Spirit NTT, 29 September - 5 Oktober 2008
HEBING, SPIRIT --Kecamatan Mapitara jadi yang pertama dari 21 kecamatan se-Kabupaten Sikka yang merealisir pembayaran uang bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 266.400.000,- dengan aman, tanpa protes warga. Dana BLT ini dibayarkan kepada 888 RT Sasaran yang tersebar di empat desa, dan tiap RTS menerima Rp 300.000.
"Terhadap angka 888 RT sasaran ini, tidak ada protes warga. Terima kasih, warga saya telah paham haknya dan hak sesamanya yang lebih miskin. Sekarang, kami boleh membayarkan BLT dengan aman dan nyaman," jelas Camat Mapitara, Drs. Humerus Andreas, di Hebing, pekan lalu.
Adapun yang masuk dalam kategori RT (Rumah Tangga) sasaran adalah RT miskin, RT sangat miskin, dan RT hampir miskin. Kepada mereka, BLT dibayarkan dalam dua tahap. Tahap I, untuk tujuh bulan, telah dibayar tuntas pada September ini. Sedangkan sisanya, sejumlah Rp 400.000/RTS bakal dibayar di akhir tahun anggaran berjalan.
Seiring dengan pembayaran BLT, Pemerintah Kecamatan Mapitara pun merealisir pembayaran Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Jumlah total penerima Jamkesmas sedang dalam proses penghitungan. Sementara ini, telah ada 1.112 orang untuk Desa Hale.
Kata Camat Andreas, "Sengaja kami bayarkan Jamkesmas dan BLT secara bersama-sama, karena selama ini dana BLT tidak sepenuhnya digunakan untuk membeli makanan, melainkan juga untuk membiayai pengobatan."
Dan, tentang nama dan jumlah para penerima Jamkesmas pun tak ada protes warga, sebagaimana sering terjadi di daerah lain. Maju terus Mapitara! (edomeko/humas sikka)
* Bupati Sikka ajak warga Tana Ai
"Mai mogat hama-hama"
BOGANATAR, SPIRIT--Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang, dan Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus, M.M, mengajak masyarakat untuk bersatu hati, bergandeng tangan.
Ajakan Bupati Sosi ini disampaikannya dalam kunjungan kerja di Boganatar, Rabu (13/08/2008). Di hadapan sekitar 700 tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagian masyarakat Kecamatan Talibura yang berkumpul di Aula Paroki Boganatar, Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang, mengatakan,
"Kabupaten Sikka tidak akan berkembang bila hanya dibangun oleh dua orang, sebaliknya Kabupaten Sikka akan maju cepat melesat pesat jika kita semua bersatu hati dan wain-talin berjuang bersama. Oleh karena itu, saya mengajak mai mogat hama-hama, mai kita ate lele ha, untuk membangun Nian Tana Sikka tercinta ini."
Menyambung bicara Bupati Sosimus, Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus memaparkan kepada 700-an pemuka masyarakat Kecamatan Talibura itu tentang spiritualitas rezim yang kini mereka pimpin. Kata Wabup Wera, "Jika mai mogat hama-hama menjadi elan vital, maka spiritnya adalah membangun mulai dari desa."
Spirit 'membangun Kabupaten Sikka mulai dari desa' ini menjadi prinsip penting, karena 80 persen dari 234.213 penduduk Kabupaten Sikka tinggal di desa-desa. Karena itu, memajukan desa-desa, yang total berjumlah 147 itu, berarti menyejahterakan sebagian besar wilayah dan masyarakat kita, yang akan menyempurna dengan juga memajukan wilayah dan masyarakat perkotaan.
Masyarakat Talibura menyatakan senang mendengarkan ajakan dan paparan Bupati Sosimus dan Wakil Bupati Damianus tersebut. "Kami senang sekali dengar bapak berdua punya omongan ini," kata Kasianus, Ketua BPD Desa Dungan, yang diiringi tepuk tangan dan seruan 'setuju' dari hadirin.
Dalam dialog yang dipandu Camat Talibura, Drs. Vinsensius Liwu, pembicara lain, Sekretaris Desa Ojang, Ibu Klemensia mengatakan, "Saya mau sampaikan kepada bapak-bapak, bahwa kami di Ojang sampai sekarang ini susah sekali. Listrik tidak ada, jalan juga rusak berat. Dan, itu sudah berlangsung lama sekali, sampai saat HUT Republik Indonesia ke-63 sekarang ini. Jadi, kami harap agar prinsip 'membangun mulai dari desa' ini menyentuh juga kami di Desa Ojang."
Seperti Klemensia, delapan pembicara berikutnya melaporkan berbagai ketertinggalan desanya di berbagai sektor dan lini, serta harapan akan masa depan yang lebih baik. Terhadap soal-soal khas sektoral ini, Bupati Sosimus mempersilahkan para pimpinan dinas/badan/unit lingkup Pemkab Sikka yang hadir untuk memberikan penjelasan teknis.
Di atas penjelasan teknis termaksud, Bupati Sosimus menegaskan bahwa mulai sekarang hasil musrenbang desa tidak akan boleh dicoret siapapun di tingkat manapun.
"Jika dana yang dialokasikan tidak cukup, hasil musrenbang desa akan dikembali ke desa untuk direvisi oleh desa itu. Karena desa itu yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak kecewa gara-gara yang apa diberi tidak sesuai dengan apa yang diminta. Masa orang minta roti kita kasi ikan..."
"Dan, semua rencana muluk itu akan bisa kita capai dengan bekerja keras bersama-sama. Karena itu, sekali lagi: mai mogat hama-hama, mai kita ate lele ha," tandas Bupati Sosimus. (even/humas sikka)
HEBING, SPIRIT --Kecamatan Mapitara jadi yang pertama dari 21 kecamatan se-Kabupaten Sikka yang merealisir pembayaran uang bantuan langsung tunai (BLT) sebesar Rp 266.400.000,- dengan aman, tanpa protes warga. Dana BLT ini dibayarkan kepada 888 RT Sasaran yang tersebar di empat desa, dan tiap RTS menerima Rp 300.000.
"Terhadap angka 888 RT sasaran ini, tidak ada protes warga. Terima kasih, warga saya telah paham haknya dan hak sesamanya yang lebih miskin. Sekarang, kami boleh membayarkan BLT dengan aman dan nyaman," jelas Camat Mapitara, Drs. Humerus Andreas, di Hebing, pekan lalu.
Adapun yang masuk dalam kategori RT (Rumah Tangga) sasaran adalah RT miskin, RT sangat miskin, dan RT hampir miskin. Kepada mereka, BLT dibayarkan dalam dua tahap. Tahap I, untuk tujuh bulan, telah dibayar tuntas pada September ini. Sedangkan sisanya, sejumlah Rp 400.000/RTS bakal dibayar di akhir tahun anggaran berjalan.
Seiring dengan pembayaran BLT, Pemerintah Kecamatan Mapitara pun merealisir pembayaran Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Jumlah total penerima Jamkesmas sedang dalam proses penghitungan. Sementara ini, telah ada 1.112 orang untuk Desa Hale.
Kata Camat Andreas, "Sengaja kami bayarkan Jamkesmas dan BLT secara bersama-sama, karena selama ini dana BLT tidak sepenuhnya digunakan untuk membeli makanan, melainkan juga untuk membiayai pengobatan."
Dan, tentang nama dan jumlah para penerima Jamkesmas pun tak ada protes warga, sebagaimana sering terjadi di daerah lain. Maju terus Mapitara! (edomeko/humas sikka)
* Bupati Sikka ajak warga Tana Ai
"Mai mogat hama-hama"
BOGANATAR, SPIRIT--Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang, dan Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus, M.M, mengajak masyarakat untuk bersatu hati, bergandeng tangan.
Ajakan Bupati Sosi ini disampaikannya dalam kunjungan kerja di Boganatar, Rabu (13/08/2008). Di hadapan sekitar 700 tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagian masyarakat Kecamatan Talibura yang berkumpul di Aula Paroki Boganatar, Bupati Sikka, Drs. Sosimus Mitang, mengatakan,
"Kabupaten Sikka tidak akan berkembang bila hanya dibangun oleh dua orang, sebaliknya Kabupaten Sikka akan maju cepat melesat pesat jika kita semua bersatu hati dan wain-talin berjuang bersama. Oleh karena itu, saya mengajak mai mogat hama-hama, mai kita ate lele ha, untuk membangun Nian Tana Sikka tercinta ini."
Menyambung bicara Bupati Sosimus, Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus memaparkan kepada 700-an pemuka masyarakat Kecamatan Talibura itu tentang spiritualitas rezim yang kini mereka pimpin. Kata Wabup Wera, "Jika mai mogat hama-hama menjadi elan vital, maka spiritnya adalah membangun mulai dari desa."
Spirit 'membangun Kabupaten Sikka mulai dari desa' ini menjadi prinsip penting, karena 80 persen dari 234.213 penduduk Kabupaten Sikka tinggal di desa-desa. Karena itu, memajukan desa-desa, yang total berjumlah 147 itu, berarti menyejahterakan sebagian besar wilayah dan masyarakat kita, yang akan menyempurna dengan juga memajukan wilayah dan masyarakat perkotaan.
Masyarakat Talibura menyatakan senang mendengarkan ajakan dan paparan Bupati Sosimus dan Wakil Bupati Damianus tersebut. "Kami senang sekali dengar bapak berdua punya omongan ini," kata Kasianus, Ketua BPD Desa Dungan, yang diiringi tepuk tangan dan seruan 'setuju' dari hadirin.
Dalam dialog yang dipandu Camat Talibura, Drs. Vinsensius Liwu, pembicara lain, Sekretaris Desa Ojang, Ibu Klemensia mengatakan, "Saya mau sampaikan kepada bapak-bapak, bahwa kami di Ojang sampai sekarang ini susah sekali. Listrik tidak ada, jalan juga rusak berat. Dan, itu sudah berlangsung lama sekali, sampai saat HUT Republik Indonesia ke-63 sekarang ini. Jadi, kami harap agar prinsip 'membangun mulai dari desa' ini menyentuh juga kami di Desa Ojang."
Seperti Klemensia, delapan pembicara berikutnya melaporkan berbagai ketertinggalan desanya di berbagai sektor dan lini, serta harapan akan masa depan yang lebih baik. Terhadap soal-soal khas sektoral ini, Bupati Sosimus mempersilahkan para pimpinan dinas/badan/unit lingkup Pemkab Sikka yang hadir untuk memberikan penjelasan teknis.
Di atas penjelasan teknis termaksud, Bupati Sosimus menegaskan bahwa mulai sekarang hasil musrenbang desa tidak akan boleh dicoret siapapun di tingkat manapun.
"Jika dana yang dialokasikan tidak cukup, hasil musrenbang desa akan dikembali ke desa untuk direvisi oleh desa itu. Karena desa itu yang lebih tahu apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak kecewa gara-gara yang apa diberi tidak sesuai dengan apa yang diminta. Masa orang minta roti kita kasi ikan..."
"Dan, semua rencana muluk itu akan bisa kita capai dengan bekerja keras bersama-sama. Karena itu, sekali lagi: mai mogat hama-hama, mai kita ate lele ha," tandas Bupati Sosimus. (even/humas sikka)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar