Laporan LKBN ANTARA, Spirit NTT 3-10 Desember 2007
KUPANG, SPIRIT--Kabupaten Alor dijadikan sebagai model penanganan penyakit hogcholera yang biasa menyerang ternak babi di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan melakukan uji coba terhadap empat jenis vaksin hogcholera bagi ternak babi yang ada di kabupaten kepulauan itu.
"Kami sedang melakukan uji coba vaksin hogcholera yang berasal dari Brasil, Jepang, China dan Perancis di Alor dalam upaya menangani penyakit hogcholera sebagai contoh bagi semua ternak babi di NTT," kata Kepala Subdin Kesehatan Hewan Dinas Peternakan NTT, drh. Maria Geong, ketika dihubungi melalui telepon selulernya, di Kupang, Rabu (28/11/2007).
Ia mengatakan, ternak babi tidak memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli suatu daerah (PAD), tetapi dari sisi sosial budaya, jenis hewan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik untuk konsumsi maupun untuk urusan adat istiadat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pihaknya, kata Geong, hampir sekitar 60 persen masyarakat NTT mengonsumsi daging babi, menyusul daging ayam dan sapi, karena ternak sapi umumnya untuk perdagangan antarpulau guna memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Dari segi populasi, menurut dia, jumlah ternak babi di NTT tercatat sekitar 1,3 juta ekor dengan konsumsi setiap tahun mencapai 600 ribu ekor.
"Hampir 60 persen konsumen di NTT mengonsumsi daging babi dan urusan sosial budaya. Jika ternak babi ini tidak kita lestarikan maka secara tidak langsung kita juga ikut memusnahkan kultur budaya kita," katanya.
Menurut dia, peternakan babi di NTT membawa implikasi positif bagi para peternak dalam meningkatkan pendapatan, meski usaha tersebut tidak berorientasi untuk pemasaran yang lebih luas.
Dengan melihat pada kondisi tersebut, kata Geong, pihaknya memandang penting untuk melakukan uji coba vaksin hogcholera yang berasal dari empat negara guna mencari vaksin yang paling cocok dalam mencegah hogcholera yang menyerang ternak babi di NTT. "Kita menjadikan Alor sebagai lokasi uji coba dan contoh bagi pemberantasan penyakit hogcholera di NTT," katanya.
Ia menambahkan, jika uji coba vaksin hogcholora itu berhasil, pihaknya akan membuka jaringan pasar dengan sejumlah daerah di kawasan Asia dan wilayah timur Indonesia untuk pemasaran ternak babi. *
"Kami sedang melakukan uji coba vaksin hogcholera yang berasal dari Brasil, Jepang, China dan Perancis di Alor dalam upaya menangani penyakit hogcholera sebagai contoh bagi semua ternak babi di NTT," kata Kepala Subdin Kesehatan Hewan Dinas Peternakan NTT, drh. Maria Geong, ketika dihubungi melalui telepon selulernya, di Kupang, Rabu (28/11/2007).
Ia mengatakan, ternak babi tidak memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan asli suatu daerah (PAD), tetapi dari sisi sosial budaya, jenis hewan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, baik untuk konsumsi maupun untuk urusan adat istiadat.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh pihaknya, kata Geong, hampir sekitar 60 persen masyarakat NTT mengonsumsi daging babi, menyusul daging ayam dan sapi, karena ternak sapi umumnya untuk perdagangan antarpulau guna memenuhi kebutuhan daging bagi masyarakat di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Dari segi populasi, menurut dia, jumlah ternak babi di NTT tercatat sekitar 1,3 juta ekor dengan konsumsi setiap tahun mencapai 600 ribu ekor.
"Hampir 60 persen konsumen di NTT mengonsumsi daging babi dan urusan sosial budaya. Jika ternak babi ini tidak kita lestarikan maka secara tidak langsung kita juga ikut memusnahkan kultur budaya kita," katanya.
Menurut dia, peternakan babi di NTT membawa implikasi positif bagi para peternak dalam meningkatkan pendapatan, meski usaha tersebut tidak berorientasi untuk pemasaran yang lebih luas.
Dengan melihat pada kondisi tersebut, kata Geong, pihaknya memandang penting untuk melakukan uji coba vaksin hogcholera yang berasal dari empat negara guna mencari vaksin yang paling cocok dalam mencegah hogcholera yang menyerang ternak babi di NTT. "Kita menjadikan Alor sebagai lokasi uji coba dan contoh bagi pemberantasan penyakit hogcholera di NTT," katanya.
Ia menambahkan, jika uji coba vaksin hogcholora itu berhasil, pihaknya akan membuka jaringan pasar dengan sejumlah daerah di kawasan Asia dan wilayah timur Indonesia untuk pemasaran ternak babi. *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar