* Menbudpar, Jero Wacik
Spirit NTT, 20-26 April 2009
BANDUNG, SPIRIT--Pemerintah Indonesia berusaha dan bekerja keras mengupayakan Pulau Komodo untuk masuk nominasi keajaiban dunia.
"Kita terus mengupayakan agar Pulau Komodo masuk daftar keajaiban dunia," kata Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, yang datang ke Bandung menghadiri dies dan wisuda Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, belum lama ini.
Upaya pemerintah memperjuangkan Pulau Komodo masuk Daftar Keajabiban Dunia, katanya, dilakukan melalui Dinas Pariwisata Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama pengelolaan Pulau Komodo.
Pulau Komodo berada di wilayah Manggarai Barat, NTT. Pulau itu merupakan
satu-satunya tempat berkembang biak satwa langka jenis komodo.
Tahun 2008 diperkirakan ada 1.200 ekor komodo yang hidup di pulau tersebut. Ditambah komodo yang hidup di pulau lain, jumlah komodo diperkirakan 2.500 ekor.
Dari data yang diperoleh Pulau Komodo berada di urutan ke-13. Pulau Komodo menjadi harapan pariwisata Indonesia sebagai pariwisata internasional setelah Candi Borobudur gagal masuk nominasi wisata keajaiban dunia.
Populasi Menyusut
Populasi komodo (Varanus comodoensis) di Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, belakangan terus menyusut akibat berkurangnya ketersediaan mangsanya.
Sejak tahun 2000 terus menurun signifikan, bahkan pada salah satu pulau, yakni Pulau Padar, di kawasan TNK itu, tak ditemukan lagi satwa yang dilindungi tersebut.
Dari penjelajahan di Pulau Rinca dan Pulau Komodo bersama rombongan "fam trip" kalangan travel agen dari Bali yang dijadwalkan tiga hari, 6-8 Maret, hanya berhasil melihat beberapa komodo di kedua pulau tersebut.
Da Costa, salah seorang petugas TNK yang menjadi pemandu di Pulau Rinca, mengatakan, berdasarkan survai, populasi komodo terus berkurang, terutama akibat berkurangnya makanan bagi satwa itu.
Di Pulau Rinca yang populasinya sempat mencapai angka tertinggi, sekitar 1.400 ekor, kini diperkirakan maksimal 1.100 ekor. "Kerbau dan rusa sebagai mangsa komodo sempat banyak diburu, sehingga jumlahnya juga terus berkurang," ucapnya.
Menurut dia, populasi kerbau di Pulau Rinca yang sempat mencapai 100 ekor, kini diperkirakan tinggal 60 ekor. Populasi rusa juga terus berkurang, sehinggi komodo cenderung saling memangsa.
Sementara di Pulau Komodo, populasi satwa itu yang sempat mencapai sekitar 1.500 ekor, diperkirakan turun menjadi 1.200 -an. Selain sempat terjadi perburuhan kerbau dan rusa, juga banyak komodo yang saling memangsa, kata Usman, petugas TNK yang mendampingi penjelajahan di pulau tersebut.
Bahkan di Pulau Komodo rombongan lebih dari 20 perusahaan travel agen yang didukung TransNusa, Blue Dragon dan Hotel Bintang Flores itu hanya berhasil melihat dua ekor komodo di perbukitan dan di pantai.
Terus menurunnya populasi komodo juga akibat cuaca yang kurang mendukung pada masa penetasan telur seperti bulan Februari-April ini yang suhunya terlalu dingin. Masa penetasan telur komodo memerlukan suhu lebih hangat berkisar 28-35 derajat celcius.
Dalam kondisi sekarang ini, dari 30 telur dalam satu sarang yang menetas beberapa saja, padahal idealnya lebih separuhnya. Untuk mempertahankan kelestarian komodo yang berada dalam kawasan yang didukung pemandangan perbukitan indah dan taman laut yang masih asli, pihak TNK meningkatkan patroli dan pengamanan.
Ari Daru dari Himpunan Pramuwisata Indonesia NTT maupun pengusaha pariwisata setempat Emil Bei, berharap keindahan pesona alam dan taman laut TNK dengan satwa komodonya, akan mendukung keinginan mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan melalui Bali maupun langsung dari Jakarta. (*)
Komodo Diupayakan Masuk Keajaiban Dunia
Label:
Manggarai Barat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)





Tidak ada komentar:
Posting Komentar