Spirit NTT, 29 September - 5 Oktober 2008
BOLENG, SPIRIT--Warga Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), terancam menjadi korban abrasi. Mereka meminta pemerintah setempat membangun tanggul penahan gelombang untuk menahan hempasan air laut agar tidak merusak pemukiman warga di tepi pantai itu.
Permintaan ini disampaikan sejumlah warga Rangko kepada SPIRIT NTT di kampung itu, Kamis (25/9/2008). Menurut warga setempat, setiap tahun selalu terjadi abrasi (pengikisan oleh air laut). Bahkan abrasi sudah mendekat ke perumahan warga di pesisir pantai.
Warga setempat, Ramang dan Jemaling Apis mengatakan, warga sudah pernah menyampaikan perlunya pembangunan tanggul itu kepada pemerintah desa setempat. Bahkan sudah diusulkan dalam musyarawah pembangunan desa, namun belum terealisir.
"Kami di sini terancam abrasi. Rumah penduduk dan tempat ibadah terancam karena hempasan gelombang terus naik setiap tahun. Apalagi pada musim barat," kata Ramang.
Dikatakannya, pada bulan Januari hingga Maret, air laut naik sampai menggenangi sejumlah rumah. Jemaling mengatakan, usulan pembangunan tanggul penahan gelombang sudah berulang kali disampaikan namun belum terjawab. "Kami harap pemerintah membantu kami warga kampung ini dengan membangun tanggul penahan gelombang," ujarnya.
Warga lainnya, Nasrul dan Asmar Harahap, mengemukakan hal yang sama. Menurut keduanya, permohonan warga Rangko untuk membuat tanggul telah berulangkali disampaikan tapi belum terjawab.
Kepala Dusun Rangko, Kamarudin yang ditemui terpisah, membenarkan adanya permintaan warga agar pemerintah membangun tanggul penahan gelombang. "Kami di sini butuh tanggul penahan gelombang untuk menahan hempasan gelombang laut pasang sehingga tidak mencapai perumahan warga dan rumah ibadah," kata Kamarudin. (yel)
BOLENG, SPIRIT--Warga Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Boleng, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), terancam menjadi korban abrasi. Mereka meminta pemerintah setempat membangun tanggul penahan gelombang untuk menahan hempasan air laut agar tidak merusak pemukiman warga di tepi pantai itu.
Permintaan ini disampaikan sejumlah warga Rangko kepada SPIRIT NTT di kampung itu, Kamis (25/9/2008). Menurut warga setempat, setiap tahun selalu terjadi abrasi (pengikisan oleh air laut). Bahkan abrasi sudah mendekat ke perumahan warga di pesisir pantai.
Warga setempat, Ramang dan Jemaling Apis mengatakan, warga sudah pernah menyampaikan perlunya pembangunan tanggul itu kepada pemerintah desa setempat. Bahkan sudah diusulkan dalam musyarawah pembangunan desa, namun belum terealisir.
"Kami di sini terancam abrasi. Rumah penduduk dan tempat ibadah terancam karena hempasan gelombang terus naik setiap tahun. Apalagi pada musim barat," kata Ramang.
Dikatakannya, pada bulan Januari hingga Maret, air laut naik sampai menggenangi sejumlah rumah. Jemaling mengatakan, usulan pembangunan tanggul penahan gelombang sudah berulang kali disampaikan namun belum terjawab. "Kami harap pemerintah membantu kami warga kampung ini dengan membangun tanggul penahan gelombang," ujarnya.
Warga lainnya, Nasrul dan Asmar Harahap, mengemukakan hal yang sama. Menurut keduanya, permohonan warga Rangko untuk membuat tanggul telah berulangkali disampaikan tapi belum terjawab.
Kepala Dusun Rangko, Kamarudin yang ditemui terpisah, membenarkan adanya permintaan warga agar pemerintah membangun tanggul penahan gelombang. "Kami di sini butuh tanggul penahan gelombang untuk menahan hempasan gelombang laut pasang sehingga tidak mencapai perumahan warga dan rumah ibadah," kata Kamarudin. (yel)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar