Laporan Edy Hayong, Spirit NTT 3-10 Desember 2007
ATAMBUA, SPIRIT--Mewarnai perayaan Hari Kesehatan Nasional (HKN), Pemerintah Kabupaten Belu mencanangkan operasi gondok yang berakhir 30 November 2007. Selama sepekan, 12-26 November 2007, tim dokter Rumah Sakit (RS) Sito Husada-Atambua melakukan operasi 11 pasien gondok yang datang dari berbagai daerah di Kabupaten Belu.
Hal ini diungkapkan Direktur RS Sito Husada, dr. Edi Usboko, mengatakan hal ini di Atambua, Senin (26/11/2007). Dokter Edi menjelaskan, pada acara pencanangan operasi gondok tanggal 12 November lalu, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Belu, dr. Lau Fabianus menginformasikan bahwa di Belu terdapat 23,3 persen warga kekurangan yodium. Dampak dari kekurangan yodium adalah timbul penyakit gondok dengan tingkat penyebarannya merata di seluruh wilayah Belu. Terhadap kondisi ini, manajemen RS Sito Husada punya tanggung jawab moril untuk menyembuhkan warga yang terkena gondok. Apalagi gondok berpengaruh pada kecerdasan.
Untuk itu, kata dr. Edi, terkait HKN tahun 2007 pihaknya sudah menangani 11 pasien gondok. "Untuk sementara kita sudah tangani 11 pasien. Angka ini akan bertambah karena kegiatan operasi ini baru berakhir tanggal 30 November 2007. Tapi secara keseluruhan semua pasien yang kita tangani berhasil dengan baik. Ada yang sudah pulang ke rumahnya sementara ada yang masih dirawat di RS Sito Husada menunggu proses pemulihan," katanya.
Tentang rencana ke depan, dia mengatakan, RS Sito Husada tetap membuka kesempatan kepada pasien yang terkena gondok untuk dioperasi. Penutupan operasi saat ini hanya karena sesuai program pemkab dalam rangka HKN. Tetapi pelayanan rutin tetap dilakukan.
Diberitakan sebelumnya, hasil survai tim Dinkes Belu kerjasama dengan Universitas Udayana Bali tahun 2003 menemukan sekitar 23,3 persen warga Belu kekurangan yodium yang berdampak pada munculnya penyakit gondok, terutama pada kalangan remaja. Dari total tersebut, baru sebagian sudah ditangani sementara lainnya akan ditangani secara bertahap.*
Hal ini diungkapkan Direktur RS Sito Husada, dr. Edi Usboko, mengatakan hal ini di Atambua, Senin (26/11/2007). Dokter Edi menjelaskan, pada acara pencanangan operasi gondok tanggal 12 November lalu, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Belu, dr. Lau Fabianus menginformasikan bahwa di Belu terdapat 23,3 persen warga kekurangan yodium. Dampak dari kekurangan yodium adalah timbul penyakit gondok dengan tingkat penyebarannya merata di seluruh wilayah Belu. Terhadap kondisi ini, manajemen RS Sito Husada punya tanggung jawab moril untuk menyembuhkan warga yang terkena gondok. Apalagi gondok berpengaruh pada kecerdasan.
Untuk itu, kata dr. Edi, terkait HKN tahun 2007 pihaknya sudah menangani 11 pasien gondok. "Untuk sementara kita sudah tangani 11 pasien. Angka ini akan bertambah karena kegiatan operasi ini baru berakhir tanggal 30 November 2007. Tapi secara keseluruhan semua pasien yang kita tangani berhasil dengan baik. Ada yang sudah pulang ke rumahnya sementara ada yang masih dirawat di RS Sito Husada menunggu proses pemulihan," katanya.
Tentang rencana ke depan, dia mengatakan, RS Sito Husada tetap membuka kesempatan kepada pasien yang terkena gondok untuk dioperasi. Penutupan operasi saat ini hanya karena sesuai program pemkab dalam rangka HKN. Tetapi pelayanan rutin tetap dilakukan.
Diberitakan sebelumnya, hasil survai tim Dinkes Belu kerjasama dengan Universitas Udayana Bali tahun 2003 menemukan sekitar 23,3 persen warga Belu kekurangan yodium yang berdampak pada munculnya penyakit gondok, terutama pada kalangan remaja. Dari total tersebut, baru sebagian sudah ditangani sementara lainnya akan ditangani secara bertahap.*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar