BA'A, SPIRIT---Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Rote Ndao menggelar pasar murah selama sepekan khusus untuk mendistribusi minyak bimoli 5.000 liter kepada masyarakat setempat dengan harga subsidi Rp 10.000,00/liter dari harga pasaran Rp 12.500,00/liter.Kepala Dinas (Kadis) Perindag Rote Ndao, NST Haning, kepada SPIRIT NTT, Kamis (5/12/2007), menjelaskan, minyak bimoli bersubsidi telah dipasarkan sejak Senin (3/12/2007) di sejumlah titik, terutama di pasar rakyat yang ada di kecamatan di Rote Ndao.
Menurut Haning, tujuan pendistribusian minyak bimoli subsidi untuk membantu masyarakat ekonomi lemah terutama menghadapi beberapa hari besar yang akan berlangsung di antaranya perayaan Idul Adha, perayaan Natal dan Tahun Baru 2008.
"Kita batasi penjualan per kepala keluarga (KK) hanya boleh beli maksimum dua liter. Lebih dari itu tidak boleh. Apalagi saat kita distribusikan di beberapa pasar, respon masyarakat cukup tinggi sehingga kalau ada yang beli lebih, maka jatah yang semestinya akan kurang. Apalagi kondisi saat ini harga minyak bimoli terus merangkak naik," jelasnya.
Penjualan minyak subsidi ini, kata Haning, berlangsung sepekan dan langsung didistribusikan pegawai di Disperindag dan pegawai lain serta masyarakat yang dianggap layak dan bisa membantu mendistribusikan minyak bimoli.
"Saya imbau masyarakat agar tidak berspekulasi membeli banyak untuk dijual kembali atau ditimbun. Kalau kedapatan maka ada sanksi hukum bagi pelaku karena merugikan orang lain yang sama-sama membutuhkan minyak bimoli," katanya.Ditanya apakah penjualan minyak bimoli menyentuh semua masyarakat, ia mengaku khusus beberapa wilayah penghasil kelapa, pemerintah tidak distribusikan. "Di beberapa titik tertentu seperti Nembrala, Bo'a kita tidak jual ke sana karena wilayah itu penghasil kelapa," katanya.
Pantauan SPIRIT NTT penjualan minyak bimoli di Pasar Metina cukup diminati masyarakat. Namun demikian, ada sejumlah masyarakat mengeluh karena minyak bimoli yang dijual pemerintah cukup mahal. "Mestinya kalau subsidi pemerintah harus kasih harga lebih murah lagi. Karena Rp 10.000,00/liter tidak semua warga bisa membelinya," kata Ny. Johni Malelak, Ny. Lusi dan beberapa ibu rumah tangga lainnya. Walau demikian, mereka meminta pemerintah tidak hanya menjual bimoli bersubsidi, namun juga sejumlah makanan pokok lainnya. (iva) Spirit NTT, 10-16 Desember 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar