Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

TTS bangun pabrik tepung biji asam

Spirit NTT, 3-9 Maret 2008

KUPANG, SPIRIT--Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) sedang membangun pabrik tepung biji asam untuk mendukung pasokan bahan pelengkap industri tekstil di Bandung.
"Pembangunan pabrik tepung biji asam itu sedang dalam proses, para petani pengumpul biji asam dan pengelola pabrik sudah dididik petugas Balai Tekstil Bandung dan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi NTT, Ir. Eddy Ismail, MM, di Kupang, Minggu (24/2/2008).
Ismail mengatakan, jika industri pabrik tepung biji asam di Pulau Timor itu terlaksana sesuai rencana, maka Indonesia tidak harus mengimpor tepung biji asam dari India karena bahan pelengkap industri tekstil itu dapat dipasok dari di wilayah NTT.
Potensi biji asam di Kabupaten TTS yang dapat mencapai 7.000-10.000 ton/tahun atau sekitar 6.000 hingga 9.000 ton tepung biji asam/tahun.
"Pemerintah Kabupaten TTS mulai menyadari hal itu sehingga sedang berupaya mengembangkan pabrik tepung biji asam dengan pola kemitraan dengan para petani pengumpul biji asam," ujarnya.
Menurut dia, petani pengumpul biji asam itu merupakan mitra binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten TTS, yang sudah pernah dibekali ilmu terapan tentang pengolahan biji asam.
Bahkan, Balai Tekstil Bandung dan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga sudah mengajari kelompok binaan itu cara mengolah biji asam yang efektif dan efesien.
"Tentu Disperindag NTT juga ikut memberi dukungan demi terealisasinya pabrik tepung biji asam tersebut. Upaya koordinasi dengan pihak-pihak terkait terus dilakukan agar pabrik pengolahan bahan pelengkap industri tekstil itu segera terealisasi dalam tahun 2008 ini," ujar Ismail.
Selain TTS, tambah Ismail, sejumlah daerah di NTT juga berpotensi menghasilkan biji asam untuk diolah menjadi tepung, seperti Kabupaten Belu, Timor Tengah Utara (TTU) dan Alor.
"Jika dimanfaatkan secara baik maka industri tekstil di Indonesia tidak harus bergantung pada pasokan tepung biji asam dari India," ujarnya.
Selain harganya lebih murah karena produksi dalam negeri, juga lebih efektif dari aspek waktu karena proses pengiriman barang hanya dalam skala antarpulau.
"Kalau tepung biji asam produk India yang dijual di Pulau Jawa sebesar Rp13 ribu/kilogram maka di masa mendatang harga tepung biji asam produk NTT akan lebih murah. Mungkin saja hanya Rp10.000/kilogram," ujar Ismail. (antara)

Tidak ada komentar: