SEKTOR pertanian dan industri di Indonesia, hasil dan kualitasnya secara umum dapat dikatakan belum siap menghadapi pasar serta sistem dan mekanisme perdagangan internasional. Di satu pihak, hal itu terjadi karena biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk pertanian dan industri di Indonesia masih tinggi.
Harus diakui produk pertanian dalam negri seperti beras dari beberapa daerah di Indonesia, belum mampu melawan beras impor, karena biaya produksi yang dikeluarkan petani antara lain pestisida dan pupuk masih tergolong mahal. Sementara di daerah lain yang kekurangan air dan sangat menggantungkan diri pada curah hujan, seperti sebagian besar wilayah daerah di NTT, biaya pertanian yang melambung tinggi adalah "kerinduan" akan curah hujan yang tidak kunjung datang pada waktunya.
Semangat juang petani untuk keluar dari lingkaran kemiskinan menjadi terkatung-katung, karena tidak diimbangi hasil yang diperoleh. Akibatnya, harga jual beras petani sangat tertekan, sehingga penghasilan mereka sangat kecil. Kemudian karena petani beras masih merupakan bagian yang sangat besar dari penduduk Indonesia, maka daya beli masyarakat pun akan merosot tajam.
Memasuki pasar bebas, memang akan menghadapkan Indonesia pada perekonomian yang serba dilematis. Petani Indonesia ditantang dan sering terbentur pada mutu dan kualitas hasil produksi pertanian. Di satu sisi akan mendorong industri pertanian menjadi efisien dan kompetatif; di sisi lain karena membanjirnya barang impor, akan menyebabkan turunnya pendapatan petani, yang jumlahnya di Indonesia menduduki urutan tertinggi dari kelompok profesional lainnya. Karena kondisi ini dan membuat penghasilan petani menjadi kecil, maka dengan sendirinya berdampak pada angka jumlah kemiskinan di Indonesia, kian hari menjadi kian meningkat.
Menghadapi kondisi petani dan produk pertanian yang demikian, usaha-usaha baru yang masih bisa berkembang, selain sistem pertanian organik terpadu yang mengembangkan keterpaduan antara pertanian dan peternakan adalah usaha pertanian yang berbasis pada sumber daya lokal, yang menggunakan sumber bahan baku alam dan keterampilan tenaga kerja lokal. Usaha ini, selain biaya produksi rendah, produksinya juga masih berorientasi pada pasar luar negri.
Sayangnya rantai masalah petani yang ada justru menunjukkan bahwa 70 persen masalah yang digadapi petani bersumber dari luar pertanian, sehingga solusinya pun harus juga datang dari sektor-sektor lain di luar pertanian, dengan membangun kerja sama yang baik antar semua sektor terkait itu. Tetapi langkah yang segera bisa diambil guna penyelamatan produk pertanian petani kita adalah dengan cara subsidi dan mengembangkan sistem pertanian yang lebih berpihak pada kelestarian alam, dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan bahan baku alam. Selain itu, pemerintah dan pengusaha juga harus mulai membangun komitmen untuk mengutamakan kesejahteraan petani, dengan menetapkan harga produksi dan komoditi pertanian yang berpihak pada petani, tidak saja mengutamakan kuntungan dan laba yang sebesar-besarnya. Dengan demikian petani akan senantiasa percaya diri dan berusaha mempertahankan mutu komoditi dan produk pertanian yang ada. Petani tidak dapat berjalan sendiri dalam upaya berjuang dan mempertahankan mutu dan kualitas produk pertanian ini. (pelaksana teknis unit pelayanan terpadu sikka). Spirit NTT, 10-16 Desember 2007.
Harus diakui produk pertanian dalam negri seperti beras dari beberapa daerah di Indonesia, belum mampu melawan beras impor, karena biaya produksi yang dikeluarkan petani antara lain pestisida dan pupuk masih tergolong mahal. Sementara di daerah lain yang kekurangan air dan sangat menggantungkan diri pada curah hujan, seperti sebagian besar wilayah daerah di NTT, biaya pertanian yang melambung tinggi adalah "kerinduan" akan curah hujan yang tidak kunjung datang pada waktunya.
Semangat juang petani untuk keluar dari lingkaran kemiskinan menjadi terkatung-katung, karena tidak diimbangi hasil yang diperoleh. Akibatnya, harga jual beras petani sangat tertekan, sehingga penghasilan mereka sangat kecil. Kemudian karena petani beras masih merupakan bagian yang sangat besar dari penduduk Indonesia, maka daya beli masyarakat pun akan merosot tajam.
Memasuki pasar bebas, memang akan menghadapkan Indonesia pada perekonomian yang serba dilematis. Petani Indonesia ditantang dan sering terbentur pada mutu dan kualitas hasil produksi pertanian. Di satu sisi akan mendorong industri pertanian menjadi efisien dan kompetatif; di sisi lain karena membanjirnya barang impor, akan menyebabkan turunnya pendapatan petani, yang jumlahnya di Indonesia menduduki urutan tertinggi dari kelompok profesional lainnya. Karena kondisi ini dan membuat penghasilan petani menjadi kecil, maka dengan sendirinya berdampak pada angka jumlah kemiskinan di Indonesia, kian hari menjadi kian meningkat.
Menghadapi kondisi petani dan produk pertanian yang demikian, usaha-usaha baru yang masih bisa berkembang, selain sistem pertanian organik terpadu yang mengembangkan keterpaduan antara pertanian dan peternakan adalah usaha pertanian yang berbasis pada sumber daya lokal, yang menggunakan sumber bahan baku alam dan keterampilan tenaga kerja lokal. Usaha ini, selain biaya produksi rendah, produksinya juga masih berorientasi pada pasar luar negri.
Sayangnya rantai masalah petani yang ada justru menunjukkan bahwa 70 persen masalah yang digadapi petani bersumber dari luar pertanian, sehingga solusinya pun harus juga datang dari sektor-sektor lain di luar pertanian, dengan membangun kerja sama yang baik antar semua sektor terkait itu. Tetapi langkah yang segera bisa diambil guna penyelamatan produk pertanian petani kita adalah dengan cara subsidi dan mengembangkan sistem pertanian yang lebih berpihak pada kelestarian alam, dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan bahan baku alam. Selain itu, pemerintah dan pengusaha juga harus mulai membangun komitmen untuk mengutamakan kesejahteraan petani, dengan menetapkan harga produksi dan komoditi pertanian yang berpihak pada petani, tidak saja mengutamakan kuntungan dan laba yang sebesar-besarnya. Dengan demikian petani akan senantiasa percaya diri dan berusaha mempertahankan mutu komoditi dan produk pertanian yang ada. Petani tidak dapat berjalan sendiri dalam upaya berjuang dan mempertahankan mutu dan kualitas produk pertanian ini. (pelaksana teknis unit pelayanan terpadu sikka). Spirit NTT, 10-16 Desember 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar