Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Ketika SBY rindu padamu

Oleh Harry Tjahjono *
Spirit NTT, 31 Desember 2007 - 6 Januari 2008

TEPAT 28 Oktober 2007, sekitar pukul 19.00 WIB, Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Penata Musik Rekaman Indonesia (DPP PAPPRI) meluncurkan album lagu karya cipta Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berjudul Rinduku Padamu.
Tempatnya di Hall D,Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta Pusat. Menyimak judulnya, album lagu Rinduku Padamu itu tentu tidak berhubungan dengan peringatan hari Sumpah Pemuda meskipun di-launch pada 28 Oktober 2007.Selain launching, PAPPRI juga sekalian mengukuhkan SBY sebagai anggota kehormatan DPP PAPPRI. Akan tetapi, kalaupun Anda pencinta lagu pop Indonesia, tentu tidak lantas berbondong-bondong menonton launching album Rinduku Padamu supaya bisa salaman dan minta tanda tangan SBY.
Sebab,selain belum tentu merindukan Anda, dalam pengumuman yang diterbitkan DPP PAPPRI untuk anggotanya antara lain disebutkan bahwa anggota PAPPRI akan mendapatkan undangan dan seragam batik yang khusus digunakan pada acara tersebut; anggota PAPPRI juga akan mendapatkan penggantian uang transpor (Rp 100.000) yang akan diserahkan pada saat penyelenggaraan acara dimaksud. Peluncuran album Rinduku Padamu bisa dibilang langkah maju setelah beberapa waktu yang lalu SBY 'membintangi' klip lagu grup band Ungu dan Coklat.
Setidaknya menambah panjang daftar pejabat yang terjun di belantika musik nasional sejak Basofi Sudirman merilis album dangdut Tidak Semua Laki-Laki, disusul Wiranto meluncurkan album keroncong dan album campursari Amien Rais yang berkolaborasi dengan Waljinah. Seperti halnya Wiranto dan Amien Rais yang meluncurkan album lagunya menjelang Pemilu 2004, sulit untuk tidak mengaitkan album Rinduku Padamu dengan Pemilu 2009.
Tapi, terkait ataupun tak berhubungan dengan Pemilu 2009, di antara presiden yang ada di muka bumi ini barangkali hanya SBY yang sempat mencipta lagu. Bisa jadi lagu-lagu dalam album Rinduku Padamu itu diciptakan jauh sebelum jadi presiden, atau semasa remaja seperti halnya Pasha Ungu, Noel Letto, Ariel Peterpan, Ian Radja asyik digunjang-ganjing berahi asmara. Tapi, mungkin pula lagu-lagu itu tercipta di sela kesibukan SBY mengelola republik ini tentu saja bukan berarti sekadar hasil karya sambilan. Memang, dalam sejarah raja-raja Jawa, Paku Buwana IV juga menulis syair tembang Serat Wulangreh berisi renungan filosofis.
Sedangkan Mangku Negara IV menulis syair tembang Serat Wedhatama yang sarat filsafat. Maklum, sejak dulu sampai sekarang predikat pujangga niscaya mencerminkan citra diri pribadi yang berhati nurani, cendekia, bijak, menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, dan memiliki empati yang tinggi terhadap penderitaan sesama. Begitu terhormatnya predikat pujangga sehingga seorang raja sekalipun rela bersusah payah menulis syair supaya layak disebut raja pujangga.
Tapi, menyimak judul album Rinduku Padamu, tampaknya syair karya SBY tidak dimaksudkan untuk meraih predikat presiden pujangga walaupun membuat SBY dikukuhkan sebagai anggota kehormatan DPP PAPPRI.
Lalu, apa yang sesungguhnya ingin dicapai SBY lewat album Rinduku Padamu? Teman saya, anak muda yang berprofesi peneliti senior di sebuah lembaga survai tertua dan terkemuka di Indonesia mengaku heran, Kenapa SBY begitu sibuk dengan upaya membangun citra? Kalau Megawati, Wiranto dan Sutiyoso repot meningkatkan popularitas dan pencitraan diri, memang sudah seharusnya.
Sebab, yang dinilai rakyat dari ketiga kandidat presiden 2009 itu lebih pada popularitas dan citra mereka. Tetapi sebagai capres incumbent, yang akan dinilai rakyat dari SBY adalah kinerjanya dan hasil kerjanya, bukan popularitas atau citra dirinya. Kalaupun teman saya yang belum 40 tahun itu bukan peneliti senior, saya pikir keheranan anak muda selalu masuk akal. Sebab, walaupun album Rinduku Padamu berpeluang 'meledak' di pasar musik nasional dan melambungkan popularitas SBY jauh melebihi ketenaran Ungu atau Kangen Band, tentu tidak akan membuat orang mengabaikan kasus Lapindo yang belum tuntas, korupsi yang tetap merajalela, anggaran pendidikan yang belum sesuai undangundang, kemiskinan yang menyengsarakan lebih dari 40 juta rakyat Indonesia, konversi minyak tanah menjadi gas yang berpotensi memicu keresahan sosial dan seabrek persoalan pelik yang melilit bangsa Indonesia.
Barangkali akan lain halnya apabila album SBY berjudul Berantas Korupsi, atau sedikitnya Rinduku Rakyatku, misalnya. Tetapi yang jauh lebih penting dan lebih mendesak adalah sebelum peluncuran Rinduku Padamu, SBY terlebih dulu menggiatkan tindakan tegas memberantas pembajakan karya kreatif seniman Indonesia termasuk mengusut ihwal lagu Rasa Sayange yang dicaplok Malaysia. Sebab, selama pembajakan dibiarkan merajalela, kesejahteraan hidup para pencipta lagu akan tetap merana walaupun sering mendapat jatah baju batik khusus dan pengganti uang transpor dari PAPPRI atau capres lain. *
* Penulis Serial Si Doel Anak Sekolahan, dikutip dari Sindo (bentara online)

Tidak ada komentar: