Spirit NTT, 9-15 Juni 2008
SEBAGAI bagian dari guru, Dede Teke yang sudah berusia 59 tahun 11 bulan, dan akan pensiun pun masih kuat menunjukkan partisipasinya bergabung dengan para guru mengikuti pendeklarasian Forum Peduli Pendidikan (FORLIDI) di Lapangan Depan Gereja Kathedaral, Jalan Soegyopranoto Maumere.
Padahal Teke, sang guru harus menempuh perjalanan jauh dari wilayah Kecamatan Tanawawo, 70-an kilometer arah barat Kota Maumere. Betapa setia dan tingginya solidaritasnya sebagai sesama guru, hingga perjalanan jauhpun harus ditempuh dengan berjalan kaki dan berojek, dengan biaya yang tidak sedikit yang harus dikeluarkan.
Begitu pulang ikut deklarasi FORLIDI, Teke langsung pulang. Pada malam harinya sekitar pukul 19.00 (07 malam) hari itu juga, Teke baru masuk rumah. Sementara Inang, sang putri semata wayang, terlihat gelisah dengan ayahnya. Karena perjalanan yang sangat jauh di tengah usia sang ayah yang sudah tinggal masuk kubur. Tapi itulah guru, pengorbanan dan keiklasan selalu ditunjukan dengan gigih dan lapang dada, demi memajukan pendidikan dan anak bangsa di Sikka.
"Aduh bapa, saya gelisa takut ada apa-apa dengan bapa di jalan," teriak Inang ketika Teke membuka pintu dan masuk rumah.
"Tida apa, Tuhan itu maha baik. Ia pelindung segala makluk ciptaanNya sendiri," jelas Teke sambil merangkul putri semata wayangnya.
"FORLIDI itu apa nah?" tanya Inang, ditengah dekapan sang ayah yang selalu mengasihinya.
"FORLIDI itu forum yang dibentuk atas inisiatif para guru, dalam memperjuangkan peningkatan mutu pendidikan dan hak- hak guru," jelas Inang.
"Berarti FORLIDI itu For Didik lalu For Hak Guru, begitu?" tanya Inang lagi.
"Benar, FORLIDI itu akan memperjuangkan mutu pendidikan dan meningkatkan SDM manusia peserta didik, selanjutnya FORLIDI akan memperjuangkan hak-haknya. Bukan apa-apa, tanpa guru, Bangsa Indonesia akan tetap gelap pikirannya. Sering di tipu dan bak kerbau dicocor idungnya oleh bangsa lain," jelas Teke lagi.
Ditengah kondisi ekonomi yang tak pasti, harga BBM belum naik saja sembako sudah melonjak. Guru dalam kondisi ini tetap akan menjadi pandai penggali lubang. Yang selalu gali lobang tutup lubang. Dan kini saatnya guru bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya. (john oriwis)
FORLIDI for didik for hak guru
Label:
Sikka
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar