Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Umametan lambang persatuan dan kebersamaan

Spirit NTT, 26 Mei-1 Juni 2008

ATAMBUA, SPIRIT--Kondisi kehidupan sekarang tidak seperti zaman leluhur. Dulu, tidak ada undang-undang, peraturan pemerintah ataupun peraturan daerah (perda). Tetapi faktanya masyarakat hidup berdampingan secara aman dan damai, saling hormat menghormati dalam nuansa kebersamaan. Oleh karena itu, Umametan sebagai bentuk tradisi kehidupan para leluhur perlu diangkat dan ditanamkan kepada anak cucu, sebagai lambang persatuan dan kebersamaan dalam menunjang pembangunan saat ini.

Hal ini diungkapkan Bupati Belu, Drs Joachim Lopez, ketika menghadiri undangan dan membuka kegiatan Paol Honon Umametan Tuligatal, Belagatal-Malilorok masyarakat Dusun Welaus, Desa Lakekun Utara, Kabupaten Belu, Sabtu (26/4/2008).

Menurutnya, acara Paol Hohon bukan merupakan acara seremonial belaka, namun memiliki substansi berupa ucapan syukur atas hasil kerja masyarakat terhadap Tuhan dan leluhur. Oleh karenanya signal positif dalam bentuk kebersamaan terpupuk dalam kegiatan Paol Honon dimaksud.

Guna menghidupkan kembali tradisi dan kebudayaan yang ada di masyrakat, pemerintah berkomitmen mengembangkan program revitalisasi peran rumah adat atau umametan. Hal ini penting sekali untuk memotivasi masyarakat dimana dengan perannya dapat memberikan kontribusi pembangunan. Perhatian pemerintah dilakukan berupa pemberian sumbangan dana pembuatan rumah adat.

"Apa yang dilakukan pemerintah saat ini bukan berarti menghidupkan kembali prinsip feodalisme, tetapi apa yang ada di masyarakat itu positif untuk pembangunan harus kita angkat dan kita kembangkan. Hak neter, no hak taek malu tidak ada persoalan karena itu bersumber dari umametan. Tapi sekarang ini tingkat ketaatan masyarakat semakin rendah, ini perlu digali apa masalahnya sehingga masyarakat jadi tidak taat dan malas," kata Lopez.

Bupati Lopez juga meminta masyarakat agar tidak bermental proyek karena perilaku tersebut dapat menghambat pembangunan. Dia mengharapkan masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan.

"Saya tidak suka diagung-agungkan karena saya berasal dari orang kecil. Saya hadir atas undangan untuk membuka kegiatan kebudayaan. Oleh karenanya sebagai pemimpin di daerah ini, saya lebih dekat dan memberikan penghargaan untuk umametan serta berbaur dengan masyarakat guna mengenal dan mengetahui apa masalah dan kebutuhan masyarakat di sini," tegas Lopez.

Kegiatan Paol Hohon yang juga dihadiri oleh Wakil Ketua DPRD Belu, Ludovikus Taolin, Camat Kobalima, Yosefina Bete Manek, S.Sos, para kepala desa se- Kecamatan Kobalima, tokoh adat dan masyarakat Desa Lakekun Utara, ini diawali laporan penyelenggaraan acara Paol Hohon oleh Thomas Y Mau.

Acara dilanjutkan dengan tarian Tebe, yang ditampilkan yakni Tebe Bere Le Sutak (melambangkan kepahlawanan), Tebe Lese Luan (lambang muda mudi mencari perkenalan dan cinta), tebe loli (lambang perkelahian antara Beimane dengan ikan loli), tebe asuain (lambang kemenangan atas sabung ayam antara sina Mutia Malaka dengan Baimane), Tebe Helela (lambang hasil tanam berlimpah berupa padi dan jagung).

Sebagai acara puncak kegiatan Paol Hohon adalah acara Paalges (perarakan dan persembahan hasil pertanian berupa jagung. (humas setda belu)

Tidak ada komentar: