Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Guru honor belum mendapat gaji

Spirit NTT, 15-21 Desember 2008

ATAMBUA, SPIRIT--
Belasan guru honor yang tersebar di beberapa Sekolah Dasar Katolik (SDK) dan SD Inpres di wilayah Kecamatan Malaka Barat dan Malak Tengah, Kabupaten Belu, mendatangi kantor bupati untuk mengadukan nasib mereka yang sejak Januari hingga Desember 2008 belum mendapatkan honor dari pemerintah.

Sementara Bupati Joachim Lopez kepada wartawan menyatakan, dirinya bingung karena hal itu sudah menyangkut masalah teknis. "Kalau menyangkut kebijakan mungkin masih bisa saya tangani, tetapi yang menyangkut teknis ini menjadi susah. Seharusnya mereka didampingi petugas dari Dikpora agar permasalahannya jelas," katanya.


"Kami terpaksa mendatangi pak Bupati Belu Joachim Lopez di kantornya untuk mengadukan nasib kami yang selama satu tahun ini tidak mendapatkan honor sebagaimana mestinya," kata Ferdi Serah, salah seorang Guru di SD Inpres Malaka Tengah di Kantor Pemkab Belu, Senin (15/12/2008).

Ia mengatakan, mereka telah mendatangi Kantor Dinas Dikpora Belu, dan oleh petugas yang biasa dihubungi guru-guru honor, Hendrikus Kole menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan honor karena nama mereka sudah tidak tercatat.
Mendapat berita demikian, para guru honor mereka yang berharap mendapatkan uang untuk keperluan Natal mengaku terpukul dan sempat mempersoalkan mengapa nama-nama mereka sampai tidak terdaftar lagi.

Karena setiap bulan kepala sekolah tempat mengajar selalu mengirimkan laporan kegitan belajar mengajar kepada Dinas Dikpora Belu, sebagai salah satu syarat untuk para guru honor mendapatkan bantuan pemerintah tersebut.
Tetapi karena persoalan mereka itu tidak mendapatkan jalan keluar yang diharapkan, akhirnya mereka memutuskan mendatangi Bupati Belu di kantornya guna mencari solusi.

"Bagaimana mungkin nama-nama kami tidak terdaftar di Dikpora dan dilaporkan ke Kupang, sementara kami setiap bulannya aktif mengajar, dan pimpinan sekolah tempat kami mengajar selalu mengirimkan laporan kegiatan mengajar kami masing-masing," katanya dengan nada sedih.

Dikatakannya, pihaknya sudah belasan tahun menjadi guru honor di SDI Malaka Tengah dan honor itu diberikan setiap akhir tahun pada bulan Desember.
"Kalau sampai pak bupati juga tidak memperhatikan nasib kami, maka saya tidak tahu mau kerja apalagi dan mungkin saya akan bertani karena tidak mungkin mengajar terus, meskipun ijasah yang digunakan mengajar selama ini adalah ijazah guru," katanya.

Hal serupa diungkapkan Rofina. Ibu guru beranak dua itu mengaku sangat terpukul dengan jawaban petugas di Dikpora Belu bahwa mereka tidak terdaftar lagi sebagai guru honor.

Honor bantuan pemerintah untuk para guru di sekolah Katolik tersebut hanya Rp 200.000 per bulan dan diterima sekaligus setiap bulan Desember sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Rofina yang mengajar di SDK Malaka Tengah sejak Juni 2005 itu menmabahkan, honor tersebut adalah tambahan dari honor yang diterima dari sekolah tempat yakni Rp 150.000 perbulan. "Kami berharap bapak bupati akan memberikan jalan keluar bagi kami agar honor tahun ini bisa dibayarkan," ujarnya. (ant)


Tidak ada komentar: