan masyarakat dalam memberikan pelayanan. Hadirnya sekda yang baru memberikan warna lain dalam disiplin aparatur pemerintah.
Ia menambahkan, proses sekda definitif perlu waktu lama karena perubahan regulasi pemerintahan. "Kalau dulu dengan persetujuan DPRD, bisa langsung diproses. Namun, saat ini harus melewati berbagai tahapan," katanya. (ius)



Tidak ada komentar: