Spirit NTT, 3-9 Maret 2008
"ALOR sangat kaya akan ragam dan corak serta motif tenunannya yang indah. Di bandingkan dengan pulau-pulau lain, Kabupaten Alor memiliki banyak kearifan lokal dalam hal tenunan. Ini harus dilestarikan dan dipertahankan. Ini harus menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Alor. Anak-anak Alor harus bisa berbangga mengenakan tenunan atau pakaian adat Alor termasuk dengan aksesorinya," ujar Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan RI, Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono di Kalabahi, belum lama ini.
Menteri Meutia Hatta Swasono, mengatakan hal itu saat menyaksikan gebyar pesona serba tenun dan jambore perajin di Stadion Mini Kalabahi.
Kehadirannya di Kalabahi selain untuk menyaksikan jambore pengrajin tetapi juga menghadiri seminar sehari tentang kontribusi perempuan dalam penguatan budaya bangsa. Di forum seminar sehari itu, Menteri Meutia tampil sebagai pembicara bersama dengan Prof. Dr. Alo Liliweri dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Selama di Kalabahi, Putri Proklamator RI ini berkesempatan meninjau para penenun dan menyaksikan proses pewarnaan tenunan dari zat alami. Ia juga mengagumi gebyar budaya yang ditampilkan dalam suatu tarian masal yang melibatkan 150 orang pelajar yang menyambutnya saat tiba di stadion mini Kalabahi.
Usai memberikan apresiasi terhadap tenunan dan budaya Alor, ia juga meresmikan penggunaan Gedung Perpustakaa Daerah yang ditandai dengan penanda-tanganan prasasti serta peresmian penggunaan Mobil Taman Baca Perpustakaan.
Di hadapan ribuan warga Alor yang menyambutnya, Menteri Meutia, mengatakan, dirinya telah datang ke Alor dua kali sejak tahun 2004 lalu ketika menghadiri expo bersama Menteri Pariwisata Seni Budaya RI, I Gde Ardhika. Saat itu, ia berstatus sebagai salah satu Deputi Kementerian Pariwisata RI.
Kearifan lokal
Baginya, Alor sangat kaya dengan berbagai kearifan lokal tenunan dan ini harus menjadi kebanggaan seluruh anak Alor. Saat itu, ia juga mengagumi aksesoris perempuan Alor berupa konde rambut yang menurutnya sangat menarik.
Ia berharap kaum generasi muda Alor bisa memelihara dan menjaga berbagai kearifan lokal tersebut. Ia sendiri diberitahu kalau di Alor terdapat 40 zat pewarna tenunan dan ini merupakan sumbangan potensi atau sumber daya alam.
Agar zat pewarna alam tetap ada, ajak Menteri Meutia, maka masyarakat Alor harus bersahabat dengan alam dan tidak merusak lingkungan sekitarnya. Karena, kalau merusak alam maka zat pewarnanya akan hilang. Ia juga meminta untuk melestarikan budaya dan bahasa serta membangun hubungan yang harmonis dengan sesama dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kepada ibu-ibu yang sudah lanjut usia, dimintanya, agar bisa menjelaskan kepada generasi muda tentang arti motif dari setiap tenunan sehingga generasi tidak hanya tahu menenun tetapi mengetahui arti dan makna dari setiap motif yang dibuatnya.
Urusan tenun, kata Menteri Pemberdayaan Perempuan RI, bukan hanya urusan perempuan semata tetapi menjadi urusan bersama dengan Dekranasda, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Tenaga Kerja, Pariwisata dan Seni Budaya serta sejumlah instansi lainnya. Jika semua instansi atau stakeholder tersebut bekerja sama maka tenunan Alor akan semakin terkenal dan semakin laku di pasaran.
Beri perhatian
Menteri Meutia juga meminta agar Wagub NTT, Frans Lebu Raya, bisa memberikan perhatian dalam pelstarian dan pengembangan seni budaya dan tenunan Alor.
Sementara itu, ketika berbicara di hadapan forum seminar sehari, Menteri Meutia tidak dapat menyembunyikan kekagumannya atas ragam dan corak tenun ikat tradisonal Alor.
"Saya merasa gembira bisa hadir dalam kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai upaya melestarikan keragaman budaya bangsa dimana kaum perempuan berperan sangat besar. Semua kegiatan yang digelar membuktikan tenun sebagai produk budaya tidak dapat dipisahkan kontribusi dari kaum perempuan. Berbagai aktifitas yang dilaksanakan dalam rangkaian forum cinta budaya ini merupakan kegiatan sangat penting sebagai sarana untuk menunjukan bagaimana kontribusi kaum perempuan dalam kerangka pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Putri Proklamator ini.
Peningkatan peran perempuan dalam pelestarian budaya menurut Meutia, dapat dijadikan sarana untuk mendidik generasi muda agar mengenal dan mencintai kekayaan budaya.
Semangat kebangsaan dan cinta tanaha air, dapat dipupuk dari hal-hal sederhana antara lain, dengan mencintai produk budaya bangsa seperti keanekaragaman tenun ikat dari yang sangat luar biasa kaya dalam ragam dan corak. Untuk itu, sambung Meutia, sangat tepat apabila seluruh kegiatan dinamakan Forum Cinta Budaya.
Melalui forum ini, paparnya, dapat menjadi sarana pendidikan bagi keluarga dan masyarakat untuk mendorong semua orang terutama generasi muda untuk menghargai kekayaan budaya bangsa.
Mengajarkan kepada generasi muda agar dapat menerima dan menghargai kemajemukan budaya Indonesia, sebagai karunia yang patut disyukuri dan sebagai modal dasar untuk mengembangkan kemajuan bangsa dan negara.
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan kata Meutia, melihat keterkaitan dan pentingnya forum cinta budaya ini dalam upaya pemberdayaan perempuan serta peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak bangsa karena sejalan dengan visi dan misi.
"Visi program pemberdayaan perempuan adalah mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," jelasnya.
Meutia Hatta menegaskan, misi Kementerian Pemberdayan Perempuan adalah meningkatkan kwalitas hidup perempuan, memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik.
Menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, meningkatkan pelaksanaan dan memeperkuat kelembagaan pengarusamatan gender serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
Kaum yang bergerak dalam kegiatan tenun serta mau aktif berorganisasi dalan bidang sosial, budaya dan ekonomi tegas Meutia, mempunyai peran yang sangat strategis untuk pendidikan anak bangsa.
Dalam pendidkan multikulturalisme secara meluas, akan berdampak pada terisolasinya nilai-nilai posotif seperti persatuan, cinta tanah air, cinta sesama, cinta keluarga maupun keadilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (bentara-online)
Menteri Meutia Hatta Swasono, mengatakan hal itu saat menyaksikan gebyar pesona serba tenun dan jambore perajin di Stadion Mini Kalabahi.
Kehadirannya di Kalabahi selain untuk menyaksikan jambore pengrajin tetapi juga menghadiri seminar sehari tentang kontribusi perempuan dalam penguatan budaya bangsa. Di forum seminar sehari itu, Menteri Meutia tampil sebagai pembicara bersama dengan Prof. Dr. Alo Liliweri dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Selama di Kalabahi, Putri Proklamator RI ini berkesempatan meninjau para penenun dan menyaksikan proses pewarnaan tenunan dari zat alami. Ia juga mengagumi gebyar budaya yang ditampilkan dalam suatu tarian masal yang melibatkan 150 orang pelajar yang menyambutnya saat tiba di stadion mini Kalabahi.
Usai memberikan apresiasi terhadap tenunan dan budaya Alor, ia juga meresmikan penggunaan Gedung Perpustakaa Daerah yang ditandai dengan penanda-tanganan prasasti serta peresmian penggunaan Mobil Taman Baca Perpustakaan.
Di hadapan ribuan warga Alor yang menyambutnya, Menteri Meutia, mengatakan, dirinya telah datang ke Alor dua kali sejak tahun 2004 lalu ketika menghadiri expo bersama Menteri Pariwisata Seni Budaya RI, I Gde Ardhika. Saat itu, ia berstatus sebagai salah satu Deputi Kementerian Pariwisata RI.
Kearifan lokal
Baginya, Alor sangat kaya dengan berbagai kearifan lokal tenunan dan ini harus menjadi kebanggaan seluruh anak Alor. Saat itu, ia juga mengagumi aksesoris perempuan Alor berupa konde rambut yang menurutnya sangat menarik.
Ia berharap kaum generasi muda Alor bisa memelihara dan menjaga berbagai kearifan lokal tersebut. Ia sendiri diberitahu kalau di Alor terdapat 40 zat pewarna tenunan dan ini merupakan sumbangan potensi atau sumber daya alam.
Agar zat pewarna alam tetap ada, ajak Menteri Meutia, maka masyarakat Alor harus bersahabat dengan alam dan tidak merusak lingkungan sekitarnya. Karena, kalau merusak alam maka zat pewarnanya akan hilang. Ia juga meminta untuk melestarikan budaya dan bahasa serta membangun hubungan yang harmonis dengan sesama dan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kepada ibu-ibu yang sudah lanjut usia, dimintanya, agar bisa menjelaskan kepada generasi muda tentang arti motif dari setiap tenunan sehingga generasi tidak hanya tahu menenun tetapi mengetahui arti dan makna dari setiap motif yang dibuatnya.
Urusan tenun, kata Menteri Pemberdayaan Perempuan RI, bukan hanya urusan perempuan semata tetapi menjadi urusan bersama dengan Dekranasda, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Tenaga Kerja, Pariwisata dan Seni Budaya serta sejumlah instansi lainnya. Jika semua instansi atau stakeholder tersebut bekerja sama maka tenunan Alor akan semakin terkenal dan semakin laku di pasaran.
Beri perhatian
Menteri Meutia juga meminta agar Wagub NTT, Frans Lebu Raya, bisa memberikan perhatian dalam pelstarian dan pengembangan seni budaya dan tenunan Alor.
Sementara itu, ketika berbicara di hadapan forum seminar sehari, Menteri Meutia tidak dapat menyembunyikan kekagumannya atas ragam dan corak tenun ikat tradisonal Alor.
"Saya merasa gembira bisa hadir dalam kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai upaya melestarikan keragaman budaya bangsa dimana kaum perempuan berperan sangat besar. Semua kegiatan yang digelar membuktikan tenun sebagai produk budaya tidak dapat dipisahkan kontribusi dari kaum perempuan. Berbagai aktifitas yang dilaksanakan dalam rangkaian forum cinta budaya ini merupakan kegiatan sangat penting sebagai sarana untuk menunjukan bagaimana kontribusi kaum perempuan dalam kerangka pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Putri Proklamator ini.
Peningkatan peran perempuan dalam pelestarian budaya menurut Meutia, dapat dijadikan sarana untuk mendidik generasi muda agar mengenal dan mencintai kekayaan budaya.
Semangat kebangsaan dan cinta tanaha air, dapat dipupuk dari hal-hal sederhana antara lain, dengan mencintai produk budaya bangsa seperti keanekaragaman tenun ikat dari yang sangat luar biasa kaya dalam ragam dan corak. Untuk itu, sambung Meutia, sangat tepat apabila seluruh kegiatan dinamakan Forum Cinta Budaya.
Melalui forum ini, paparnya, dapat menjadi sarana pendidikan bagi keluarga dan masyarakat untuk mendorong semua orang terutama generasi muda untuk menghargai kekayaan budaya bangsa.
Mengajarkan kepada generasi muda agar dapat menerima dan menghargai kemajemukan budaya Indonesia, sebagai karunia yang patut disyukuri dan sebagai modal dasar untuk mengembangkan kemajuan bangsa dan negara.
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan kata Meutia, melihat keterkaitan dan pentingnya forum cinta budaya ini dalam upaya pemberdayaan perempuan serta peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak bangsa karena sejalan dengan visi dan misi.
"Visi program pemberdayaan perempuan adalah mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, kesejahteraan dan perlindungan anak dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara," jelasnya.
Meutia Hatta menegaskan, misi Kementerian Pemberdayan Perempuan adalah meningkatkan kwalitas hidup perempuan, memajukan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik.
Menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak, meningkatkan pelaksanaan dan memeperkuat kelembagaan pengarusamatan gender serta meningkatkan partisipasi masyarakat.
Kaum yang bergerak dalam kegiatan tenun serta mau aktif berorganisasi dalan bidang sosial, budaya dan ekonomi tegas Meutia, mempunyai peran yang sangat strategis untuk pendidikan anak bangsa.
Dalam pendidkan multikulturalisme secara meluas, akan berdampak pada terisolasinya nilai-nilai posotif seperti persatuan, cinta tanah air, cinta sesama, cinta keluarga maupun keadilan dan kesetaraan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. (bentara-online)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar