Spirit NTT, 28 April - 4 Mei 2008
KABUPATEN Belu, seperti kabupaten-kabupaten lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak terlepas dengan bencana. Bencana terus melanda daerah ini, apabila warganya tidak segera sadar dan bangun dari tidur yang berkepanjangan untuk berbuat sesuatu sebagai upaya penanggulangan.
Bencana di Kabupaten Belu yang sering terjadi dan akan terus berlanjut adalah bencana banjir kiriman yang setiap tahun mengancam hidup warga di sekitarnya.
Warga selalu ngos-ngosan di kala musim hujan tiba. Bencana banjir telah menyita sebagian waktu masyarakat karena kiriman dari Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU. Apabila kedua kabupaten tersebut tidak cepat disadarkan, maka penderitaan warga Belu akan terus berlanjut.
Kepada Tim kunjungan kerja DPRD NTT untuk Kabupaten Belu, Armindo M Soares, Marternus Billi, BSc dan Drs. Nahak Dominikus, Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana (Satkorlak-PB) mengatakan bahwa kejadian bencana di Kabupaten Belu sejak Januari sampai Maret 2008 terjadi bencana banjir yang melanda Kecamatan Malaka Barat, Weliman dan minggu pertama Januari 2008 terjadi serangan hama belalang yang melanda Kecamatan Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Kobalima, Lamaknen, Raihat, Kota Atambua, Lasifeto, Malaka Timur, Rainhat, Raimanuk dan Sasita Mean.
Dampak dari bencana tersebut terdapat 1.831 KK atau 8.093 jiwa korban banjir akibat luapan Sungai Benenain diungsikan sementara ke tempat penampungan. Rumah penduduk 794 unit rumah rusak ringan, sedangkan 81 unit lainnya rusak berat.
Areal pertanian seluas 2.600,5 hektar mengalami kerusakan berat, dengan rincian jagung 1.800 ha, jagung dan pisang 10 ha, padi 250 ha, sorghum 391,5 ha dan ubi kayu 149 ha. Ternak 556 ekor hilang/hanyut, dengan rincian ayam 433 ekor, kambing 9 ekor, babi 84 ekor, dan itik 30 ekor. Sedangkan jalan kabupaten 3 km rusak berat dan jalan desa 7,5 km rusak berat.
Upaya penanganan korban bencana tersebut, pemerintah maupun masyarakat setempat melakukan penyedotan kotoran/lumpur pada sumur penduduk serta melaksanakan kaporisasi, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terlanda banjir, memberikan pelayanan air bersih, menyalurkan bantuan darurat/emergency berupa beras, dan makanan suap saji.
Selain itu, melakukan pendataan terhadap luas dan tingkat kerusakan areal komoditi pertanian pada lokasi-lokasi yang dilanda serangan hama belalang. Memberikan dan menyalurkan bantuan alat dan obat pengendali hama belalang.
Taksasi kerugian yang timbul akibat adanya dampak bencana di Kabupaten Belu, sampai dengan Maret 2008 ditaksikan sebesar Rp. 5.253.475.000 (lima miliar dua ratus lima puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). (gaa/hms dprd ntt)
KABUPATEN Belu, seperti kabupaten-kabupaten lainnya di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak terlepas dengan bencana. Bencana terus melanda daerah ini, apabila warganya tidak segera sadar dan bangun dari tidur yang berkepanjangan untuk berbuat sesuatu sebagai upaya penanggulangan.
Bencana di Kabupaten Belu yang sering terjadi dan akan terus berlanjut adalah bencana banjir kiriman yang setiap tahun mengancam hidup warga di sekitarnya.
Warga selalu ngos-ngosan di kala musim hujan tiba. Bencana banjir telah menyita sebagian waktu masyarakat karena kiriman dari Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU. Apabila kedua kabupaten tersebut tidak cepat disadarkan, maka penderitaan warga Belu akan terus berlanjut.
Kepada Tim kunjungan kerja DPRD NTT untuk Kabupaten Belu, Armindo M Soares, Marternus Billi, BSc dan Drs. Nahak Dominikus, Satuan Koordinasi Pelaksanaan Penanggulangan Bencana (Satkorlak-PB) mengatakan bahwa kejadian bencana di Kabupaten Belu sejak Januari sampai Maret 2008 terjadi bencana banjir yang melanda Kecamatan Malaka Barat, Weliman dan minggu pertama Januari 2008 terjadi serangan hama belalang yang melanda Kecamatan Tasifeto Barat, Tasifeto Timur, Kobalima, Lamaknen, Raihat, Kota Atambua, Lasifeto, Malaka Timur, Rainhat, Raimanuk dan Sasita Mean.
Dampak dari bencana tersebut terdapat 1.831 KK atau 8.093 jiwa korban banjir akibat luapan Sungai Benenain diungsikan sementara ke tempat penampungan. Rumah penduduk 794 unit rumah rusak ringan, sedangkan 81 unit lainnya rusak berat.
Areal pertanian seluas 2.600,5 hektar mengalami kerusakan berat, dengan rincian jagung 1.800 ha, jagung dan pisang 10 ha, padi 250 ha, sorghum 391,5 ha dan ubi kayu 149 ha. Ternak 556 ekor hilang/hanyut, dengan rincian ayam 433 ekor, kambing 9 ekor, babi 84 ekor, dan itik 30 ekor. Sedangkan jalan kabupaten 3 km rusak berat dan jalan desa 7,5 km rusak berat.
Upaya penanganan korban bencana tersebut, pemerintah maupun masyarakat setempat melakukan penyedotan kotoran/lumpur pada sumur penduduk serta melaksanakan kaporisasi, memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terlanda banjir, memberikan pelayanan air bersih, menyalurkan bantuan darurat/emergency berupa beras, dan makanan suap saji.
Selain itu, melakukan pendataan terhadap luas dan tingkat kerusakan areal komoditi pertanian pada lokasi-lokasi yang dilanda serangan hama belalang. Memberikan dan menyalurkan bantuan alat dan obat pengendali hama belalang.
Taksasi kerugian yang timbul akibat adanya dampak bencana di Kabupaten Belu, sampai dengan Maret 2008 ditaksikan sebesar Rp. 5.253.475.000 (lima miliar dua ratus lima puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). (gaa/hms dprd ntt)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar