Laporan Edy Hayong, Spirit NTT, 10-16 Maret 2008
ATAMBUA, SPIRIT--Para petani di wilayah Lakmaras, Kecanatan Lamaknen, Belu, siap mengembangkan tanaman nilam asalkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu memperhatikan dan mendukungnya. Tanaman ini memiliki nilai jual tinggi mencapai Rp 400.000,00/kg.
Tokoh masyarakat Belu, Blasius Manek, B.A, mengatakan hal ini kepada SPIRIT NTT di Atambua, Rabu (5/3/2008). Manek menjelaskan, masyarakat Belu umumnya belum mengetahui wujud tanaman nilam. Tanaman itu sudah sejak lama diperkenalkan di wilayah Flores, sementara di Timor baru diperkenalkan dua tahun belakangan ini.
Di Belu, jelas Manek, tanaman itu mulanya diperkenalkan seorang warga yang berlibur ke Pulau Kalimantan dan mendapatkan warga di daerah itu mengembangkannya. Tertarik dengan tanaman ini, warga Lakmaras itu kemudian meminta sebagian anakan dibawa ke Belu untuk diujicoba. Sebab, dari segi alam tidak jauh berbeda dengan Kalimantan.
"Warga dari Lakmaras itu kemudian datang ke Belu mencoba menanam di kebunnya. Ternyata tumbuh dengan baik. Sekarang sudah mencapai 25 hektar tanaman nilam yang dikembangkan warga di Lakmaras. Warga sudah mulai berdikari untuk mengembangkan tanaman yang punya nilai jual tinggi," jelasnya.
Menurut anggota DPRD Belu ini, nilam yang dikembangkan di wilayah Lakmaras jenis nilam aceh. Sudah dua tahun berjalan dilakukan uji coba di STM Nenuk, Atambua dan hasilnya cukup memuaskan. Minyak nilam ternyata memiliki nilai jual yang sangat mahal mencapai Rp 400.000,00/kg.
"Sekarang petani sudah siap bekerja dan mengembangkan program ini. Saya minta pemerintah turut mendukung keberadaan program nilam ini. Beberapa waktu lalu sudah ada bantuan dari pemerintah senilai Rp 30 juta untuk pengadaan alat penyulingan. Saya berharap dukungan itu terus berlanjut sehingga program ini tidak macet di tengah jalan," tambahnya.
Tentang pasaran, Manek menjelaskan, sesuai informasi yang diperolehnya, pemasaran ke Pulau Jawa. Namun, ia berharap ada kemauan pemerintah membangun pabrik pengolahannya sehingga bisa menyerap tenaga kerja di wilayah ini. *
Tokoh masyarakat Belu, Blasius Manek, B.A, mengatakan hal ini kepada SPIRIT NTT di Atambua, Rabu (5/3/2008). Manek menjelaskan, masyarakat Belu umumnya belum mengetahui wujud tanaman nilam. Tanaman itu sudah sejak lama diperkenalkan di wilayah Flores, sementara di Timor baru diperkenalkan dua tahun belakangan ini.
Di Belu, jelas Manek, tanaman itu mulanya diperkenalkan seorang warga yang berlibur ke Pulau Kalimantan dan mendapatkan warga di daerah itu mengembangkannya. Tertarik dengan tanaman ini, warga Lakmaras itu kemudian meminta sebagian anakan dibawa ke Belu untuk diujicoba. Sebab, dari segi alam tidak jauh berbeda dengan Kalimantan.
"Warga dari Lakmaras itu kemudian datang ke Belu mencoba menanam di kebunnya. Ternyata tumbuh dengan baik. Sekarang sudah mencapai 25 hektar tanaman nilam yang dikembangkan warga di Lakmaras. Warga sudah mulai berdikari untuk mengembangkan tanaman yang punya nilai jual tinggi," jelasnya.
Menurut anggota DPRD Belu ini, nilam yang dikembangkan di wilayah Lakmaras jenis nilam aceh. Sudah dua tahun berjalan dilakukan uji coba di STM Nenuk, Atambua dan hasilnya cukup memuaskan. Minyak nilam ternyata memiliki nilai jual yang sangat mahal mencapai Rp 400.000,00/kg.
"Sekarang petani sudah siap bekerja dan mengembangkan program ini. Saya minta pemerintah turut mendukung keberadaan program nilam ini. Beberapa waktu lalu sudah ada bantuan dari pemerintah senilai Rp 30 juta untuk pengadaan alat penyulingan. Saya berharap dukungan itu terus berlanjut sehingga program ini tidak macet di tengah jalan," tambahnya.
Tentang pasaran, Manek menjelaskan, sesuai informasi yang diperolehnya, pemasaran ke Pulau Jawa. Namun, ia berharap ada kemauan pemerintah membangun pabrik pengolahannya sehingga bisa menyerap tenaga kerja di wilayah ini. *





Tidak ada komentar:
Posting Komentar