Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

'Membumi' di Mitos Sial

Spirit NTT, 21- 27 Juli 2008, Oleh Benny Dasman

SAYA menyebut Danrem 161/Wirasakti Kupang, Kolonel (Inf) Winston Perdamean Simanjuntak, sebagai salah satu di antara begitu banyak kaum rasionalis. Ketika mengunjungi Redaksi Pos Kupang, Selasa (15/7/2008), Winston mengaku tak memercayai mitos sial angka 13. "Bagi saya angka 13 itu hoki," katanya.

Muasal cerita, di akhir dialog, Pemimpin Umum Harian Pos Kupang, Damyan Godho, menyampaikan niatnya mengundang Danrem Winston menghadiri acara peluncuran Pos Kupang TV, tanggal 9 Agustus 2008. "Mengapa tidak tanggal 8 saja, supaya tepat bulan 8 dan tahun 2008. Itu hoki. Sama seperti saya angka 13 itu hoki. Bukan sial," timpal Danrem Winston. Benar? Pak Damyan hanya mengulum senyum.

Tetapi dalam tatanan masyarakat modern, kepercayaan-kepercayaan tahayul dan mitos-mitos sial angka 13 ternyata tetap eksis, bahkan berkembang dan merasuk ke dalam banyak segi kehidupan masyarakatnya. Kepercayaan-kepercayaan ini bahkan ikut mewarnai arsitektural kota dan juga gedung-gedung pencakar langit.

Contoh, di berbagai gedung tinggi di China, tidak ada yang namanya lantai 13 dan 14. Menurut kepercayaan mereka, kedua angka tersebut tidak membawa hoki. Di Barat, angka 13 juga dianggap sial. Demikian pula di berbagai belahan dunia lainnya. Kalau kita perhatikan nomor-nomor di dalam lift gedung-gedung tinggi dunia, Anda tidak akan jumpai lantai 13. Biasanya, setelah angka 12, langsung 'loncat' ke angka 14. Atau dari angka 12 maka 12a dulu baru 14. Fenomena ini terdapat di banyak negara dunia, termasuk Indonesia.

Benarkah 13 dianggap angka yang membawa kekurangberuntungan? Fakta ini membantahkannya. Ingat prestasi gemilang Michael Ballack. Berkostum nomor 13, pemuda ganteng itu berhasil membawa Jerman menembus babak final piala dunia tahun 2006. Tak hanya itu, masih berkostum nomor 13, di perhelatan kompetisi sepak bola negara-negara Eropa (Euro 2008), lagi-lagi Michael Ballack menbawa Jerman masuk perempat final.

Sama seperti Ballack, Telkomsel pun bernomor punggung 13 (ultah ke-13, Red), bermain dikancah bisnis telekomunikasi Indonesia. Tak mengenal kata sial, bahkan memecahkan mitos, Telkomsel terus mencetak gol kemenangan sehingga tetap menjadi market leader. Yang terdepan. Semakin membumi dan membumi merangkul dunia.

Buktinya, para pelanggan tak bosan-bosan dipuaskannya. Memberi kado spesial berupa program tarif bicara untuk kartu prabayar Simpati dengan hitungan waktu serba 13. Tarif itu Rp 0,5 per detik ditawarkan kepada pelanggan setianya.
Banyak lagi pembuktian pemecahan mitos sial di umur ke-13 tahun telkomsel. Lahir dari anak perusahaan BUMN, Telkomsel memiliki komitmen kuat untuk memberikan pelayanan publik dalam memajukan negeri. Penggelaran jaringan melalui pembangunan BTS (Base Transceiver Station) secara cepat dilakukan melalui program IKC (Ibu Kota Kecamatan) pada tahun 2007 berbuah sukses. Target menjangkau hingga pelosok daerah lebih dari 95 persen tercapai.

Awalnya, telkomsel beroperasi dengan 149 BTS yang dibangun untuk melayani para pelanggan. Melihat pesatnya pertumbuhan pelanggan dan komitmen yang kuat untuk memerdekakan Indonesia dari keterisolasian komunikasi dan informasi, di tahun 2005 telkomsel menambah kapasitas BTS menjadi 22.000 BTS.
Peningkatan pelayanan terus dilakukan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan kepada 52 juta pelanggannya. Mewujudkan hal itu, telkomsel di tahun 2008 berencana menambah 5.000 BTS baru dengan investasi US$ 1,5 miliar (sekitar Rp 14 triliun). Dengan demikian total BTS yang dimiliki telkomsel menjadi 27.000 BTS. Dan, yang menggembirakan lagi, di usia ke-13, telkomsel terus berbuat sebagai contoh menghadirkan solusi teknologi Remote Solution System yang menggunakan GSM Pico IP (Internet Protocol) via Satelite IP.

Teknologi ini merupakan inovasi teknologi GSM IP pertama kali di Indonesia maupun internasional. Ini satu pembuktian bahwa telkomsel memiliki jaringan terluas dengan kualitas jaringan yang saat ini telah menjelajah wilayah-wilayah yang selama ini kesulitan mendapatkan layanan telekomunikasi, seperti pedesaan dan pulau-pulau terluar Indonesia termasuk jalur bahari PELNI (Pelayaran Nasional Indonesia).

Pendiri Bridge BMA
Kini, untuk mensejajarkan bangsa Indonesia dengan negara berkembang lainnya, telkomsel juga bermitra dengan 288 operator International Roaming di seluruh belahan dunia. Kondisi ini membuat pelanggan merasakan komunikasi yang tak terputus (seamless roaming), dan memandu industri selular Indonesia untuk Go International dengan menjadi salah satu pendiri Bridge Mobile Alliance (BMA) yang merupakan aliansi operator selular terbesar di Asia Pasifik.

Dan, telkomsel juga telah sukses meluncurkan layanan simPATI Kangen di Hongkong dimana sebelumnya layanan ini telah diluncurkan kali pertama di Taiwan. Melalui layanan ini, telkomsel menjadi pelopor dalam memandu industri memasuki era mobile wallet melalui layanan T-Cash (Telkomsel Cash) di Indonesia. Layanan ini sangat bermanfaaf bagi masyarakat Indonesia yang bekerja di luar negeri dan keluarganya yang ada di Indonesia, baik dari sisi hemat berkomunikasi maupun kemudahan pengiriman uang lintas negara secara cepat, aman dan lebih murah.

Sebagai market leader dan pencapaian leading in service (terdepan dalam pelayanan) telkomsel terus selalu memperhatikan lima parameter kebutuhan pokok pelanggan dan calon pelanggan, yaitu jaringan yang luas, kualitas jaringan yang handal, kelengkapan fasilitas produk dan inovasi, kenyamanan pelayanan purna jual, dan tarif yang wajar.

Telkomsel memandang bahwa pada dasarnya jaringan yang luas dengan core network yang senantiasa dipersiapkan untuk mendukung implementasi teknologi terkini merupakan hal utama dalam melayani masyarakat selular Indonesia.
Oleh karenanya, jaringan Telkomsel dilengkapi dengan ragam teknologi, seperti GPRS (Global Packet Radio Service), EDGE (Enhanced Data rate GSM Evolution), WiFi (Wireless Fidelity), 3G WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access), dan 3,5 G berbasis HSDPA (High Speed Downlink Packet Access).

Pionir
Berbagai pendapat dan kajian pakar menggambarkan bahwa ketersediaan sarana telekomunikasi akan meningkatkan daya tarik investasi, memperluas peluang berusaha, menciptakan lapangan kerja baru, mendinamisasi lingkungan bisnis dan berbagai manfaat lainnya.

Wajar jika ada pendapat bahwa selain meningkatkan kelancaran komunikasi antarpenduduk dan mempersatukan negeri, kehadiran Telkomsel juga meningkatkan percepatan pertumbuhan perekonomian dan kemasyarakatan. Tak terbayangkan jika suatu daerah tidak ada sarana telekomunikasi, selain terisolir, dunia luar akan memandang sebagai suatu indikasi keterbelakangan wilayah itu.
Lahir dari rahim Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berorientasi pada pelayanan publik dalam suasana kompetisi dan menghadapi situasi dengan segala keterbatasan gerak, namun tekad dan semangat melayani Indonesia bagai tak lekang di panas terik dan tak lapuk di hujan. Begitu nyata derap langkah Telkomsel dalam memajukan semua daerah hingga ke wilayah terpencil.
Tahun 2005, telkomsel menorehkan sejarah sukses melayani semua ibukota kecamatan di Pulau Jawa, Bali sampai Lombok (IKC Jawa-Bali). Selanjutnya tahun 2006, Telkomsel berhasil melayani seluruh kecamatan Pulau Sumatera (IKC Jawa-Bali dan Sumatera). Tahun 2007, Telkomsel melayani kecamatan di Pulau Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur (IKC Jawa-Bali-Nusra, Sumatera dan Kalimantan).

Memang belum sepenuhnya tercapai. Namun telkomsel tetap berobsesi meningkatkan pelayanan hingga dapat melayani semua pelosok negeri, agar tak ada lagi wilayah Indonesia yang terisolir.

Terdapat ratusan daerah hingga wilayah terpencil, di mana Telkomsel yang pertama dan sendirian melayaninya. Contoh di Sumatera (Titik 0 atau KM 0 Sabang, Pulau Batu, Pulau Hibala Nias, Pulau Balai Singkil, Pulau Mentawai, Pulau Siberiut, Pulau Tambelan Natuna, Ulurawas, Suwoh, Jangkat Jambi, Enggano Bengkulu, Pulau Bulan, Moro, Pulau Buru, Sungai Guntung dan Tanjung Samak), Jatim-Madura (Pulau Raas, Pulau Giligenting, Pulau Mandangin, Pulau Masalembu, Karang Penang, Bulu Timur, Hutan Baluran, Tempursari, Supit Urang, Watu Ulo, Sendang Biru, Gucialit dan Ngluyu).

Untuk wilayah Bali-Nusa Tenggara (Aegela, Alimere, Ayotopas, Balauring, Batu Putih, Bena Panite, Bondo Kodi, Detusoko, Kolbana, Maubesi, Mauponggo, Moni, Ngalu, Pulau Ende, Riung, Talibura, Waigete, Waipukang, Wedomu, Baranusa, Boas, Bolou, Eilogo, Haharu, Iteng, Jerebuu, Kamanggih, Manubelon, Nun Kollo, Pandedewatu, Tanarara, Tena Teke, Uwa, Waiklibang, Watuneso, Werang, Wolojita dan Wula).

Sedangkan di Kalimantan (Tanjung Seloka, Muara Batuan, Pudi, Batu Besar, Kuripan, Samalantaka, Hampang, Lempake, Sambaliung, Gunung Tabur, Maratua, Tanah Lia, Sasayap Ilir, Tanjung Palas, Sekatak, Sebatik, Sebuku, Lumbis, Sembakung, Krayan, Malinau dan Mentarang), Sulawesi-Maluku-Papua (Sangirtalaud, Ogotua, Lasolo, Abuki Konawe, Pakue Kolaka, Lombe Buton, Dobo, Saumlaki, Halmahera, Namlea, Pulau Buru, Pegunungan Jaya Wijaya, Raja Ampat Sorong dan Asmat Agat Timika-Merauke).


Tidak pilih-pilih
Keterbukaan pasar seluler dan dinamisnya industri ini tidak lepas dari kiprah Telkomsel dalam memelopori bisnis ini untuk semakin terbuka. Membuka jaringan tidak pilih-pilih guna memajukan daerah, merupakan jiwa khas Telkomsel. Selain meningkatkan daya tarik investasi, nilai tambah promosi daerah wisata, kawasan industri, perumahan, pusat perbelanjaan, hotel dan apartemen, sampai membuka keterisolasian wilayah terpencil.

Membuka keterlibatan mitra dalam distribusi produk dari pedagang besar hingga tingkat pengecer, juga merupakan kreasi kepeloporan Telkomsel yang dimulai tahun 1996 (sebelumnya simcard dan ponsel hanya dijual oleh operator).
Begitu banyak lapangan berusaha terbuka dengan hadirnya lebih dari 10.500 titik pelayanan Telkomsel, baik yang dikelola sendiri maupun yang dikelola bersama mitra, yakni 68 GraPARI, 210 GeraiHALO, 2.300 KiosHALO, 2.950 Retail Nasional, dan 5.000 Outlet Dealer. Tidak terhitung jumlah tenaga kerja yang terserap, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Konvergensi layanan secara nyata diimplementasikan Telkomsel sebagai upaya menghadirkan manfaat bagi lingkungan bisnis. Contoh: konvergensi dengan industri perbankan (m-banking, m-ATM dan e-wallet), media massa dan konten (mobile TV live dan mobile video streaming), industri musik yang sekaligus membangkitkan dari keterpurukan karena pembajakan (ring back tone atau Nada Sambung Pribadi), industri otomotif (layanan info otomotif seperti m-Toyota). Bahkan Telkomsel juga melahirkan era baru untuk menggairahkan olahraga nasional (layanan sepakbola Indonesia *465#).

Peduli Lingkungan
Sepanjang 13 tahun perjalanannya, Telkomsel yang saat ini sahamnya dimiliki BUMN Telkom 65 persen dan SingTel 35 persen terus berupaya mengimplementasikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai upaya menghadirkan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan, dengan aktif melakukan berbagai kegiatan sosial.

Dengan tema "Semakin Sehat Indonesiaku", Telkomsel berupaya membantu mereka yang kurang mampu untuk menikmati hidup yang lebih sehat. Sekitar 5.000 anak di berbagai wilayah Indonesia difasilitasi khitanan massal, 200 anak operasi bibir sumbing, donor darah sekitar 6.000 orang karyawan dan mitra Telkomsel, perbaikan sarana sanitasi 100 SD negeri, serta pengobatan gratis kerja sama dengan puskesmas setempat.

Dengan tema "Semakin Cerdas Indonesiaku", lebih dari 4.000 anak yatim piatu mendapat paket alat sekolah dan tas, 2.000 buku doa pilihan bagi anak panti asuhan dan korban bencana, 1.000 buku mengenal seluler untuk siswa SMP dan SMA, ratusan buku di 15 lokasi baca "Grawidya" untuk program Ayo Membaca, student visit layani 5.000 mahasiswa berbagi ilmu dan pengalaman praktis, Telkomsel goes to campus di 30 kampus, serta membantu 500 unit komputer ke pesantren dan yayasan sosial.

Melalui program "Telkomsel Peduli", Telkomsel melakukan kepedulian terhadap masyarakat yang terkena bencana dalam beberapa tahun terakhir ini. Saat Tsunami Aceh, menyewa dua pesawat Hercules untuk mengangkut bantuan bagi masyarakat (makanan, obat-obatan, selimut, kantung mayat) serta berbagai perangkat telekomunikasi guna mempercepat pemulihan layanan telekomunikasi. Di samping itu juga menyediakan posko telepon gratis, pusat layanan info korban, ambulans, bantuan sarana komunikasi (ponsel dan kartu seluler) bagi petugas lapangan, serta membuka SMS donasi.

Hal serupa juga dilakukan saat gempa di Nias dan tsunami di Pangandaran, dengan memberi bantuan pangan, obat-obatan dan telepon gratis. Begitu juga saat terjadi gempa di Bantul dan Klaten, di mana Telkomsel membuka tenda pengungsi, sekolah darurat untuk anak-anak sekaligus menjadi terapi healing bagi mereka, WC umum 20 buah, bantuan 200 sepeda untuk warga dan membuka SMS donasi bersama PMI.

Telkomsel juga secara aktif melakukan kepedulian saat bencana banjir besar melanda Jabodetabek Februari 2007 lalu. Selain rumah dan perkantoran, sejumlah infrastruktur telekomunikasi pun ikut terendam. Jakarta nyaris lumpuh akibat pasokan listrik yang terganggu. Namun kesigapan dan tekad Telkomsel untuk memberikan yang terbaik, membuat layanan Telkomsel pulih dalam waktu cepat. Seiring pemulihan jaringan, kepedulian Telkomsel diwujudkan dengan mendirikan 27 tenda kemanusiaan, 36 posko telepon gratis, bantuan logistik (nasi bungkus, makanan bayi, susu, mie instan, air bersih), selimut, serta bantuan kesehatan di 72 lokasi.

Peduli pedesaan
Tak hanya peduli terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya, telkomsel juga berkontribusi memajukan perekonomian di desa. Tak heran bila perekonomian rakyat menjadi terbantu dengan hadirnya jaringan Telkomsel ini. Hubungan perdagangan menjadi lebih lancar dari kota ke desa, begitupun sebaliknya.

Tak heran pula bila hampir semua lapisan masyarakat dari kalangan elit hingga pembantu rumah tangga dari kota besar hingga pelosok desa, bisa mengakses sarana telekomunikasi, yang menyebabkan masyarakat maupun konsumen makin cerdas dan akses perhubungan makin dekat.

Kemajuan teknologi yang dihadirkan Telkomsel juga berpengaruh besar terhadap pembangunan kota dan perdesaan. Seperti peluncurkan produk Telkomsel Flash Unlimited untuk pelanggan regular dan pelanggan corporate kartuHALO. Bertepatan dengan ulang tahun ke 13. Dimulai dari Rp 125 ribu per bulan, pelanggan dapat menikmati akses internet unlimited di seluruh Indonesia. Bukan tak mungkin kedepannya Indonesia menjadi sejajar dalam hal perkembangan industri seluler dengan Negara maju lainnya di dunia.

Kini, telkomsel maju sangat pesat. Berbagai produk dengan inovasi-inovasi terbaru yang didukung dengan jaringan terluas dan beragam teknologi seperti, layanan 3G di Indonesia, diluncurkan.

3G adalah singkatan dari generasi ketiga, suatu istilah untuk standar teknologi internasional yang mempunyai tujuan meningkatan efisiensi dan memperbaiki kinerja jaringan seluler. 3G menawarkan peningkatan aplikasi yang ada sekarang sehingga aktivitas browsing di internet bisa lebih ngebut, kualitas panggilan suara lebih oke dan pengiriman data lebih instan. 3G bisa dimanfaatkan untuk download musik, kartu kredit ala ponsel dan nonton televisi.

Standar ISO
Seiring perjalanan 13 tahun Telkomsel dalam melayani Indonesia. Telkomsel telah bersertifikasi manajemen mutu standar internasional ISO. Dan mendapat penghargaan dari berbagai pihak, baik dalam maupun luar negeri, seperti Service Quality Award untuk GraPARI, Best Call Center Award (3 tahun berturut-turut), serta internasional Best Asia Pacific Call Center Award. Telkomsel berhasil memperoleh sertifikat ISO 9001 versi 2000 dari lembaga internasional "TUV-NORD" karena mampu memberikan kualitas layanan berstandar internasional. Ini hoki nomor punggung 13. Yang lain, capek deh!

* Penulis, Penanggung jawab Mingguan SPIRIT NTT, wartawan Pos Kupang


Tidak ada komentar: