Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

9 Rumah warga Hebi rusak diterpa muher

Laporan Humas Sikka, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

MAUMERE, SPIRIT--Sembilan rumah milik warga Dusun Wairhabi, Desa Habi, Kecamatan Kangae, Senin (10/12/2007) lalu, diporakporanda angin topan, yang oleh warga setempat disebut muher. Peristiwa yang terjadi sore hari ini mengakibatkan empat rumah warga Dusun Wairhabi mengalami rusak berat dan lima rumah lainnya rusak ringan.
Menurut salah seorang warga yang kehilangan tempat tinggal, Maria Rasdiana, peristiwa itu terjadi secara mendadak. "Saat itu cuaca mendung dan sempat turun gerimis. Mendadak, pada jarak yang tak jauh dari tempat tinggal kami, muncul tiga pusaran angin yang kemudian menjadi satu membentuk pusaran besar. Hempasan muher itu menghantam rumah milik saya dan dua rumah tetangga," jelas Rasdiana.
Pada saat pusaran muher mendekati rumah miliknya, Rasdiana bersama warga sekitarnya berlarian menyelamatkan diri. Rasdiana hanya bisa menyaksikan dari kejauhan ketika muher memporakporandakan rumah miliknya.
Rasdiana, janda almarhum Felix Feliksius ini juga menceritakan bahwa selain menghantan rumah miliknya, angin topan muher ini bergerak ke arah utara dan memporakporandakan rumah-rumah warga yang ada di sekitar pesisir pantai utara Desa Habi.
"Muher tidak saja memporakporandakan rumah. Muher yang terjadi ini juga membawa serta puluhan lembar seng, pakaian, perabot dan yang lainnya ke arah pantai," tutur Rasdiana.
Selain merusak rumah-rumah dan perabot milik warga, tanaman perkebunan milik warga pun mengalami kerusakan. Akibat diterjang badai tersebut, kerugian yang dialami sembilan warga akibat bencana tersebut mencapai ratusan juta rupiah.
Sembilan rumah warga Dusun Wairhabi yang rusak itu milik Andreas Ane, Isabela Belu, Yosephina Petu, Maria Rasdiana, Wilhelmus Wurin, Yohanes Kia, Kristianus Hartanto, Karinus dan Dominikus Piter Koda.
Turun lapangan
Bupati Sikka, Drs. Alexander Longginus, usai mendapatkan laporan dari Kepala Desa Habi, Vasco, perihal terjadinya peristiwa tersebut, Selasa (11/12/2007) pagi, langsung turun lapangan guna melihat langsung kondisi yang dialami sembilan warga Dusun Wairhabi.
Longginus yang didampingi Camat Kangae, Kensius Didimus; Kepala Desa Habi, Vasco; Kepala Bagian Kesra Setda Sikka, Servasius Kabu; dan Ajudan Bupati, Kamilus Gesi Keraf, kepada korban bencana berpesan, agar sabar dan tenang menghadapi bencana itu sebagai satu cobaan.
Sebagai bentuk bantuan darurat, Pemerintah Kabupaten Sikka melalui Bagian Kesra Setda Sikka, Selasa (11/12/2007) langsung mendroping terpal, 50 kg beras, satu dos supermie dan air minum untuk masing-masing korban.
"Bantuan itu merupakan tahapan pertama yang diberikan kepada sembilan korban. Selanjutnya pemerintah akan memberikan bantuan bahan bangunan berupa seng dan paku kepada sembilan korban," tutur Kabag Kesra Setda Sikka, Servasius Kabu, di ruang kerjanya Rabu (12/12/2007).
Kepada sembilan pemilik rumah akan diberikan bantuan bahan bangunan sesuai kebutuhan. Kepada Andreas Ane akan diberikan 40 lembar seng dan 2 kg paku seng; Isabela Belu 36 lembar seng dan 3 kg paku; Yosephina Petu 45 lembar seng dan 2 kg paku; Maria Rasdiana 50 lembar seng dan 5 kg paku; Wilhelmus Wurin 3 lembar seng; Yohanis Kia 40 lembar seng dan 1 kg paku; Kristianus Hartanto 25 lembar seng dan 1 kg paku; Kariunus 6 lembar seng dan 0,5 kg paku; serta Dominikus Piter Koda 18 lembar seng dan 1 kg paku. *
Read More...

Nungunange Propinsi Flores

Oleh John Oriwis
Spirit NTT 24-31 Desember 2007

"PROPINSI Flores e, sekarang tinggal mipin (mimpi) ko?" tanya Dede Teke membuka omongan. Padahal kami masyarakat ini mendukung mati punya. Habis apalagi yang kurang, semua faslitas di daratan Flores Lembata sudah mendukung. Sekarang semua kabupaten giat membena dan membangun, masyarakat saja mule mangkin gaul.
"Ole kesa, saya tida setuju memang ka dengan pembentukan Propinsi Flores itu. Nanti karena pembangunan saya punya sawa-sawa di Manggarai habis ka tertutup bangunan," protes Kesa Motangrua dengan logat kental Ruteng, Manggarai.
"Walah, jangan begitulah. Kita di Bajawa ni aman-aman sa, yang penting hidup selaras alam. Jangan gara-gara pembangunan seluruh hutan dan kebudayaan hilang lenyap begitu saja," komentar Meo dari Bajawa.
"Dema ko, kita Daratan Flores Lembatana kaya budaya ko, banya obye pariwisata. Jadi harus bagemana?" tanya Marilonga.
"Aman tu kita ne begeni. Manggarai tu jadi lumbung beras unto Flores Lembata, Bajawa Ende tu jadi pusat kebudayaan. Manggarai jo, selain jadi lumbung beras jo hamparan sawah dengan tarian caci tu jadi obyek wisata juga. Maumere baru jadi pusat transportasi perhubungan. Larantuka Lembata pusat budaya rohani, begena setuju ke ne?" tanya Ama Plete dari Nagi, Flotim, setuju ka tida.
"Jangan terlalu ributlah, saya usul bagaimana kalo begini. Kalo kita semua setuju setiap daerah tu mengembangkan diri sesuai kondisi dan sumber daya alam yang ada. Macam Plete usul tu benar juga. Tepat mengena. Tapi kalo tiap kabupaten berambisi jadi ibu kota, Propinsi Flores Lembata te hanya bisa jadi nungunage (cerita khayalan yang tida bermakna)," tamba Teke.
Kalo semua kabupaten sepakat seperti ini berarti mantap. Kalo sudah propinsi, peluang bisnis makin oke, pengangguran kurang, pelayanan pembangunan semakin dekat, dan masyarakat makin lebih baik. Gaul oke punya. Sekarang saja kake nene dengan utan lipa sakang lema ga motor ojek. Kurang poi kaca mata reben. *
Read More...

Unipa lepas 27 wisudawan

Laporan Lorens Nale/Humas Sikka, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

MAUMERE, SPIRIT--Dua puluh tujuh mahasiswa/i diploma III Prodi Ilmu Kesehatan Fakultas Kesehatan Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere diwisuda Rektor Unipa, P. Dr. Wilhelm Jullei Conterius, SVD, di Aula Hotel Benggoan III, Jalan KS Tubun-Maumere, Sabtu (8/12/2007).
Pelepasan para wisudawan ini dilaksanakan dalam rangkaian acara Rapat Senat Terbuka Luar Biasa Unipa yang dibuka Rektor, P. Dr. Wilhelm Jullei Conterius, SVD. Rangkaian acara Dies Natalis ini merupakan yang ketiga sejak Unipa didirikan.
Acara wisuda diawali pembacaan surat keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tentang penetapan lulusan oleh ketua program studi serta penyerahan ijazah oleh dekan.
Hadir pada acara tersebut Kepala Dinas NTT, Stef Bria Seran, Pimpinan Kopertis Wilayah VIII Denpasar, Prof. Baharudin MS; Bupati Sikka, Drs. Alexander Longginus; Wakil Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera, jajaran muspida Sikka; serta orangtua wali wisudawan/wati.
Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Bupati Sikka menyatakan acara wisuda merupakan tradisi akademi perguruan tinggi melepaskan anak didik mahasiswa untuk membaktikan diri di tengah masyarakat. Wisuda juga adalah tolok ukur untuk mengukur kemampuan sebuah perguruan tinggi.
Menghadapi dunia global saat ini, kata Lebu Raya, perguruan tinggi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, profesional dan berintelektual. Lebu Raya mengharapkan agar dalam menjalankan fungsi akademik, perguruan tinggi harus peduli dan terus mendorong sivitas akademikanya dalam mengembangkan diri demi mewujudkan masyarakat, bangsa dan negara ke arah yang lebih baik.
Prof. Baharudin, MS, Ketua Kopertis Wilayah VIII Denpasar, menyatakan penguasaan ilmu dan teknologi sangatlah penting, juga keramahan dan motivasi dalam melayani masyarakat secara keseluruhan. Hal yang sangat utama dan yang paling utama adalah lembaga harus memperhatikan mutu pendidikan karena dengan mutu dapat meningkatkan daya saing bangsa.
"Sebagai penyelenggara pendidikan kita tidak hanya peduli pada isu lokal tapi juga isu internasional, salah satunya seorang dosen harus menguasai bahasa asing secara aktif dan seorang dosen harus banyak melakukan penelitian dalam hal apapun khusus bidang keperawatan," katanya.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Kesehatan NTT, dr. Stef Bria Seran. Dia menyatakan untuk mendapatkan pelayanan yang baik kepada masyarakat, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan. Pertama, perluasan aspek kesehatan masyarakat. Kedua, kualitas pelayanan yang diberikan oleh instansi kesehatan. Ketiga, kepuasan pelanggan.
Untuk mencapai tiga hal tersebut, pertama, ketersediaan sumber daya kesehatan yaitu jumlah, jenis aneka serta kualitas. Kedua, melihat dan turun ke lapangan serta apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. "Untuk mendapatkan tenaga kesehatan yang profesional mereka harus melewati tahap pembelajaran yaitu membaca di perpustakaan serta melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat," ujarnya.
Menurut Bria Seran, untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, seorang dosen harus menguasai bidangnya. Dia mengharapkan kepada pemerintah agar lulusan terbaik supaya diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sementara Budi Koten dalam pidatonya yang berjudul, "Pelayanan dan pengabdian perawat," menyatakan banyak pengalaman yang kami alami selama mengikuti pendidikan, suka, duka, putus asa dan stres. Tetapi mereka menyadari untuk mengambil makna peristiwa tersebut.
"Keberhasilan yang dicapai adalah berkat campur tangan para pembimbing baik di tempat praktek maupun di kampus, orang tua dan semua pihak. Gelar dan wisuda merupakan penghargaan yang bermakna dan merupakan tanggung jawab yang diberikan kepada kami untuk melayani dan mengabdi kepada masyarakat," kata Budi. *
Read More...

Banwas Sumba Timur review laporan keuangan

Spirit NTT 24-31 Desember 2007

WAINGAPU, SPIRIT--Badan Pengawas (Banwas) Kabupaten Sumba Timur telah mengadakan bimbingan teknik (bimtek) penyusunan dan review laporan keuangan pemerintah daerah setempat, belum lama ini.
Kegiatan bimtek tersebut dimaksudkan guna mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) pengawasan yang ada di kabupaten itu agar mahir dalam melakukan review laporan keuangan.
Bintek yang diselenggarakan selama 10 hari kerja itu diikuti oleh pejabat fungsional auditor (PFA) Banwas, pegawai Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) serta beberapa SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sumba Timur.
Kegiatan Bimtek diselenggarakan di gedung Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM)-Waingapu itu menghadirkan nara sumber dari Perwakilan BPKP Propinsi NTT.
Bimtek dibuka oleh Bupati Sumba Timur, Ir. Umbu Mehang Kunda, didampingi Kepala Perwakilan BPKP Propinsi NTT, Hamonangan Simarmata, dan Wakil Ketua DPRD Sumba Timur, Darius Hawu Djoh , serta dihadiri oleh seluruh jajaran muspida dan pimpinan SKPD se-Sumba Timur.
Dalam kesempatan tersebut, Umbu Mehang Kunda menekankan, betapa pentingnya kegiatan seperti ini dan berharap para peserta akan menjadi pilar dalam pengelolaan keuangan daerah.
Sedangkan Kepala BPKP Propinsi NTT, Hamonangan Simarmata, mengajak semua pihak yang terlibat dalam bimbingan teknik ini untuk berubah, dari model yang konvesional menuju profesional dalam melaksanakan review laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. "Diharapkan melalui kegiatan ini, auditor pada Banwas dapat melakukan review laporan keuangan secara cepat dan profesional," kata Simarmata. (humas ntt)
Read More...

Ketika Waingapu menjalani sejarah penting

Spirit NTT 24-31 Desember 2007

WAINGAPU, Ibu kota Kabupaten Sumba Timur, merupakan kota terbesar di Pulau Sumba. Waingapu juga mengalami sejumlah aset sejarah yang penting, termasuk merasakan benar seperti apa rasanya berhadapan dengan kekuatan militer Jepang yang begitu agresif.
Pulau Sumba dibagi ke dalam dua kabupaten yaitu Sumba Barat yang beribukota Waikabubak dan Sumba Timur yang beribukota di Waingapu. Waingapu bisa dibilang menjadi kota terbesar di Sumba. Di kota itulah terdapat bandar udara dan pelabuhan yang menghubungkan Sumba dengan Pulau Sumbawa, Flores dan Pulau Timor.
Propinsi Nusa Tenggara Timur sendiri terkenal sebagai daerah kering dengan curah hujan yang paling rendah di Indonesia. Sumba Timur sendiri, yang beribukota di Waingapu, dikenal sebagai daerah yang tandus dan berbatu-batu.
Dalam buku "East Sumba: A Hidden Treasure in the Archipelago", Sumba Timur dilukiskan sebagai kawasan yang tidak hanya kering, tetapi juga begitu sunyi. "Dari kota Waingapu hingga ke pedesaan sekitarnya atau lebih lagi ke bagian barat dan selatan, bahkan ke mana saja di daerah ini, sebuah kesan kesunyian yang bersahabat akan segera terasa," demikian buku itu melukiskan Sumba Timur dan Waingapu.
Arti penting Waingapu bagi Pulau Sumba itulah yang membuat Jepang pernah menyerang kota tersebut dari udara. Dengan mengerahkan pesawat-pesawat pembom, Waingapu dihujani bom yang bukan hanya menghancurkan Waingapu, tetapi juga menewaskan ratusan orang Sumba. Bahkan ada yang menengarai, orang Waingapu yang menjadi korban pemboman itu mencapai 2 ribu orang lebih.
Sebelum dikunjungi oleh bangsa-bangsa Eropa, Pulau Sumba sempat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. VOC sendiri sempat menandatangani traktat perjanjian dengan penguasa di Sumba pada 1756, hampir bersamaan dengan ditandatanganinya Perjanjian Giyanti di Jawa.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai menancapkan pengaruhnya secara ekstensif di akhir-akhir abad 19. Menyusul perang antar kelompok yang kerap mengganggu perniagaan, Belanda akhirnya membentuk kekuasaan militer di Sumba dengan menunjuk seorang penguasa lokal sebagai wakil pemerintah Hindia Belanda.
Di Sumba, memang kerap terjadi perang antar kelompok dan suku serta perdagangan budak (maramba). Larangan perdagangan budak dari Sumba oleh Belanda sempat memicu perlawanan cukup besar di Flores, terutama dipicu oleh turut campurnya Belanda terhadap rencana pernikahan seorang pembesar Ende, Baranuri, dengan seorang perempuan dari Sumba.
Kondisi alam Sumba, terutama di Waingapu, yang memiliki banyak sabana, membuat Belanda mencoba membangun usaha peternakan. Pada tahun 1906, Belanda mulai mengirimkan bibit sapi ongole ke Waingapu. Pada 1914, Belanda menetapkan Sumba sebagai pusat pembibitan sapi ongole murni.
Jauh sebelum itu, penduduk Sumba lebih dulu akrab dengan kuda. Orang-orang Sumba memiliki ikatan batin, historis bahkan eskatologis dengan binatang kuda. Sandelwood adalah kuda dari Sumba yang terkenal memiliki kekuatan dan daya tahan yang tinggi. Banyak yang percaya kuda sandelwood adalah kendaraan leluhur orang Sumba.
Kuda tak hanya menjadi kendaraan transportasi, tetapi juga dilibatkan dalam sejumlah upacara-upacara penting orang Sumba yang menganut kepercayaan Marapu. Salah satu upacara paling terkenal di Sumba, yaitu pasola yang merupakan upacara peperangan dengan melempar tombak (sekarang kayu) sembari menunggangi kuda.
Orang-orang Sumba juga memelihara kuda untuk diperjualbelikan. Tradisi ini sudah berlangsung lama. Sejak 1840-an, orang-orang di kawasan Sumba Timur, terutama melalui Waingapu, sudah melakukan perdagangan kuda dengan pedagang-pedagang dari luar pulau.
Sewaktu berada di Uzbekistan pada 1970, Taufik Ismail pernah menulis puisi Sumba yang berjudul "Beri Daku Sumba." Puisi itu menggambarkan dengan baik seperti apa ikatan batin orang-orang Sumba dengan kuda. Salah satu bait puisi itu berbunyi: "Rinduku pada Sumba adalah rindu seribu ekor kuda yang turun menggemuruh di kaki-kaki bukit yang jauh...." (taufik rahzen)
Read More...

Jual makanan kadaluwarsa, pemilik toko ditegur

Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

WAINGAPU, SPIRIT--Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumba Timur sejak tanggal 14 sampai 19 Desember 2007, mengadakan razia makanan kadaluwarsa di toko-toko di Kota Waingapu, Ibu kota Kabupaten Sumba Timur (Sumtim). Razia yang dipimpin Ketua YLKI, Stef Makambombu, menemukan makanan dan minuman kadaluwarsa dan tidak layak edar, terpajang di sejumlah toko dan mini market.
Dalam razia kali ini, YLKI hanya menegur, memberikan peringatan kepada pemilik toko untuk menyingkirkan dan tidak menjual barang-barang kadaluwarsa dan tidak layak edar tersebut.
Di Toko Nusantara, misalnya, YLKI menemukan minuman kaleng seperti fanta dan coca cola serta makanan ringan seperti biskuit dan permen yang sudah kadaluwarsa masih terpajang di etalase toko.
Ketua YLKI Sumba Timur, Stef Makambombu yang ditemui usai razia, di Waingapu, Rabu (19/12/2007), mengatakan, razia itu dalam rangka mengantisipasi beredarnya makanan kadaluwarsa menjelang Natal dan Tahun Baru.
"Ada 10 toko yang kita datangi. Dari sepuluh toko itu ada dua toko yang ditemukan masih menjual makanan kadaluwarsa. Salah satunya adalah Toko Nusantara," kata Stef.
Dia mengatakan, produk-produk makanan dan minuman kadaluwarsa yang ditemukan dalam operasi tersebut antara lain coca cola, fanta, permen, biskuit dan mie instan. "Para pemilik toko sudah kita beri peringatan agar menyingkirkan barang itu dari pajangan," katanya.
Dia mengatakan, untuk tahap awal tindakan yang diambil hanya berupa teguran. Jika dalam operasi berikutnya masih ditemukan hal yang sama maka pihaknya terpaksa mengambil langkah hukum untuk melindungi konsumen. *
Read More...

Petani Sumba Timur tanam akhir Desember

Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

WAINGAPU, SPIRIT--Sebagain besar petani di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) belum menanam karena intensitas hujan masih kurang. Diperkirakan petani baru bisa menanam akhir Desember 2007.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur, Ir. Josis Jawa, yang ditemui SPIRIT NTT di ruang kerjanya, Rabu (19/12/2007), mengatakan, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Nasional, puncak musim hujan di Sumba Timur terjadi pada pertengahan Desember, namun kenyataannya hingga akhir minggu ketiga Desember, intensitas hujan belum memungkinkan untuk tanam. Meski musim hujan dan musim tanam mengalami pergeseran, kata Josis, benih dan pupuk saat ini sudah dalam kondisi siap hingga ke petani.
"Kita memang sengaja mengajukan dana ke pemerintah daerah untuk pengadaan benih lebih awal. Saat ini baik benih bantuan dari pusat maupun dari pemerintah daerah dalam posisi stand by di petani," kata Josis.
Dia mengatakan, pada tahun ini Kabupaten Sumba Timur mendapat bantuan benih dari pemerintah pusat untuk padi 71.750 kg dan sudah didistribusikan pada akhir November ke 124 kelompok tani di 16 kecamatan yang ada di Sumba Timur. Selain benih padi, juga jagung hibrida 39.750 kg untuk 133 desa di 17 kecamatan dan jagung non hibrida 29.640 kg untuk 56 kelompok di 11 kecamatan. Benih jagung hibrida ini, terang Josis, sudah sampai ke petani pada pertengahan September. Sementara jagung non hibrida sudah didistribusika 12 Desember lalu.
"Itu bantuan benih dari pemerintah pusat, sedangkan dari Pemkab Sumtim ada juga bantuan untuk peningkatan mutu dan kegiatan penangkaran benih. Bantuan untuk peningkatan mutu seperti benih unggul, pupuk, pestisida dan biaya pengolahan untuk 180 ha. Bantuan itu akan dikembalikan lagi oleh petani tanpa bunga setelah panen," jelas Josis.
Dia mengingatkan petani bahwa fenomena alam tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, karena itu petani perlu mengantisipasi fenomena iklim dengan menyiapkan lahan lebih awal, tanaman umur pendek, serta mempercepat waktu tanam. *
Read More...

Laut, sumbber mata pencaharian terbesar

Laporan Verry Lake/Humas TTU, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KEFAMENANU, SPIRIT-- Upacara bendera dalam rangka Hari Nusantara ke-8 tingkat Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) berlangsung sederhana di Wini, Kecamatan Insana Utara, Rabu (12/12/2007). Upacara ini sekaligus mengingatkan
masyarakat bahwa laut adalah salah satu pusat mata pencaharian terbesar yang menguntungkan karena ada hujan ataupun tidak tetap saja ada ikan di laut.
Pada kesempatan apel itu, Bupati TTU, Drs. Gabriel Manek, M.Si selaku inspektur upacara dalam sambutannya, mengatakan, upacara Hari Nusantara tersebut dilaksanakan di Wini karena menurutnya Wini adalah salah satu wilayah di TTU yang berada di pesisir pantai.
Selain itu, upacara tersebut bertujuan untuk kembali mengingatkan seluruh warga masyarakat yang bermukim di sekitar pantai akan pentingnya laut dan sumber daya yang terkandung di dalamnya terhadap kepentingan kehidupan.
Mengawali sambutannya, Bupati Manek mengatakan, upacara peringatan Hari Nusantara ke-8 Tahun 2007 yang mengambil tema, "Tahun Emas Deklarasi juanda," dan sub tema, "Dengan semangat dan kepeloporan Deklarasi Juanda kita berdayakan potensi laut untuk kesejahteraan bangsa," merupakan salah satu moment berharga bagi segenap warga masyarakat bangsa ini untuk terus mengembangkan berbagai potensi sumber daya alam bangsa ini untuk mencapai kesejahteraan rakyat.
"Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki kekayaan sumber daya laut sebagai aset nasional yang sangat besar, maka sangat wajar apabila pemerintah memberikan perhatian khusus di bidang kelautan. Namun kekayaan laut yang sedemikian besar tersebut, belum dikelola secara optimal guna meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain itu, kondisi laut Indonesia juga mengalami penurunan kualitas karena maraknya kegiatan illegal fishing, perusakan terumbu karang serta pencemaran lingkungan," tegas Manek.
Oleh karena itu, katanya, yang menjadi tantangan bangsa Indonesia di masa mendatang adalah bagaimana kekayaan yang sangat besar tersebut dapat dimanfaatkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan, serta kerusakan laut dapat diperbaiki dan dipulihkan kembali. Oleh karena itu, pemerintah sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Menurut Manek, peringatan Hari Nusantara yang dirayakan tersebut merupakan salah satu cara untuk menggugah dan mempertebal kembali semangat kebangsaan serta tekad bulat dalam memperjuangkan wilayah laut Indonesia yang telah dideklarasikan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Ir. H Djuanda Kartawidjaja, yang mengatakan bahwa Laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam Kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Ini berarti bahwa negara Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State).
Bupati Manek menyebut tujuan dan sasarannya adalah, pertama, untuk menggugah dan mempertebal kembali semangat kebangsaan, kebersamaan dan persatuan bagi seluruh komponen bangsa Indonesia dalam memahami makna Wawasan Nusantara atau Wawasan Kebangsaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua, menumbuhkembangkan Wawasan Nusantara atau Wawasan Kebangsaan bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi generasi muda bangsa Indonesia. Ketiga, menegaskan kembali tekad dan komitmen seluruh komponen bangsa Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan dan kedaulatan negara. Keempat, laut tetap menjadi unsur pemersatu bangsa Indonesia dan perlu dioptimalkan pengelolaannya guna mencapai kesejahteraan rakyat. *


Sekarang, berpaling ke laut
BERTOLAK dari sasaran Hari Nusantara, Bupati Manek mengatakan, Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) telah dan sedang melaksanakan program gerakan masuk laut (gemala). Tujuannya, menyadarkan warga masyarakat akan pentingnya laut dalam usaha mensejahterakan hidupnya serta bertujuan untuk mengalihkan kebiasaan dan etos kerja masyarakat yang tergantung pada pengelolaan potensi daratan.
Selain itu, kebijakan pembangunan Kabupaten TTU sesuai dengan RPJMD Kabupaten TTUmenempatkan sektor ekonomi sebagai salah satu titik sentral pembangunan yang strategis.
Bupati Manek juga menggambarkan kondisi riil pesisir dan laut di Kabupaten TTU yang memiliki keanekaragaman jenis ikan, hutan mangrove, tambak ikan dan tambak garam serta wisata bahari yang sangat potensial dan perlu dikelola. Realitas ini menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi riil, peningkatan pendapatan masyarakat dan devisa bagi daerah, namun belum dikelolah secara baik dan maksimal.
Karena itu, Bupati Manek yang dikenal dengan julukan rambut putih itu, mengatakan perlu adanya upaya secara kontinyu yang diperkuat dengan pendampingan intensif dari pihak-pihak terkait guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).
Tujuan dan sasaran tersebut, menurutnya, belum tercapai secara maksimal karena masih terdapat mental masyarakat pesisir yang belum menjadikan laut sebagai pusat aktivitas mata pencaharian sehingga ketergantungan terhadap pengelolaan lahan di daratan masih sangat tinggi, masih terbatasnya sumber daya manusia di sektor perikanan dan kelautan, tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat pesisir pun masih sangat rendah.
Melalui upacara peringatan Hari Nusantara ini, Bupati Manek mengajak seluruh masyarakat yang mendiami daerah sekitar pesisir pantai utara untuk berusaha mulai dari sekarang berpaling ke laut sebagai pusat mata pencaharian karena ada hujan atau pun tidak ada hujan tetap saja ada ikan di laut. *
Read More...

Obyek wisata di TTU

Spirit NTT 24-31 Desember 2007

* Rumah Adat Maslete
- Lokasi: Kefamenanu/Kefa selatan
- Keunikan: Kelewang, snipi (tempat penyimpanan benda-benda keramat
- Jarak dari Kefamenanu: Satu kilometer

* Rumah Adat Tubuhue
- Lokasi: Kefamenanu/Kefa selatan
- Keunikan: Snipi (tempat menyimpan benda-benda keramat)
- Lokasi dari Kefamenanu: Satu kilometer

* Gua Sasi
- Lokasi: Kota Kefamenanu/Sasi
- Keunikan: Benteng pertahanan pada zaman Belanda dan Jepang, rumah adat dan lorong bawah tanah

* Gua Popnam
- Lokasi: Miomaffo Timur/Taekas
- Keunikan: Mata air yang sejuk dan fosil-fosil
- Enam kilometer dari Kefamenanu

* Oebikasi
- Lokasi: Miomafo Timur
- Keunikan: Patung Kuda dari batu yang mengeluarkan air dari hidungnya
- 14 Kilometer dari Kefamenanu

* Rumat Adat Nilulat
- Lokasi: Miomafo Timur/Noebaun/Oelun
- Keunikan: Peninggalan leluhur (kelewang, aluk/snipi, tongkat emas, senjata panjang)
- 16 Kilometer dari Kefamenanu

* Hutan Adat Inbate
- Lokasi: Miomafo Timur-Inbate
- Keunikan: Hutan yang disakralkan oleh masyarakat, termasuk flora dan fauna di dalamnya.
- 15 Kilomneter dari Kefamenanu

* Gua Maria Oeparigi
- Lokasi: Miomafo Timur/Noebaun/Oeluan
- Keunikan: Persembunyian tentara Jepang, saat ini digunakan ibadah umat Katholik
- 23 Kilometer dari Kefamenanu

* Gua Maria Bitauni
- Lokasi: Insana-Bituani
- Keunikan: Tempat ziarah umat Katholik setiap tanggal 15 Agustus
- 28 Kilometer dari Kefamenanu

* Sonaf Maubesi
- Lokasi: Insana-Maubesi
- Keunikan: Peninggalan leluhur
- 18 Kilometer dari Kefamenanu

* Sonaf Oelolok
- Lokasi: Insana-Ainiut
- Keunikan: Pusat kerajaan Insana dan terdapat lopo yang bertiang sembilan.
- 30 Kilometer dari Kefamenanu

* Kawasan Tanjung Bastian
- Lokasi: Insana Utara-Humusu
- Keunikan: Daerah pantai yang indah dan terdapat areal kelelawar serta tempat pembuatan garam tradisional
- 67 Kilometer dari Kefamenanu

* Gua Maria Naijalu'u
- Lokasi: Biboki Selatan-Upfaon
- Keunikan: Tempat ziarah umat Katolik
- 32 Kilometer dari Kefamenanu (kpde) Read More...

Empat motif TTU jadi milik NTT

Laporan Hermin Debora Pello, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT --Empat motif tenun ikat dari Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) sudah dinyatakan sebagai kekayaan milik NTT. Sebelas motif lainnya dari Kabupaten Ende, sementara motif dari daerah lain masih dalam proses.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Propinsi NTT, Ir. Eddy H Ismail, M.M, mengatakan hal itu saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (18/12/2007). Ia menyampaikan itu terkait hak paten untuk motif tenun ikat dari daerah di NTT.
Motif dari Kabupaten TTU yang telah didaftarkan ke Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual (Ditjen HAKI) untuk dipublikasikan kepada dunia adalah motif buna, sotis, dan mapauf. Motif tenun ikat TTU itu bernomor C.00200402729-2856 hingga C.00200402729-2860.
Sedangkan motif tenun ikat dari Ende yang sudah mendapat pengakuan HAKI, yakni motif mangga, belekale, soke mataloo, matarote, semba, sokemataria, nggaja, kelimara, puni, manu, dan jara.
"Kesulitan mendapatkan hak paten untuk motif tenun ikat, yakni pembuktian siapa yang menemukan motif itu. Mengingat motif itu merupakan milik masyarakat secara turun temurun sehingga hanya bisa didaftarkan saja. Hal ini untuk menjaga jangan sampai ada yang mengklaim bahwa motif itu dari daerah lain," ujarnya.
Ismail menjelaskan, untuk mendapatkan hak paten harus didaftarkan terlebih dahulu ke Derpartemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkum dan HAM), dan dijelaskan secara rinci siapa yang menemukan motif tersebut, bagaimana motif itu, seluk beluknya dan lain sebagainya.
Setelah didaftarkan, demikian Ismail, ada badan yang menelusuri ke seluruh dunia, apakah benar motif itu temuan atau hasil ciptaan seseorang. "Karena tenun ikat merupakan industri kecil, maka kami bantu mengusulkan ke Depkum dan HAM melalui jalur kami, yakni klinik HAKI di Departemen Perindustrian lalu diteruskan ke Depkum dan HAM," ujarnya.
Untuk NTT, lanjut Ismail, yang telah mendapatkan HAKI yaitu Paulus Watang, dengan temuan mesin yang dibuatnya. Sedangkan yang lainnya belum. "Hanya tenun ikat yang kami dorong untuk bisa didaftarkan," katanya.
Ismail mengatakan, Indonesia sangat terlambat dalam mendaftar dan menetapkan hak paten suatu produk sepeti tenun ikat dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia. Contohnya, batik, itu sudah diklaim oleh Malaysia sebagai hak patennya. Ada juga informasi bahwa motif sumba sudah diklaim oleh Amerika Serikat. "Tapi ini baru informasi. Saya belum bisa pastikan apakah benar atau tidak," ujarnya. *
Read More...

Dharma Wanita hijaukan Desa Naiola

Laporan Akoit Julianus, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KEFAMENANU, SPIRIT--Sekitar 500 anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Jumat (14/12/2007), menghijaukan Desa Naiola, Kecamatan Miomaffo Timur, dengan menanam 500 anakan pohon dari total 10.000 anakan.
Kegiatan ini digelar dalam rangka HUT kedelapan DWP. Selain menggelar penanaman pohon, DWP TTU juga melaksanakan beberapa kegiatan seperti lomba memasak antar instasi lingkup Setda TTU.
"Dalam rangka HUT ke-8 DWP TTU dirangkaikan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, kami melaksanakan aneka kegiatan. Salah satunya menanam pohon," kata Ketua Panitia HUT DPW TTU, Ny. Dra. Elfira Djuandi Ogom, di lokasi penghijauan, Jumat pagi.
Dikatakannya, sejak dulu, wanita sudah lekat dengan isu lingkungan hidup. Wanita dalam hampir seluruh aspek hidupnya dikenal sebagai insan yang suka merawat dan memelihara tanaman. "Bukan sombong. Selama ini para bapak hanya bisa menanam. Tapi wanita menanam sekaligus merawatnya. Ini yang sekarang kami buat," ujarnya.
Dijelaskan pula, setelah penanaman pohon, tiap wanita diwajibkan merawat dan memelihara pohon yang ditanamnya hingga tumbuh besar. "Setiap hari Jumat, kaum wanita diarahkan ke lokasi penghijauan agar bisa memantau pertumbuhan tanamannya," harap Ny. Ogom.
Pantauan SPIRIT NTT, sekitar 500 wanita yang tergabung dalam DPW TTU menanam anakan mahoni, kemiri, angsana dan sebagainya di sebelah selatan Tugu Selamat Datang di Desa Naiola. Setelah menanam, anakan disiram. *
Read More...

Jelang akhir tahun, DPRD NTT jaring "Asmara"

Laporan ANTARA, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

ANGGOTA DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat komit terhadap rakyat yang diwakilinya. Buktinya, meski hari libur nasional atau ketika eksekutif tidak bekerja, para wakil rakyat itu tetap melaksanakan kunjungan kerja di penghujung tahun 2007 yakni sejak 19-29 Desember.
Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, ketika dikonfirmasi wartawan di Kupang, Sabtu (22/12/2007), menepis anggapan berbagai kalangan bahwa kunjungan kerja pada hari libur itu dipaksakan. "Itu bukan dipaksakan, memang sesuai dengan jadwal dan sudah menjadi agenda tetap setiap tahun. DPRD NTT melakukan kunjungan kerja ke kabupaten/kota tiga kali setahun," ujarnya.
Adoe juga menolak anggapan pihak tertentu bahwa kunjungan kerja itu hanya untuk mendapat biaya perjalanan dinas di penghujung tahun karena tanpa didampingi pejabat eksekutif baik tingkat propinsi maupun kabupaten/kota yang sedang berlibur.
Kalangan tertentu juga menilai kunjungan kerja di hari libur nasional itu pun terkesan hanya menghabiskan uang negara/daerah karena dilakukan setelah penetapan APBD NTT tahun anggaran 2008, 18 Desember 2007.
Pada tahun-tahun sebelumnya, kata Adoe, kunjungan kerja di penghujung tahun itu dimaksudkan untuk melakukan penjaringan aspirasi masyarakat atau yang sering dikenal dengan istilah "jaring asmara", sebelum penetapan rancangan APBD tahun berikutnya.
Adoe tetap beranggapan bahwa kunjungan kerja DPRD NTT ke kabupaten/kota mutlak dilakukan dan tidak mesti ditemani eksekutif karena para wakil rakyat itu bisa menggunakan jasa telepon selular untuk mengkomunikasikan temuan lapangan.
Penegasan itu bertentangan dengan kebiasaan 55 orang anggota DPRD NTT yang pada kunjungan kerja sebelumnya selalu menghendaki ditemani pejabat eksekutif propinsi maupun kabupaten/kota yang dituju disertai fasilitas pendukung.
"Tidak ada soal, ada hand phone sekarang sudah zaman teknologi informasi. Dalam manajemen modern tidak masalah, yang penting dapat mengakomodir kepentingan masyarakat," ujar Adoe. *
Read More...

Tinggi, peminat CPNSD di Rote Ndao

Laporan Syarifah Sifat, Spirit NTT 24-31 Desember 2007
BA'A, SPIRIT--Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnekertrans) Kabupaten Rote Ndao sejak bulan September-Desember 2007 mengeluarkan sekitar 1.500 kartu kuning bagi pencari kerja di Kabupaten Rote Ndao. Sesuai data, angkatan kerja di Kabupaten Rote Ndao sebanyak 6.443 orang sampai akhir Oktober 2007. Dari jumlah ini, sebagian besar melamar menjadi calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD).
Kepala Dinas (Kadis) Nakertrans Rote Ndao, Sugito, di ruang kerjanya, Jumat (14/12/2007), mengatakan, pada bulan Desember tidak banyak yang urus kartu kuning karena rata-rata telah mengurus bulan September hingga November 2007.
"Para pencari kerja umumnya tahu pembukaan penerimaan calon pegawai negeri sipil daerah (CPNSD) sekitar bulan itu sehingga mereka ramai-ramai urus kartu kuning," jelas Sugito, mantan Kepala Balai Pelatihan Nakertrans Kabupaten Sumba Timur.
Menurut Sugito, angkatan kerja yang tercatat 6.443 orang dengan tingkat pendidikan SD, SMP, SMA hingga sarjana termasuk keahlian. "Angka ini akan bertambah sampai selesai penutupan pendaftaran CPNSD di Rote Ndao. Sementara data sesuai jenis kelamin, laki-laki 3.322 dan perempuan 3.021 orang," jelasnya.
Dia mengatakan, jumlah tenaga kerja setiap hari bertambah karena kecenderungan pencari kerja menjadi pegawai negeri sipil lebih tinggi, dan sedikit yang ingin berkiprah di bidang wiraswasta.
Tentang tenaga kerja Indonesia (TKI) dan tenaga kerja wanita (TKW) yang tercatat di Nakertrans Rote, Sugito mengatakan, ada 83 orang terdiri dari laki-laki tujuh orang dan perempuan 76 orang. Semuanya direkrut PJKTI yang memiliki cabang di di Rote dengan penempatan di negara Malaysia.
Pantauan SPIRIT NTT di lokasi penerimaan CPNSD Rote Ndao setiap hari puluhan pelamar memasukan lamaran. Umumnya, pelamar dari guru dan tenaga kesehatan termasuk pelamar yang menggunakan ijazah sarjana ekonomi.
Asisten III Sekab Rote Ndao, Ernest Pella, M.Si yang ditemui Kantor Bupati Rote Ndao mengakui, kuota CPNSD Rote Ndao sebanyak 71 orang terdiri dari 68 pelamar umum dan tiga tenaga honor. "Tahun ini formasinya lebih banyak untuk tenaga guru, kesehatan dan sarjana ekonomi. Sementara sarjana umum lainnya hanya satu orang," kata Ernest. *
ANGKATAN KERJA DI ROTE
Berijazah SD 22 orang; Berijazah SMP 158 orang; Berijazah SMA 4.934 orang;
Berijazah Diploma 324 orang; Berjazah Sarjana/S1 829 orang; Berijazah Magister/S2 6 orang. Read More...

Dillak: Jangan ceroboh manfaatkan anggaran

Laporan Syarifah Sifat, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

BA'A, SPIRIT--Bupati Rote Ndao, Christian Nehemia Dillak, S.H, mengingatkan pimpinan dinas, bagian, badan, terutama pengelola anggaran tidak ceroboh memanfaatkan anggaran, melainkan terus meningkatkan kinerja dan penuh tanggung jawab.
Permintaan Bupati Dillak ini terkait ditetapkannya penambahan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Rote Ndao tahun anggaran 2007, Jumat (13/12/2007). Dalam APBD 2007 itu, biaya rutin ditetapkan sebesar Rp 6.419.948.678,15. Dengan demikian APBD Rote Ndao 2007 setelah perubahan menjadi Rp 248.189.486.681,15.
Untuk belanja sebelum perubahan Rp 245.163.426.714,00, dan setelah perubahan menjadi Rp 259.391.488.473,00 dengan defisit setelah perubahan sebesar Rp 11.202.001.791,85.
Namun penetapan perubahan anggaran ini nyaris bertepatan dengan penutupan tahun buku. Dan anggaran yang ditambah tersebut hanya untuk biaya rutin pegawai.
"Berbagai catatan kritis dan konstruktif berkaitan pengelolaan APBD yang disampaikan melalui pendapat akhir fraksi agar dicermati untuk perbaikan kinerja ke depan. Kami terus berupaya memiliki tenaga akuntan yang mempunyai kemampuan mengelola keuangan daerah. Berbagai kekurangan yang kita hadapi saat ini merupakan bagian dari kekurangan tenaga profesional," kata Bupati Dillak dalam sidang yang dipimpin Ketua DPRD Rote, Zakarias Manafe.
Sidang dihadiri Wakil Ketua DPRD Cornelis Foeh dan 17 dari 25 anggota Dewan. Dari unsur pemerintah hadir Sekab Rote, Joel Jacob, S.H, para asisten, kadis dan kabag. *
Intensifkan pelaksanaan program
MENYOAL perubahan anggaran ini, Ketua DPRD Rote Ndao, Zakarias Manafe, dalam sambutannya, mengatakan, terjadi defisit anggaran harus memungkinkan setiap satuan kerja makin mengintensifkan pelaksanaan program dan kegiatannya sehingga sasaran dan target yang direncanakan dapat dicapai.
"Kita berharap berbagai pokok pikiran dan harapan yang disampaikan dalam pembahasan perubahan anggaran mendapat perhatian yang sungguh agar operasionalisasinya senantiasa konsisten pada kebijakan dasar yang telah disepakati dan perda tentang perubahan APBD yang baru ditetapkan dapat dijadikan landasan bagi pemerintah untuk menetapkan asumsi dasar terkait penyusunan anggaran induk tahun 2008," harapnya. *
Read More...

Warga Rote agar tidak menggubris SMS sesat

Laporan Syarifah Sifat, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

BA'A, SPIRIT--Mengamankan hari besar keagamaan, yakni Idul Adha, Natal 2007, dan Tahun Baru 2008, Kepolisian Resor (Polres) Rote Ndao menerjunkan 236 personel untuk mengamankan perayaan keagamaan tersebut. Agar situasi tetap terkendali, warga diminta tidak menggubris SMS sesat dari oknum yang tidak bertanggung jawab yang bertujuan memecahbelah kerukunan hidup antarumat beragama.
Dalam pengamanan ini polisi membangun kerja sama dengan jajaran TNI, Kesbang Linmas, Satpol PP, Dinas Perhubungan termasuk pemuda gereja dan remaja mesjid, sehingga jumlah petugas keamanan menjadi sekitar 500 orang.
Kapolres Rote Ndao, Kompol Juventus Seran, yang ditemui di ruang kerjanya, Senin (17/12/2007), mengatakan sudah menggelar apel siaga Operasi Lilin untuk perayaan Natal. Anggota polisi dalam mengamankan hari Natal telah melakukan sejumlah operasi, baik operasi lalu lintas, operasi senjata tajam (sajam), senjata rakitan (senpira) dan operasi barang terlarang lainnya.
"Operasi lalu lintas sifatnya cuma menegur pengendara yang menyalahi aturan. Sedangkan senpira dan sajam terus dilakukan, namun belum ditemukan warga yang membawanya," kata Juventus.
Menurutnya, menjelang hari H Natal, sejumlah personel disiagakan di sejumlah titik seperti di gereja, tempat umum seperti Jalan Pabean dan Jalan Utomo. "Sejumlah petugas keamanan kita tempatkan di lokasi yang rawan, termasuk membentuk pos komando (posko) di lokasi strategis dalam Kota Ba'a. Ada anggota yang mobile untuk menjaga keamanan," katanya.
Ia meminta masyarakat tidak menggubris sejumlah pesan singkat (short message service/SMS) di HP yang dikirim berantai oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk memecahbelah kerukunan. "Namun kita tetap waspada dan tidak usah berlebihan yang membuat orang lain resah. Kita semua perlu menjaga keamanan dan kenyamanan hidup antara kita semua umat beragama," harap Juventus.
Mengenai pesta Tahun Baru yang sering diselenggarakan anak muda di jalan-jalan, Kompol Juventus mengatakan polisi tidak mengizinkannya. *
Read More...

Trigana Air agar konsekwen terbangi Rote Ndao

Laporan ANTARA, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Penerbangan perintis atau bersubsisi di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini hanya ke tiga daerah yakni Bandar Udara Soa, Kabupaten Ngada (Pulau Flores), Haliwen Kabupaten Belu (Pulau Timor) dan Terdamu, Kabupaten Kupang (Pulau Sabu).
"Semula ada lima daerah penerbangan perintis di NTT, namun penerbangan ke Lembata dan Rote Ndao dihilangkan terkait kebijakan pengurangan subsidi di awal tahun 2007. Kini Rote dilayani Trigana Air, namun tidak konsisten," kata Kepala Dinas Perhubungan NTT, Drs. Simon Uly, di Kupang, Sabtu (22/12/2007). Uly meminta manajemen Trigana Air agar konsekwen terbangi Rote.
Ia mengatakan penerbangan perintis di wilayah NTT sampai tahun 2006 lalu mencakup Soa di Ngada, Haliwen di Belu dan Lekunik di Rote Ndao, yang dilayani maskapai penerbangan Merpati Nusantara Airlines (MNA).
Namun, maskapai penerbangan swasta PT Trigana Air dengan pesawat ATR Trans Nusa sejak tahun 2006 juga menyinggahi Pulau Rote, pulau paling selatan Indonesia itu dan Lembata sehingga terjadi kesenjangan tarif subsidi dan komersial.
MNA kemudian memilih menghentikan penerbangan ke Rote dan Lembata dengan asumsi pengguna jasa penerbangan di Pulau Rote masih mampu menggunakan jasa penerbangan komersial.
Subsidi untuk penerbangan ke Pulau Rote dan Lembata itu dialihkan ke Pulau Sabu, bahkan rute penerbangannya dua kali seminggu sesuai dengan permintaan pengguna jasa penerbangan. "Ternyata Trigana Air juga meninggalkan penerbangan ke Rote sehingga dalam tahun 2007 tidak ada penerbangan ke pulau itu. Kami sudah menyurati manajemen Trigana Air agar konsekuen dengan jadwal penerbangannya," ujar Uly.
Ia mengatakan Departemen Perhubungan juga sudah meminta penjelasan manajemen Trigana Air yang telah mengantongi jadwal penerbangan berkala ke Pulau Rote, namun enggan menyinggahi daerah itu.
Para wakil rakyat di gedung DPRD Kabupaten Rote Ndao juga meminta pemerintah memperjuangkan penerbangan ke Pulau Rote, terutama pada waktu-waktu tertentu ketika transportasi laut sulit digunakan akibat peningkatan gelombang laut.
"Dalam kondisi cuaca buruk dan gelombang tinggi di perairan Pulau Rote seperti sekarang ini tidak memungkinkan transportasi laut sehingga dibutuhkan pesawat udara. Karena itu, Trigana Air harus konsekwen dengan jadwal penerbangan berkala ke Pulau Rote," ujar Uly. *
Read More...

Pasutri Sasi dibekali pemahaman gender

Laporan Akoit Julianus, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KEFAMENANU, SPIRIT--Tiga puluh pasangan suami-istri (pasutri) di Kelurahan Sasi, Kecamatan Kota Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Rabu (19/12/2007) pagi, mengikuti sosialisasi Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Selain UU KDRT, mereka juga dibekali pemahaman tentang fungsi dan peran gender, serta bentuk penelantaran rumah tangga.
Sosialisasi di aula kantor Lurah Sasi itu dibuka Lurah Sasi, Albert Anin. Materi sosialisasi dibawakan Ny. Petronela Maranda Leba dari Yayasan Ora et Labora (UU KDRT), Ny. Feny Naitili dari LSM Amaneka Tob (bentuk penelantaran rumah tangga) dan Ny. Dominggas Obe dari LSM An Feot Ana (fungsi dan peran gender).
"Pemerintah ucapkan terima kasih atas perhatian, kepedulian beberapa kelompok LSM dan pers yang ambil bagian dalam pembangunan bidang perempuan dan anak-anak, melalui sosialisasi ini. Terima kasih juga kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan (KPP) dan Bagian Pemberdayaan Perempuan Setda TTU yang memfasilitasi kegiatan ini," kata Lurah Sasi, Albert Anin.
Ia berharap kegiatan ini diagendakan secara tetap dan sosialisasi mencakup kelompok sasaran yang lebih luas.
Sementara Ny. Leba memaparkan, KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang, terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman melakukan perbuatan, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
"Penghapusan KDRT dijamin negara untuk mencegah terjadinya KDRT, menindak pelaku KDRT dan melindungi korban KDRT. Korban KDRT harus dilindungi baik oleh keluarga sendiri, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya, baik sementara maupun berdasarkan penetapan perintah pengadilan," tandas Ny. Leba.
Yang dimaksud dengan lingkup rumah tangga sebagaimana disebut dalam UU KDRT, kata Ny. Leba, yaitu suami, istri, anak, orang-orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dan menetap dalam rumah maupun orang yang bekerja membantu rumah tangga.
Ny. Leba juga mengatakan, penghapusan KDRT dilaksanakan berdasarkan asas penghormatan hak asasi manusia, keadilan dan kesetaraan gender, nondiskriminasi dan perlindungan terhadap korban.Ia merinci KDRT terhadap orang dalam rumah tangga, biasanya dilakukan dengan cara kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran dalam rumah tangga.
Ny. Feni Naitili dalam arahannya, mengatakan, penelantaran dalam rumah tangga, juga salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Ia memberi contoh penelantaran misalnya suami tidak menyerahkan gaji kepada istri, tidak memberi nafkah lahir dan batin kepada istri, tidak mengongkosi sekolah anak dan sebagainya.
Ny. Dominggas Obe dalam pemaparan mengatakan, keadilan gender adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, membutuhkan konsep bahwa manusia baik laki-laki maupun perempuan bebas mengembangkan kemampuannya dan membuat pilihannya tanpa pembatasan yang disebabkan stereotype, peran gender yang terbatas dan pengalaman. *
Read More...

Hutanku gundul, mata airku kering

Spirit NTT 24-31 Desember 2007

SIANG itu hawa panas menyengat, tiupan angin yang sesekali terasa tidak mengurangi suhu yang semakin panas. Sejumlah pohon kayu putih berdiameter 30-40 centimeter yang tumbuh jarang di sekitar daerah itu semuanya berdaun kuning lalu gugur menyisakan ranting-ranting. Tiada rumput yang bergoyang yang ada hanya sekelompok kambing kurus milik petani yang terus mengembik menatap pijakannya yang telah berubah warna menjadi hitam berdebu.
Daerah itu baru saja dilumat sijago merah, bukit dan gunung semuanya tidak luput dari amukan api. Terbetik kabar kebakaran itu akibat kelalaian petani yang membakar lahan di siang bolong dan tidak mampu memadamkan api ketika merambati hutan sekitar.
Gundul dan gersang, siapa saja yang melewati daerah itu pasti memiliki penilaian yang sama. Kendati fenomena alam itu terasa seperti siksaan, warga daerah itu terus melakukan aktivitas seperti biasa. Seorang gembala yang bertelanjang dada berjalan ke arah bukit, jalanan setapak berdebu tidak mengurungkan semangat lelaki itu, kendati tidak beralas kaki. Berbekal sebilah parang yang disarungkan bersama sebuah suling kayu, ia terus melangkah mewujudkan tujuan.
Sudah tiga hari lelaki itu mencari empat ekor sapi miliknya yang menghilang setelah terjadi kebakaran, dikejauhan terdengar suling kayunya ditiup mendayu memanggil-manggil ternaknya, namun ternak kebanggaan orang Timor itu terus menghilang, mungkin telah berlari jauh menghindari siksaan kematian yang dibuat oleh tuan-tuannya.
Titik-titik sumber air di sekitar daerah itupun tinggal lumpur basah, ribuan bekas kaki ternak terlihat jelas menyisahkan genangan air berwarna kuning. Air tidak mengalir lagi tetapi hanya tergenang dibekas kaki ternak. Tidak jarang warga yang melintasi daerah itu, minum air genangan yang ada pada bekas kaki ternak. Air tidak jernih apalagi sehat, tetapi supaya tidak mati kehausan, air itu harus diminum dengan senang hati.
Daerah itu bernama Humusu, terletak di Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur. Warga sekitar beranggapan hutan harus dibakar untuk mendatangkan kesuburan dan cepat ditumbuhi rumput hijau sebagai pakan ternak.
Berkebun pun harus digunung dengan menebang dan merambati hutan. Kendati atas ulah itu, mereka harus menanggung siksaan panas yang panjang, sumber air yang kering dan ternaknya berpuasa selama berminggu-minggu bahkan menemui ajal.
Lonceng kematian telah berdentang, satu dua ternak dan satwa lainnya yang tidak berakal budi telah mati sia-sia, lantaran tidak mampu menyiasati keadaan, mereka mati kehausan dan lapar. Ternak-ternak itu mati sebagai isyarat kepada tuan-tuan pemilik akal budi, untuk bersikap lebih ramah kepada lingkungan sekitarnya.
Hutan yang digundulkan secara serentak di berbagai wilayah di kecamatan Insana Utara dan Miomaffo Timur, TTU, telah menghentikan aliran air di dua sungai besar disekitar daerah itu yakni Noel Kone dan Noel Manamas. Dua sungai berdiameter 30-60 meter itu telah kering. Habitat didalamnya berupa udang, ikan, belut, juga menunggu bunyi lonceng kematian, kalau bukan ditangkap manusia pasti akan mati tersiksa karena kehabisan air.
Aneh sungguh aneh, warga berdalih demi mendapat hasil panen yang banyak lalu hutan digunduli dan padang dibakar. Akibatnya berupa apa, itu tidak dipikirkan. Kasarnya, kelakuan itu sama saja dengan ulah seorang pencuri yang ingin mendapat hasil banyak, maka ia terus mencuri tanpa memikirkan akibatnya. Bedanya risiko pencuri adalah hotel prodeo, sementara risiko petani tebas bakar adalah kekeringan, panas yang panjang, kebakaran, musnahnya habitat lain, lalu longsor akibat banjir.
Bencana demi bencana terus berlalu, pasrahkah kita? Tidak, semuanya belum terlambat, cukup sudah penderitaan ini. Bapaku petani, ibuku petani, saudaraku petani yang ada dikampungku berubahlah, alam ini hanya dititipkan kepada kita, tanggung jawab kita adalah melestarikannya. Dengarlah suara-suara di padang gurun dari LSM, pemerintah dan pewarta lainnya, kita masih ada waktu. (yan meko/ntt on line)
Read More...

Kades terpilih harus diberi pemahaman administrasi

Laporan Humas Sikka, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

MAUMERE, SPIRIT--Para kepala desa (kades) terpilih di Sikka yang memenangkan pemilihan harus diberi pemahaman tambahan dengan materi pembinaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembangunan di desa, administrasi, dan masalah kepemimpinan. Para camat sangat diharapkan berperan memberi pembinaan terhadap para kades terpilih di wilayahnya.
Hal ini disampaikan Bupati Sikka, Drs. Alexander Longginus, dalam sambutannya usai mengambil sumpah dan melantik Kepala Desa Heo Puat, Philipus Moa, di Halaman Kantor Desa Heo Puat, Kecamatan Hewokloang, Kamis (13/12/2007).
"Pembinaan para kades terpilih harus dilakukan para camat. Pembinaan itu merupakan langka awal untuk meningkatkan SDM, wawasan, pengetahuan para kepala desa terpilih di bidang penyelenggaraan pembangunan, administrasi desa dan kepemimpinan. Jadi, kades terpilih itu harus di-breafing, dibina sebelum dilantik guna mengurangi kesalahan administrasi desa dan kesalahan lain. Dengan demikian pelaksanaan pembangunan di desa berjalan tepat waktu," tegas Longginus.
Pembinaan ini, diakui Bupati Longginus, selain untuk meningkatkan pendekatan pelayanan kepada masyarakat, juga sebagai upaya memberikan pelayanan administrasi desa yang tepat waktu. "Tujuannya untuk mengurangi kesalahan administrasi seperti pengalaman kepemimpinan kepala desa selama ini. Dengan demikian proses penyelenggaraan pembangunan di tingkat desa akan berjalan secara baik, tepat waktu dan sasaran," ujar Longginus.
Belajar di Heo Puat
Berdasarkan hasil temuan inspektorat di Desa Heo Puat pada akhir kepempimpinan Kepala Desa Heo Puat periode sebelunya, hanya ada temuan Rp 25.000,00 dari ratusan juta dana yang dikelola Desa Heo Puat. Temuan ini pun akibat kesalahan administrasi. Nilai temuan ini merupakan yang terkecil dari total temuan inspektorat di desa lainnya di Sikka.
"Kita patut belajar administrasi dari Desa Heo Puat. Ini merupakan hal positif yang harus kita belajar. Heo Puat merupakan salah satu desa yang dikenal tertib administrasi. Semua kita, para camat, kepala dinas, termasuk bupati sendiri harus belajar administrasi dari Heo Puat," ujar Bupati Longginus.
Pelantikan Kepala Desa Heo Puat, Philipus Moa, dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sikka Nomor 302 / HK / 2007 tentang Pemberhentian dan Pelantikan Kepala Desa Heo Puat, Kecamatan Hewokloang, untuk masa bakti 2007-2013.
Dilantiknya Kepala Desa Heo Puat merupakan periode kedua masa kepemimpinan Philipus Moa sebagai Kepala Desa Heo Puat. Hadir pada acara pelantikan tersebut, Wakil Ketua II DPRD Sikka, Ir. Henny Doing, sejumlah anggota DPRD Sikka, Ketua Tim Penggerak PKK Sikka, mantan Sekda Sikka, Drs. Sosimus Mitang, para cama, kepala desa serta sejumlah undangan lainnya. *
Read More...

DWP Sikka giatkan aksi menanam

Laporan Ferry Ndoen, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

MAUMERE, SPIRIT-- Pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) di Kabupaten Sikka diminta menggiatkan aksi penghijauan dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya. Dengan melakukan penghijauan maka secara tidak langsung DWP telah berperan aktif dalam upaya penyelamatan lingkungan.
Demikian permintaan Ketua DWP Sikka, Ny. Herlindis Donata Nabu, pada peringatan HUT DWP ke-8 tingkat Kabupaten Sikka, di aula Setda Sikka, Senin (17/12/2007). Hadir, Wakil Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera, Ketua Tim Penggerak PKK, Ny. Maria Goreti Longginus, anggota Bhayangkari Polres Sikka, anggota Jalasenestri Lanal- Maumere, undangan serta anggota DWP Sikka.
Wakil Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera dalam arahannya mengajak DWP Sikka memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam aneka pohon sebagai kontribusi konkrit menjaga kelestarian lingkungan. *
Read More...

Dewan tolak permintaan maaf Kapolda NTT

Laporan Baky/Humas DPRD NTT, Spirit NTT, 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Rapat Gabungan Komisi DPRD NTT, Kamis (22/11/2007), sepakat menolak permintaan maaf Kapolda NTT terkait pencegatan terhadap konvoi Wakil Gubernur (Wagub) NTT, Drs. Frans Lebu Raya, dan rombongannya oleh Polantas Polres Kupang, 24 Oktober 2007. Saat itu, Wagub Lebu Raya hendak menuju Atambua untuk menghadiri acara pembukaan El Tari Memorial Cup 2007.
Rapat gabungan ini dipimpin Ketua DPRD NTT, Drs. Mellkianus Adoe, didampingi Wakil Ketua DPRD NTT, Drs. Kristo Blasin dan Drs. Paulus Moa. Turut hadir Asisten I Bidang Pemerintahan Sekda NTT, Joseph A Mamulak, S.Ip, mewakili Gubernur NTT; Kadis Perhubungan NTT, Simon M Uly, S.H, jajaran eksekutif; Kapolda NTT, Brigjen Polisi Drs. RB Sadarum, S.H; Kapolres Kupang, AKBP Budi Prasetyo; Kadit Lantas Polda NTT, AKBP Lexi Johanes; dan Kabid Humas Polda NTT, Kompol Marthen Radja.
Dalam forum itu, Kapolda NTT, Brigjen (Pol) Drs. RB Sadarum, S.H, menyatakan tidak ingin agar kesalahan dalam insiden itu ditimpakan sepenuhnya kepada anak buahnya. Sadarum menegaskan, pihaknya tidak ingin mencari kambing hitam, saling menyalahkan dan melemparkan tanggung jawab, karena insiden itu terjadi secara tidak sengaja.
"Penyebabnya karena tak ada koordinasi terlebih dahulu dari Pemprop NTT akan adanya konvoi kendaraan Wagub NTT dan rombongan yang akan melintasi wilayah Kabupaten Kupang menuju Atambua saat itu," tegas Sadarum. Perihal tak adanya koordinasi, Asisten I, Yoseph Aman Mamulak, S.Ip, yang mewakili Gubernur NTT, membenarkannya. "Memang benar Pemprop NTT saat itu tidak berkoordinasi dengan pihak kepolisian," ujar Mamulak.
Meski Kapolda Sadarum memberi penjelasan demikian, para anggota Gabungan Komisi DPRD NTT kecewa atas kejadian itu karena wagub dan rombongan ke Atambua-Belu untuk menunaikan tugas sebagai kepala daerah yang dikawal petugas Polisi Pamong Praja Setda NTT dan Dinas Perhubungan NTT.
SPIRIT NTT mencatat sejumlah hal yang menjadi dasar DPRD NTT menolak penjelasan Kapolda NTT. Pertama, anggota Komisi A, B, C, dan D, yang terhimpun dalam Gabungan Komisi berpendapat, dari plat nomor polisi yang digunakan saja seharusnya anggota polisi yang bertugas mengerti bahwa arak-arakan mobil yang sedang dihentikan adalah mobil DH 5, orang nomor dua di NTT.
Kedua, tentunya sebelum bertugas, anggota Polri sudah dibekali dengan pendidikan dan pengetahuan yang memadai mengenai keprotokoleran, sehingga apapun alasannya, Dewan tidak bisa menerima insiden tersebut karena kasus serupa sudah terjadi empat kali.
Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, meminta Dewan agar menerima permohonan maaf Kapolda NTT karena telah disampaikan melalui rapat Rapat Gabungan Komisi DPRD NTT.
Mell Adoe mengimbau untuk mencermati sesuai aturan siapa, dan pejabat mana yang perlu mendapat pengawalan. Dewan yang diwakili oleh Komisi A juga sepakat bersama Polda NTT dan Pemprop NTT membuka lagi pembahasan masalah pengawalan terhadap pejabat negara, pejabat daerah, dan lainnya, serta melakukan koordinasi untuk sinkronisasi protab, dan masalah keprotokoleran lainnya. *
Read More...

20 Pendeta datangi DPRD NTT

Laporan Baky/Humas DPRD NTT, Spirit NTT, 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Dua puluh orang pendeta lintas denominasi di Kupang mendatangi DPRD NTT, Kamis (6/12/2007). Kepada Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, yang didampingi anggota Komisi D, Armindo Soares Mariana, asal Fraksi Golkar DPRD NTT, para pendeta menyampaikan aspirasi perihal isu-isu yang disebarkan melalui SMS bahwa akan terjadi situasi yang tidak kondusif di Kota Kupang menjelang Natal dan Tahun Baru 2008.
Para pemimpin umat Kristiani yang mendatangi DPRD itu adalah Pdt. John P Koten, Tomy TTP dan Ev. Djunaidi Bulo dari Gereja Betel Indonesia (GBI); Pdt. Jonh Adoe, Pdt. Supriadi, M.Th, Anthon Benu, Pdt. J. Sopayung dan Gracely Adu masing-masing dari Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA); Pdt. R. Rajagukguk, M.Th dan Stef Rujan asal Huriah Kristen Batak Protestan (HKBP); Pdt. John Killa, M.Th asal GPDI; Hendrik Nd, yang mewakili JS Talit dari Gereja Babtis dan yang mewakili Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Frengki Nggauk. Lima orang pendeta lainnya tidak tercatat namanya dalam daftar hadir pertemuan itu.
Kepada Ketua DPRD NTT, Pdt. John Adoe, dari Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJK) menyampaikan aspirasi bahwa di Kota Kupang akhir-akhir ini ada indikasi buruk. Menurut pengamatan para pendeta, katanya, ada konspirasi yang sedang dimainkan untuk mengacaukan masyarakat Kota Kupang yang sasarannya memicu terjadinya konflik antarumat beragama.
"Kami minta Dewan memfasilitasi, kiranya kami dapat melakukan pertemuan dengan pihak-pihak berkompeten. Pertemuan tersebut untuk membangun dialog terbuka agar semuanya menjadi jelas. Langkah-langkah yang perlu diambil adalah bagaimana tindakan antisipatif terhadap fenomena itu," kata Pdt. John.
Menanggapi aspirasi para pendeta, Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Gubernur NTT untuk menindaklanjutinya agar situasi tetap aman dan kondusif. "Hanya dengan kondisi yang aman dan kondusif, pemerintah dan masyarakat NTT bisa membangun daerah ini menjadi lebih baik dari hari ini," kata Mel Adoe.
Mel Adoe mengimbau tokoh-tokoh masyarakat dan para pimpinan umat beragama se-NTT untuk menjaga dan membina kerukunan hidup antarumat beragama yang selama ini terjalin dengan baik, serta tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang berkembang saat ini. *
Read More...

DPRD NTT usulkan Kotan dan Benu

Laporan Alfons Nedabang, Spirit NTT, 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) NTT mengusulkan Dr. John Kotan dan Dr. Fred Benu kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk menjadi anggota tim seleksi calon anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Propinsi NTT.
Hal ini dikatakan Ketua DPRD NTT, Drs. Melkianus Adoe, sesaat sebelum menutup rapat paripurna mendengarkan pendapat akhir fraksi-fraksi terhadap Pengantar Nota Keuangan Atas Rancangan APBD NTT Tahun Anggaran 2008, dalam Sidang III Tahun Anggaran 2007 DPRD NTT dan Sidang khusus pembahasan dan penetapan APBD 2008 di Gedung DPRD NTT, Senin (17/12/2007).
John Kotan dikenal sebagai pakar hukum tata negara dan Fred Benu pakar ekonomi pertanian. Keduanya dosen Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.
Mell Adoe menjelaskan, DPRD NTT memiliki kewenangan mengusulkan dua dari lima nama tim seleksi anggota KPUD setelah mendapat surat pemberitahuan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) NTT. "Batas akhir pengusulan nama tanggal 6 Januari, sehingga kami sudah masukkan lebih awal," katanya.
Dikatakannya, sebelum dua nama tersebut diusulkan, DPRD sempat menggodok beberapa nama, di antaranya Dr. Frans Rengka, dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang. Namun setelah ditelusuri, yang bersangkutan pernah menjadi anggota dan pengurus partai politik sehingga digugurkan.
Mell Adoe juga mengatakan, pemerintah propinsi, dalam hal ini Gubernur NTT berhak mengusulkan satu nama anggota tim seleksi calon anggota KPUD. Sementara dua nama lainnya, kewenangan pengusulannya dilakukan oleh KPU. "Keputusan penetapan anggota tim seleksi oleh KPU," ujar Mell.
"Mereka yang diusulkan adalah orang-orang yang sangat independen dan mampu. Karenanya diharapkan mereka melaksanakan tugas secara baik dan benar," tambah Mell.*
Read More...

Dewan tetapkan Perda APBD NTT 2008

Laporan Rofin Gaa/Humas DPRD NTT, Spirit NTT, 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (17/12/2007), telah menetapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 23 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2008.
Komposisi anggaran dimaksud adalah pendapatan senilai Rp 930 miliar lebih dan belanja Rp 1,052 triliun lebih. Dengan demikian, APBD NTT tahun anggaran 2008 mengalami defisit sebesar Rp 122,61 miliar lebih.
APBD NTT tahun anggaran 2008 ditetapkan dalam Rapat Paripurna Sidang III DPRD NTT dipimpin Ketua DPRD NTT, Drs. Mellkianus Adoe, didampingi tiga wakil ketua, Drs. Kristo Blasin, Drs. Paulus Moa, dan Markus Hendrik. Hadir Wakil Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, pimpinan dinas, badan, bagian dan satuan unit kerja lingkup Pemprop NTT.
Penetapan diawali dengan pendapat akhir fraksi-fraksi terhadap Pengantar Nota Keuangan Atas Rancangan APBD NTT Tahun Anggaran 2008. Keenam fraksi di DPRD NTT yaitu Fraksi Partai Golkar (FPG), Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP), Fraksi Partai Penegak Demokrasi Indonesia (F-PPDI), Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB), Fraksi Partai Damai Sejahtera (F-PDS) dan Fraksi Gabungan Rakyat NTT, menyatakan menerima RAPBD.
Jika dibandingkan dengan APBD (murni) NTT tahun anggaran 2007, APBD NTT tahun 2008, sedikit lebih besar. Sebelum mengalami perubahan, APBD NTT tahun 2007 ditetapkan Rp 948,41 miliar. Setelah mengalami perubahan, APBD NTT tahun 2007 menjadi Rp 1,036 triliun. Selain dari sisi jumlah, waktu penetapan APBD 2008 juga lebih cepat dari penetapan APBD tahun 2007.
Pada pos belanja daerah, untuk belanja tidak langsung dialokasikan Rp 508,64 miliar lebih yang meliputi belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Untuk belanja langsung senilai Rp 543,97 miliar lebih, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Pos pendapatan terdiri dari pendapatan asli daerah (PAD) Rp 204,244 miliar lebih, dana perimbangan Rp 711,76 miliar lebih dan lain-lain pendapatan daerah yang sah Rp 14 miliar.
Fraksi Partai Golkar dalam pendapat akhir yang dibacakan Inche Sayuna, S.H, menyatakan, RAPBD tahun 2008 menggambarkan bahwa tingkat kebutuhan daerah tidak seimbang dengan kapasitas fiskal yang dimiliki daerah. Dan, itu sebabnya RAPBD 2008 mengalami defisit Rp 122.613.258.004. Dengan kondisi Silpa (Sisa Lebih Penghitungan Anggaran) yang sangat minim tidak bisa untuk menutup defisit.
FPG menekankan agar pengelolaan APBD selalu mengedepankan askep ekonomis, efisiensi dan efektif. FPG juga mengingatkan agar semua belanja modal dan investasi harus melalui proses tender agar diperhitungkan sungguh-sungguh limit waktu perencanaan, pelaksanan dan pertanggungjawaban anggaran sehingga tidak menimbulkan persoalan.
FPG juga mengingatkan pemerintah untuk menertibkan semua belanja penyertaan modal/investasi baik yang sudah dilakukan di tahun anggaran sebelumnya maupun di tahun anggaran 2008 dalam bentuk peraturan daerah tersendiri, terpisah dari Perda APBD.
Fraksi PDIP dalam pendapat akhir yang dibacakan Kornelis Soi, S.H, menyambut baik penetapan APBD 2008 lebih cepat dari penetapan APBD tahun 2007. Namun PDIP menyangsikan pelaksanaannya apakah tepat waktu? Semua itu tergantung kesungguhan semua komponen. F-PDIP juga meminta agar petunjuk teknis pelaksanaan APBD 2008 segera mungkin dibuat dan disampaikan kepada pemerintah kabupaten/kota.
Fraksi PDS menyatakan, dari segi administrasi, Dewan berhasil menjalankan amanat regulasi yang mensyaratkan penyelesaian pembahasan RAPBD sebelum memasuki tahun 2008. "Namun apakah itu sudah menjawab berbagai persoalan mendasar pembangunan di daerah ini," tanya PDS.
Sehubungan dengan defisit anggaran, Fraksi PPDI dalam pendapat akhirnya yang dibacakan M Jack Kasman, S.IP, meminta pemerintah untuk selalu melakukan efisiensi dalam berbagai kegiatan, namun tetap memperhatikan efektivitas.
Fraksi PPDI juga menyoroti penetapan target penerimaan PAD tahun 2008 sebesar Rp 204.244.060,000, karena lebih rendah dari realisasi PAD per Oktober 2007 sebesar Rp 224,03 miliar. F-PDIP meminta agar perlu dilakukan revisi terhadap target PAD tahun 2008. *


APBD NTT 2008
1. Pendapatan Rp 930.007.200.000
2. Belanja Rp 1.052.620.458.004
Defisit Rp 122.613.258.004
3. Pembiayaan
- Penerimaan Rp 144.613.258.004
- Pengeluaran Rp 22.000.000.000
- Pembiayaan Rp 122.613.258.004
4. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp 930.007.200.000,
terdiridari:
- Pajak daerah Rp 121.962.258.400
- Retribusi daerah Rp 32.228.430.250
- Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp 14.500.000.000
- Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Rp 35.553.371.350
5. Dana perimbangan terdiri dari jenis pendapatan
- Dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak Rp 52.585.340.000
- Dana alokasi umum Rp 616.601.800.000
- Dana alokasi khusus Rp 42.576.000.000
6. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
- Dana darurat sejumlah Rp 14.000.000.000
7. Belanja daerah terdiri dari
- Belanja tidak langsung Rp 508.649.174.018
- Belanja langsung Rp 543.971.283.986 Read More...

Tebar bakar, bumi Timor kian merana

Oleh Yan Meko *
Spirit NTT, 24-31 Desember 2007


BUKIT Haumeni, pedalaman Pulau Timor, suatu hari di bulan Oktober 2007. Matahari telah meninggi, asap membubung tinggi. Bunyi ledakan terdengar bertubi-tubi pertanda api telah menjalari kawasan hutan bambu. Hamparan padang rumput dan perbukitan yang ditumbuhi pohon kemiri, ampupu dan semak belukar juga tidak luput dari amukan api yang disulut para petani.
Enam pria bertelanjang dada mengumpulkan batang-batang bambu dan kayu yang terbakar menggunakan galah bambu yang diberi besi pada ujungnya. Wajah mereka tampak menghitam akibat sengatan sinar matahari dan panas api.
Pemandangan orang membakar lahan untuk membuka kebun bisa disaksikan tiap tahun di Timor pada awal hingga pertengahan bulan Oktober, hari-hari akhir musim kemarau.
Bulan November biasanya hujan mulai membasahi bumi Timor yang kering kerontang sejak April hingga Oktober. Orang Timor membakar lahan di bulan Oktober untuk menyambut datangnya hujan menghidupi tanaman pertanian. Tapi tibanya musim hujan tidak selalu menggembirakan. Kerap hujan hanya turun beberapa hari kemudian lebih sering matahari menyengat. Tanaman padi, jagung dan turis (Cajanus cajan) yang baru tumbuh pun merana, layu dan akhirnya mati. Iklim Timor memang kering, musim hujan pendek dengan intensitas curah hujan rendah. (Curah hujan di Timor 1.300 -1.500 mm per tahun, sangat rendah dibanding curah hujan di Jawa, misalnya, yang rata-rata 3.000 - 4.200 mm per tahun).
Tebas dan bakar
Dari generasi ke generasi, orang-orang Timor menebas dan membakar hutan atau semak belukar untuk berkebun dan juga membakar padang untuk menumbuhkan pucuk rumput bagi ternak. Mereka yakin, lahan harus dibakar agar menjadi subur untuk ditanami jagung, turis, kacang panjang, ubikayu dan juga padi ladang.
Di musim kemarau, padang rumput yang kuning mengering juga harus dibakar agar setelah dibasahi embun malam beberapa hari muncul pucuk hijau yang akan menjadi makanan sapi, kambing dan kuda.
"Kami harus bekerja seperti ini untuk bisa bertahan hidup. Tebas dan bakar kami lakukan tiap tahun. Sebagai petani di Timor kami sengsara, tapi lebih baik sengsara daripada mati kelaparan," ujar Yosef Kefi, seorang pria ubanan.
Pernyataan Yosef terdengar polos. Dia tidak tampak menyadari dampak membakar lahan dan hutan terhadap lingkungan hidup. Yang ada dalam benaknya adalah hasil jangka pendek, bagaimana kebun harus segera ditanami, tanaman bertahan hidup menghasilkan panen sebelum kemarau memanggang bumi Timor. Yosef dan petani-petani Timor masih terus main tebas dan bakar setiap penghujung musim kemarau.
Sumur mengering
Tidak jauh dari lokasi tebas bakar milik Yosef dan beberapa warga lainnya, terdapat sebuah sumur tua yang airnya hanya setinggi sekitar 10 cm. Air sumur itu menjadi rebutan warga desa itu yang berjumlah 320 KK. Tidak heran, sering kali mereka terlibat adu mulut bahkan tak jarang terjadi perkelahian karena ada yang menyerobot giliran.
Di siang hari lokasi itu ramai seperti pasar. Di malam hari warga terus berdatangan membawa obor, pelita bahkan lampu gas. Sumur itu selalu ramai siang maupun malam.
Kendati tempat itu oleh sebagian warga dinilai angker, tetapi daripada mati kehausan, warga akhirnya melawan rasa takut dan menanti giliran timba sejak malam hingga pagi hari.
Di sekitar sumur itu hanya terdapat tiga pohon beringin dan sebatang pohon jambu air yang mungkin sudah berumur ratusan tahun. Empat pohon itulah yang tetap kokoh berdiri, akar-akarnya menangkap air hujan untuk sumur tua. Pohon-pohon lain sudah lenyap ditebang, atau tinggal sisa-sisa batang yang menghitam akibat dibakar warga.
Sumur itu peninggalan bangsa Belanda sejak tahun 1920. Dulu air sumur dapat ditimba langsung dengan ember atau tabung bambu. Namun sejak 15 tahun lalu ketika kawasan hutan di sekitar daerah ini dibabat warga, air sumur tiba-tiba menyusut. "Pada bulan-bulan seperti ini kita harus turun ke dasar sumur sedalam empat meter dan menimba dengan menggunakan gayung karena airnya tidak dalam lagi. Kami sering berkelahi karena berebut air," tutur Ny. Lake.
Praktek tebas bakar untuk mempersiapkan kebun ini telah menjerumuskan warga dalam beragam bencana. Mereka menginginkan hasil jagung, padi, ubikayu, tetapi menyepelekan sumber-sumber air yang terus merosot debitnya. Akibat langsungnya, anak-anak sekitar wilayah itu menderita berbagai penyakit kulit karena jarang mandi. Diare atau muntaber juga menjadi langganan ratusan balita di desa itu lantaran sanitasi lingkungan yang buruk.
Desa Haumeni, Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini adalah contoh potret buram dari 163 desa/kelurahan di kabupaten itu. Kabupaten TTU yang terletak di tengah-tengah Pulau Timor, menjadi indikator dalam setiap pembicaraan publik terkait lingkungan hidup di Pulau Timor.
Kalau tebas bakar rutin terjadi di wilayah ini maka pulau Timor akan alami kekeringan panjang dan atau sebaliknya muncul banjir besar seperti yang pernah menenggelamkan puluhan desa di kabupaten tetangga, Belu dan Timor Tengah Selatan (TTS).
Nasib Gunung Mutis
Wilayah TTU seperti umumnya daratan Timor bersuhu udara panas antara 28 sampai 36 derajat Celcius. Tapi ada juga wilayah yang sejuk, bahkan dingin belasan derajat Celcius, misalnya kawasan gunung atau dataran tinggi.
Di wilayah ini menjulang gunung Mutis, gunung tertinggi di pulau Timor. Di gunung Mutis yang tingginya 2.427 meter di atas permukaan laut ini tumbuh berbagai flora khas Timor antara lain pohon ampupu (Eucalyptus urophylla), hue (Eucalyptus alba), natbona ( Pittospermum timorensis), habubesi (Olea paniculata), cendana (Santalum album). Fauna penghuni kawasan gunung Mutis antara lain betet timor (Apromictu jonguilaceus), punai timor (Treon psittacea), kuskus (Phalanger orientals), ular sanca timor (Phyton timorensis). Gunung Mutis yang sudah dijadikan Taman Nasional sering dijuluki Ibunya pulau Timor.
Menurut data World Wide Fund (WWF), di kawasan gunung Mutis yang terletak dalam wilayah kabupaten TTU dan TTS, pada tahun 1980-an terdapat sekitar 400 titik sumber air. Tapi kini, di gunung Mutis, tempat berhulu tiga sungai besar yakni Noelmina, Benanain dan Oebesi, hanya tersisa sekitar 40 titik sumber air.
Penebangan liar merusak hutan kawasan konservasi dan daerah tangkapan air
menyebabkan sumber-sumber air mengering. Sebagian dari sekitar 46.000 petani dan peternak yang tinggal di sekitar Taman Nasional Gunung Mutis masih terus menebas hutan dan membakar bumi secara sporadis. Dengan meluasnya pemilikan gergaji mesin (chain saw) yang oleh lidah orang Timor disebut sensor, pohon-pohon besar terus bertumbangan.
"Berbicara tentang petani pulau Timor berarti kita berbicara tentang alienasi ekologis. Petani sekarang hidup tanpa aturan, mereka main tebas dan bakar, menyepelekan tatanan adat dan UU Lingkungan Hidup. Dulu petani Timor dikendalikan oleh seorang Tobe ( kepala sub suku). Tobe biasanya mengarahkan warga untuk membuka lahan di satu lokasi tertentu saja, tentu dengan berbagai pertimbangaan. Tapi kini fungsi Tobe sudah tidak ada lagi bersamaan dengan pudarnya peranan lembaga adat," jelas Willi Silab, pengamat lingkungan di TTU sembari memperlihatkan tulisannya mengenai lingkungan hidup.
Terpaksa makan putak
Kemarau yang panjang dan munculnya hama belalang di bagian pesisir wilayah TTU yang didiami oleh warga sembilan desa telah melumpuhkan upaya warga untuk mendapat hasil tani ladang atau sawah. Warga terpaksa berbondong-bondong menebang pohon gewang (Corypha elata), mengupas kulitnya dan mengambil serat batangnya (putak) untuk dijadikan makanan.
Putak itu dicincang kemudian dijemur lalu ditumbuk hingga menghasilkan tepung. Selembar seng yang dilubangi menggunakan paku dijadikan saringan, karena itu tepung yang tersaring cendrung kasar. Tepung kasar itu dicampur lagi dengan parutan kelapa lalu dibakar atau direbus untuk dimakan warga segala umur. Pencernaan balita yang belum begitu kuat menyebabkan banyak yang menderita diare, kurang gizi lalu busung lapar (marasmus). Putak yang biasanya untuk makanan ternak babi, kini malah jadi santapan manusia di kawasan pantai utara kabupaten Timor Tengah Utara.
Tahun ini, hingga September 2007 menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten TTU, sudah tercatat 7.267 balita menderita kurang gizi, 1.466 balita menderita gizi buruk dan 35 balita menderita gizi buruk dengan kelainan klinis dan 7 balita lainnya meninggal.
Semua ini dampak dari pemanasan global dan perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi oleh para petani Timor. Mereka main tebas bakar, ikut memberi andil pada perubahan iklim. Sering di musim hujan malah hujan tidak turun-turun hingga tanaman pertanian layu dan mati meranggas. Para petani harus mengubah pola pertanian dengan berkebun tetap.
"Tanah atau ladang tidak boleh lagi dibakar tetapi diluku saja. Sudah saatnya petani melakukan sekali tanam tetapi panen berulang-ulang. Perkebunan adalah langkah yang tepat untuk petani Timor. Terasering, olah lubang dan olah jalur adalah alternatif untuk menyuburkan tanah," tutur Yohannes Donbosco Nuwa, aktivis lingkungan hidup yang bergabung dalam Yayasan Mitra Tani Mandiri, Kefamenanu.
Lembayung senja telah menghiasi angkasa bagian barat pulau Timor, bersamaan dengan itu Yosef Kefi dan teman-temannya telah selesai membakar lahan. Sebuah obor bambu juga sudah terpasang di sekitar sumur tua peninggalan Belanda itu. Yosef kembali mengantre air bersama ratusan warga lainnya. Hari itu, Sabtu,13 Oktober 2007, sepotong bumi Timor telah dibakar. Galah bambu milik para petani digantungkan kembali di samping rumah. Namun ribuan balita TTU masih akan terus menderita diare dan kurang gizi. Pemanasan global dan perubahan iklim berdampak pada sektor pertanian dan kesehatan menyebabkan kematian anak-cucu manusia karena kurang gizi, kelaparan dan penyakit.
Menyaksikan berbagai kegiatan manusia di pedalaman Timor yang tidak ramah
lingkungan, muncul pertanyaan: Masih mungkinkah lahan pertanian kabupaten Timor Tengah Utara yang seluas 74.308 ha, perkebunan seluas 8.440 ha, hutan seluas 69.325 ha serta padang rumput seluas 74.071 ha bisa dilestarikan?
Sebelum terlambat, bumi Timor harus diselamatkan dengan kesadaran sendiri. Di sini seruan para pemerhati lingkungan hidup perlu didengar. Petani perlu pendampingan agar kembali mencintai lingkungannya, diberi pengetahuan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim harus dihadapi dengan langkah adaptasi dan mitigasi. Main tebas dan bakar dan main tebang pohon bukan cara yang cerdas dan bijak menghadapi iklim yang semakin tidak ramah.
Semuanya harus bersama-sama berpikir dan bertindak menyelamatkan Bumi. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), panel para ilmuwan untuk perubahan iklim mengingatkan, usia planet Bumi tinggal 70-100 tahun lagi bila tidak ada perubahan perilaku dan upaya bersama umat manusia meredam laju pemanasan global. Semua harus bersama-sama berpikir dan bertindak menyelamatkan Bumi dan tentu saja tanah Timor. Mumpung masih ada kesempatan buat kita.., begitulah penggalan syair lagu Ebiet G Ade. Jangan sampai terlambat, jangan sampai kesempatan yang masih ada hilang. * Penulis, wartawan NTT Online di Kefamenanu, TTU
Read More...

Memanggil vs mengundang

Oleh Taufiq Effendi *
Spirit NTT 24-31 Desember 2007

MEMANGGIL dan mengundang, dua kata yang memiliki makna hampir sama, yaitu menyuruh, memerintah, mengharapkan, memohon seseorang atau suatu kelompok organisasi untuk datang di suatu tempat, pada jam tertentu, atau pada acara tertentu.
Yang membedakan hanyalah 'rasa' dan 'perasaan' saja. Apapun, kata-kata yang keluar dari mulut kita memiliki implikasi yang tajam, baik secara positif maupun negatif. Karena kata-kata seseorang bisa menjadi celaka atau sebaliknya. Karenanya juga seseorang bisa berwibawa atau papa terhina.
Karena itu, berhatihatilah dengan kata-kata. 'Mulutmu adalah harimaumu,' begitu pepatah mengatakan. Agar kata-kata yang keluar dari mulut kita bisa menyelamatkan (diri kita dan orang lain), aspek 'perasaan' ketika mengeluarkan kata-kata menjadi penting. Tapi siapa yang peduli dengan perasaan? Coba kita perhatikan bersama, kalau kita menggunakan kata 'mengundang', misalnya kami 'mengundang' bapak/ ibu untuk hadir dalam acara pertemuan mingguan.
Biasanya, orang yang diundang menjadi senang, gembira, dan bahagia.Tetapi kalau kita menggunakan kata 'memanggil', orang yang dipanggil bisa kaget, penuh tanda tanya. Ada apa gerangan, salah apa saya, dan pertanyaan-pertanyaan lain bernada gelisah, termasuk pertanyaan ada apa dengan si Bos, apa saya berbuat salah? Mengapa?
Karena kata 'memanggil' mengandung makna antara yang memanggil dan yang dipanggil ada selisih derajat, entah lebih tua, lebih kaya, atau lebih kuasa, paling tidak merasa lebih tua atau merasa lebih kuasa. Karenanya, perasaan orang yang dipanggil macam-macam. Bisa jadi muncul pertanyaan apa mau dikasih duit? atau apa akan dimarahi?.
Perasaan yang kedua ini biasanya lebih dominan. Datang memenuhi panggilan pun dalam keadaan waswas. Sebaliknya, kata 'mengundang' mengandung makna antara yang mengundang dan yang diundang memiliki kesamaan tingkat, satu derajat, setingkat, cs, friend, sobat, dan semua yang bernuansa persahabatan. Karenanya, orang yang menerima undangan pun merasa senang dan bangga karena merasa dihormati atau diajeni sehingga dia akan datang dengan penuh sukacita.
Gunakan diksi secara tepat
Masalahnya, bila keduanya tidak ada perbedaan tingkat, alias satu level, satu derajat, satu pangkat, satu usia, tapi menggunakan kata 'memanggil', padahal seharusnya menggunakan kata 'mengundang.' Jika hal ini terjadi, orang yang dipanggil pasti merasa kurang nyaman, lalu muncul pertanyaan, 'Ada apa, emangnya siapa elu pake panggil gua?'
Masalah akan menjadi semakin pelik jika ternyata penggunaan kata 'memanggil' untuk orang lain yang setingkat itu dilakukan secara sadar dan sengaja. Orang akan menilai dan bertanya apa panggilan itu sengaja untuk merendahkan, menghina, atau karena sombong, arogan, angkuh, congkak, tinggi hati, dan sebagainya. Banyak motif yang melatarbelakangi penggunaan diksi secara tidak tepat.
Bisa jadi karena kepentingan biar dinilai keren, membuat orang lain takut, biar orang lain pada takut, termasuk agar orang lain tahu siapa yang 'memanggil.' Tetapi apa pun motifnya, menempatkan kata-kata secara tidak tepat hanya akan membuat diri kita dinilai negatif oleh orang lain. Tentu kita tidak menginginkan penilaian negatif itu terjadi pada diri kita.
Karena itu gunakanlah pilihan kata atau diksi secara tepat. Di situlah kita akan dihargai orang lain. Pepatah Jawa mengatakan, 'Ajining diri soko lati, ajining rogo soko busono.' Artinya, diri kita akan dihormati oleh orang lain karena tutur kita, dan raga atau fisik kita akan dihormati oleh orang lain karena tata cara kita berpakaian.
Maaf asumsi di atas vulgar. Tapi kalau prasangka ini benar, maka maksud menggunakan kata-kata secara tidak tepat (biar dinilai serba hebat dan jagoan) itu tidak cocok dengan budaya kita sebagai orang Timur yang terkenal halus budi bahasanya, tinggi sopan santunnya, lemah lembut, terkenal punya tata krama yang tinggi.
Kita sebagai orang timur punya etika tentang bagaimana cara berbicara dengan yang setingkat, kepada atasan, kepada bawahan. Ada kromo inggil, ada madyo, dan ada ngoko. Maaf kalau penggunaan istilah Jawa ini kurang tepat karena memang saya bukan ahli bahasa Jawa. Kalau kita pernah menonton film My Fair Lady, kita akan tahu bahwa kemampuan berbahasa seseorang (penggunaan kata yang tepat) itu menunjukkan tingkat intelektualitas seseorang.
Karena penggunaan bahasa, bisa jadi seseorang yang dilahirkan dan dibesarkan di kota, tamatan universitas yang punya nama, tapi bisa dibilang ndeso atau kampungan karena cara bicaranya sembrono, ucapannya tidak pas, intonasinya kurang tepat, kapan menggunakan nada tinggi, sedang, rendah, dan temponya tidak pas. Sebaliknya, walaupun seseorang lahir dan besar di desa, tetapi tata cara berbahasanya bagus, maka dia akan dinilai sebagai orang 'berpendidikan'.
Perlu menjadi catatan bersama bahwa tata cara berbahasa ini sangat prominent, penting,tidak bisa diabaikan dalam pergaulan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Kelihatannya apa yang saya ungkapkan ini sangat sederhana atau bisa dianggap mengada-ada. Bahkan mungkin akan ada yang bilang, Ah, soal sepele kok diributkan.
Tapi saudaraku, hal yang ingin saya katakan lebih lanjut dalam tulisan ini adalah bahwa ini bukan sekadar bahasa, tetapi fenomena bangsa. Saya yakin, apa yang saya uraikan di atas belum terjadi di negeri kita, karena kita kan orangnya sopan-sopan. Saya hanya khawatir kalau hal yang saya risaukan terjadi di kemudian hari. Mohon maaf, tulisan ini fiksi semata, hanya ekspresi sebuah ketakutan belaka. *
* Penulis, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dikutip dari Koran Sindo (bentara online)
Read More...

Alak dan Kelapa Lima terima dana transport

Laporan Thomas Duran, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Sebanyak 473 dari 962 rumah tangga sangat miskin (RTSM) di Kecamatan Alak dan Kelapa Lima, Kota Kupang menerima bantuan dana transportasi tahap pertama dari Departemen Sosial (Depsos). Bantuan ini diterima dalam bentuk wesel pos melalui PT Pos Indonesia (Posindo) Kupang.
Kepala PT Pos Indonesia Kupang, John FP Saragih, mengatakan hal ini kepada SPIRIT NTT di ruang kerjanya, Sabtu (15/12/2207). Menurut Saragih, penyerahan bantuan dana transportasi kepada RTSM ini dilakukan pada awal Desember 2007. Sedangkan tahap kedua sebelum tanggal 25 Desember 2007.
Ia mengatakan bahwa dana transportasi ini diserahkan kepada ibu hamil dan bayi untuk pemeriksaan ke posyandu. Bantuan tahap pertama ini, menurut dia, untuk Kecamatan Alak sebanyak 225 dan Kecamatan Kelapa Lima sebanyak 248 RTSM. Jumlah bantuan itu berkisar Rp 300.000,00 hingga Rp 800.000,00.
Sementara Ketua Tim Program Keluarga Harapan (PKH) Pusat, Ny. Srikusniati, saat ditemui di Puskesmas Alak, Jumat (14/12/2007), mengatakan, tujuan PKH untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan memutuskan mata rantai kemiskinan untuk jangka panjang. *
Read More...

Tarian Caci meriahkan peresmian fasilitas Taman Nasional Komodo

Laporan Oby Lewanmeru, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

LABUAN BAJO, SPIRIT--Tarian Caci memeriahkan peresmian sejumlah fasilitas pengunjung di Loh Liang, Pulau Komodo, Taman Nasional Komodo (TNK), Sabtu (15/12/2007). Peresmian dilakukan Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Wisata Alam (PJLWA), Hilman Nugroho mewakili Direktur Jenderal (Dirjen) Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan (Dephut), Made Subadia.
Disaksikan SPIRIT NTT di Loh Liang, Pulau Komodo, Sabtu (15/12/2007), acara peresmian berlangsung cukup meriah, diisi tarian Caci yang dibawakan siswa SMK Negeri 1 Labuan Bajo, tarian Aru Gele oleh warga Pulau Komodo dan atraksi lagu mars Komodo oleh murid SDN Pulau Komodo.
Hadir, Presiden Direktur PT Putri Naga Komodo (PNK), Rili Djohani, Bupati Manggarai Barat, Drs. Fidelis Pranda, Wabup, Drs. Gusti Dula, Wakil Ketua DPRD Mabar, Ambrosius Janggat, Dandim 1612/Manggarai, Letkol (Inf) Bambang AS, Kacabjari, Dwi Agus Afrianto, S.H serta sejumlah undangan.
Dirjen PHKA dalam sambutannya yang dibacakan Direktur PJLWA, Hilman Nugroho, mengatakan, kawasan TNK merupakan warisan dunia yang perlu dilestarikan agar tetap menjadi suatu kawasan atau taman nasional yang layak dikunjungi.
Nugroho mengatakan, dalam mengelola kawasan TNK, Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) didukung PT PNK dan memilki izin konsensi secara resmi."Adanya berbagai kegiatan dalam kawasan ini termasuk pembangunan fasilitas pengunjung turut membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat yang pada akhirnya berdampak pada pendapatan daerah," katanya.
Kehadiran PT PNK, menurut Nugroho, prinsipnya untuk membantu BTNK mendukung pengelolaan kawasan TNK dan dalam perjalanannya upaya dukungan ini berkembang menjadi manajemen kolaborasi atau insiatif pengelolaan TNK secara kolaborasi. Dalam manajemen ini, terlibat pula pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan (stake holder).
"PNK khusus membantu BTNK untuk mencari alternatif pendanaan atau alternatif sumber pendanaan untuk mengelola kawasan ini. PNK adalah suatu lembaga yang bergerak di bidang konservasi serta memiliki izin pengelolaan pariwisata alam (IPPA) dari Dephut," katanya.
Presiden Direktur PT PNK, Rili Djohani mengatakan, pembangunan fasilitas pengunjung merupakan pembangunan tahap I. Fasilitas yang dibangun berupa area penerimaan tamu, restoran dan gerai sovenir yang diperuntukan bagi para pengrajin untuk menjual kerajinan mereka.
"Kami terus berupaya meningkatkan pelayanan demi kepuasan pengunjung pengunjung situs warisan dunia ini dan merupakan satu permata paling berharga di sektor pariwisata di Indonesia. Visi kami menjadikan TNK sebagai tujuan wisata berkelas dunia dan mendukung upaya konservasi yang dilakukan Dephut ," kata Rili.
Beberapa kegiatan, lanjutnya, telah dilakukan diantaranya penyadaran masyarakat, monitoring dan pemberlakuan larangan penangkapan ikan dengan bom.
Bupati Mabar, Drs. Fidelis Pranda, pada kesempatan itu, mengatakan, adanya manajemen kolaborasi yang diterapkan dalam pengelolaan TNK cukup memberikan perubahan terutama dalam bidang konservasi dan pemberdayaan masyarakat setempat. *
Read More...

Amankan Natal-Tahun Baru, polisi agar bersikap santun

Laporan Oby Lewanmeru, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

LABUAN BAJO, SPIRIT--Mengamankan Hari Raya Natal 25 Desember 2007 dan Tahun Baru 2008, Kepolisian Resor (Polres) Manggarai Barat (Mabar) mengerahkan 263 personel. Pengamanan dilakukan sampai tanggal 2 Januari 2008 untuk menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif bagi pelaksanaan hari raya keagamaan. Warga mengharapkan agar polisi melakukan pengamanan dengan santun.
Kapolres Mabar, AKBP Butje Hello, menyampaikan hal itu ketika ditemui SPIRIT NTT usai memimpin apel pengamanan di Lapangan Mapolres setempat, Rabu (19/12/2007). Hadir dalam apel, Wakil Bupati, Drs. Gusti Dula, Kacabjari, Dwi Agus Arfianto, S,H, para pejabat lingkup Pemkab mabar. Apel siaga diikuti prajurit TNI, Satpolair, Sat Pol PP dan Dinas Pehubungan Mabar.
Menurut AKBP Butje, ke 263 personel yang diterjunkan untuk melakukan pengamanan itu terdiri dari aparat kepolisian, TNI-AD dan AL, Satpol PP dan aparat Dishub setempat.
"Personel itu akan ditempatkan pada sejumlah lokasi yang dinilai rawan dan merupakan konsentrasi masyarakat seperti pasar, supermaket, hotel/penginapan, pelabuhan laut dan udara, terminal dan tempat hiburan malam. Kita juga akan buat pos pengaman polisi di sejumlah titik, terutama di depan tempat ibadah," kata Butje.
Dia mengakui, personel yang ada akan ditempatkan pada lokasi rawan macet lalu lintas untuk memperlancar arus transportasi. Apalagi, Kota Labuan Bajo adalah jalur terbuka dan merupakan pintu masuk yang cukup strategis sehingga pihaknya akan memperketat pintu masuk, terutama di pelabuhan laut.
"Imbauan ini juga sesuai instruksi bapak Kapolri agar dalam pelaksanaan tugas di lapagan harus menunjukkan sikap sopan santun dan ramah kepada semua orang dan harus berani mengambil tindakan awal," katanya.
Sementara Kepala Bagian Operasional (Kabag OPS) Polres Mabar, AKP Viktor Jemadu, selaku penanggungjawab lapangan, mengatakan, semua personel yang dilibatkan sebelumnya telah melakukan Operasi Zebra untuk menciptakan kondisi yang aman dan kondusif.
"Dalam operasi kita terapkan sistem Unit Kerja Lengkap (UKL) dan tiap UKL harus bertanggung jawab kepada Kabag Ops," kata Jemadu. *
Read More...

RAPBD Kabupaten Kupang 2008 senilai Rp 509 miliar

Laporan PDE Kabupaten Kupang, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT-- Pemerintah dan DPRD Kabupaten Kupang sepakat menetapkan rancangan anggaran dan belanja daerah (APBD) setempat tahun anggaran 2008 pada Sidang V DPRD Kabupaten Kupang yang ditutup, Jumat (30/11/2007).
Dalam rancangan APBD itu ditetapkan rencana pendapatan daerah sebesar Rp 509.025.053.658,00; rencana belanja daerah sebesar Rp 627.482.127.568,00; surplus/defisit sebesar Rp (118.457.074.000); pembiayaan daerah khususnya rencanaan penerimaan sebesar Rp 134.157.074.000,00 dan pengeluaran sebesar Rp 15.700.000.000,00.
"Kita bersyukur karena penetapan kesepakatan bersama ini dapat kita lakukan tepat waktu sesuai ketentuan yang berlaku. Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat tergantung pada komitmen moral para pelaksana untuk mau memanfaatkan setiap dana secara jujur dan bertanggung jawab," ujar Ketua DPRD Kabupaten Kupang, Ny. W Tabais-Kefan.
Sementara Bupati Kupang, Drs. IA Medah, dalam sambutannya, menyatakan,
pemerintah telah memberikan sensiblitas dan responsibilitas yang tinggi terhadap setiap aspirasi dan kebutuhan masyarakat daerah ini. "Pembahasan RAPBD 2008 selama dua minggu kelihatannya cukup alot dengan argumentasi-argumentasi yang mendasar. Semua itu tidak terlepas dari upaya kita untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat," tegas Medah.
Agar APBD 2008 memberi manfaat yang optimal kepada masyarakat, Bupati Medah meminta seluruh jajaran eksekutif agar bekerja dalam koridor kepentingan masyarakat dan koridor hukum/taat asas untuk melakukan pengamanan terhadap setiap program yang digulirkan. Dengan demikian, katanya, apa yang kita laksanakan mempunyai daya ungkit dan nilai lebih bagi masyarakat.
Bupati Medah juga meminta semua pimpinan satuan kerja perangkat daerah untuk melakukan fungsi pengawasan melekat dengan melakukan kontrol setiap saat pada staf pengelola keuangan di satuan kerja masing-masing agar anggaran yang telah dialokasikan digunakan secara tepat sesuai rencana.
Dalam Rapat Paripurna V DPRD Kabupaten Kupang tanggal 29 November 2007 telah disetujui Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD 2008 yang selanjutnya telah dimuat dalam Berita Acara No.11 Tahun 2007 dan No. 14/DPRD/2007 tentang Persetujuan Bersama Bupati Kupang Dan DPRD Kabupaten Kupang soal Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2008 sebagai berikut: (1) pendapatan Rp. 509.025.053.568,00 (2) belanja daerah Rp 627.482.127.568,00; surplus defisit Rp (118.457.074.000,00) (3) pembiayaan daerah (a) penerimaan Rp 134.157.074.000,00 (b) pengeluaran Rp 15.700.000.000,00, pembiayaan netto Rp (118.457.074.000,00).*
Read More...

Camat Kupang Timur lantik Kades Nunkurus

Laporan Humas Kabupaten Kupang, Spirit NTT 24-31 Desember 2007

KUPANG, SPIRIT--Camat Kupang Timur, Drs. SD Pakereng, M. Si, atas nama Bupati Kupang, melantik dan mengambil sumpah Kepala Desa Nunkurus, Karel Foes, di Balai Pertemuan Dusun Laus, Desa Nunkurus, Senin (10/11/2007). Foes sudah terpilih sejak tanggal 22 Oktober 2007 melalui pilkades yang berlangsung demokratis. Sebelumnya Desa Nunkurus dipimpin kades caretaker.
Dalam pilkades itu, Foes berhasil menyisihkan tujuh kandidat lainya dengan mengoleksi 312 suara dari total jumlah pemilih 1.193 orang.
Camat Kupang Timur, Drs. SD Pakereng, M.Si, dalam sambutannya, mengatakan,
proses pemilihan Kepala Desa Nunkurus menelan waktu panjang sejak tahun 2006 lalu. Dalam prosesnya, Camat Samuel Pakereng mengambil sikap melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan BPD, dalam rangka mengatasi polemik yang terjadi.
Menurut Camat Pakereng, pendekatan yang dilakukan berulang-ulang kali membuahkan hasil sehingga tanggal 22 Oktober 2007 dilakukan pemilihan Kepala Desa Nunkurus secara demokratis. "Saat ini kita melakukan pelantikan dan pengambilan sumpah Kepala Desa Nunkurus sebagai pertanda bahwa masyarakat Desa Nunkurus telah memahami pentingnya kehadiran seorang pemimpin di desa," katanya.
Dikatakannya, walaupun dalam proses pemilihan sebagian masyarakat mengajukan protes, namun setelah diklarifikasi oleh Asisten Pemerintahan Setda Kabupaten Kupang pada akhirnya Bupati Kupang mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pengangkatan calon terpilih atas nama Karel Foes sebagai kepala desa definitif periode 2007-2013.
Camat Kupang Timur mengharapkan agar kades yang baru sebaiknya merangkul masyarakat sehingga berbagai program yang dicanangkan dicapai maksimal, terutama program di bidang pendidikan dan kesehatan. Sebab, kedua program tersebut merupakan prioritas di Kabupaten Kupang.
"Kades harus menampilkan diri sebagai panutan masyarakat karena semua program dapat berjalan baik apabila didukung semua komponen masyarakat," katanya. Pengambilan sumpah dan pelantikan ditutup doa bersama Pdt. Malelak. *
Bupati Medah lantik Kades Kesehatan dan Asisten II
KUPANG, SPIRIT--Bupati Kupang, Drs. IA Medah, melantik dan mengambil sumpah dr. Ari Widjana, M.Si menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang dan Drs. Imanuel Pelokila sebagai Asisten Administrasi Umum atau Asisten III.
Sebelumnya dr. Ari menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, sedangkan Drs. Imanuel Pelokila menjabat sebagai Kepala Bagian Keuangan Setda Kabupaten Kupang.
Pelantikan dan pengambilan sumpah berlangsung di Ruang Rapat Kantor Bupati Kupang, Sabtu (8/12/2007), dihadiri para saksi dan rohaniawan, para kepala dinas, badan, bagian lingkup Setda Kabupaten Kupang.
Dalam amanatnya, Bupati Medah berpesan kepada Kepala Dinas Kesehatan agar secara maksimal meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sebab masalah kesehatan merupakan salah satu dari lima program Pemerintah Kabupaten Kupang yang menjadi prioritas.
Kepada Asisten II yang baru dilantik, Bupati Medah juga berpesan agar dalam melakonkan peran yang membawahi bagian keuangan, bagian umum, dan bagian perlengkapan dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Bupati Medah mengakui bahwa persoalan keuangan semakin pelik di seluruh Indonesia termasuk Kabupaten Kupang sehingga kemampuan staf pada tataran paling bawah ternyata belum mampu menyesuaikannya dengan regulasi yang baru.
Dengan demikian, kata Bupati Medah, masalah keuangan membutuhkan pembenahan-pembenahan yang berkelanjutan karena apa yang kita lakukan sejak tahun 2001 atau sejak bergulirnya otonomi daerah selama enam tahun,
ternyata masih banyak persoalan-persoalan.
Bupati Medah menginginkan agar asisten Administrasi Umum dan Kadis Kesehatan yang baru dilantik agar secara konseptual, fungsi koordinasi, perlu ditingkatkan pada tataran lapangan yang berkaitan dengan pelayanan dasar kepada masyarakat.
Bupati Medah mengharapkan kedua pejabat dapat meningkatkan kompetensi diri sehingga dapat menjalankan fungsi dan tugas pada satuan kerjanya dengan baik dan menumbuhkan gairah kerja bagi staf di bawahnya. (humas kabupaten kupang)
Usias Amheka pimpin Desa Fatuteta
KUPANG, SPIRIT--Bupati Kupang, Drs. IA Medah, melantik dan mengambil sumpah Drs. Usias Amheka untuk memimpin Desa Fatuteta, di Gedung Gereja Betel, Desa Fatuteta, Kecamatan Amabi Oefeto, Selasa (4/12/2007).
Dalam sambutannya, Bupati Kupang, Drs. IA Medah, mengatakan, dengan sadar kita dipakai oleh Tuhan untuk memilih Saudara Amheka menjadi Kepala Desa Fatuteta. "Pada waktu pemilihan mungkin terjadi kbperpihakan-keberpihakan, dan itulah namanya demokrasi. Semua itu harus ditinggalkan, kita harus mendukung kades yang dilantik ini," tegas Bupati Medah.
Demokrasi, kata Medah, adalah suatu proses yang kita lakukan untuk memilih dan menetapkan siapa yang kita inginkan menjadi pemimpin. "Setelah proses itu berakhir dan terpilihnya kepala desa, maka kelompok-kelompok yang tadinya menentukan calon lain harus bersatu kembali dan melupakan semua yang terjadi serta berfokus pada kepala desa yang terpilih," pinta Medah.
Menyoal dikukuhkannya Paguyuban Adat Desa Fatuteta, Bupati Medah mengharapkan agar kelompok-kelompok adat atau adat-istiadat dan tradisi-tradisi, tetap dipelihara dengan baik. "Kita perlu berusaha agar lembaga-lembaga adat yang ada dihidupkan kembali," ujarnya.
Bupati Medah menyadari bahwa pemeritahan yang ada sekarang adalah pemerintahan yang sifatnya formal. Artinya, pemerintahan yang mengikuti peraturan-peraturan formal yang umumnya ada di negara kita. Menurutnya, kekuatan lain seperti kekuatan adat masih ada dan harus dipelihara dengan baik.
Bupati Medah mengharapkan agar masyarakat mematuhi aturan-aturan di desa dengan catatan tentunya aturan yang positif yang mempercepat pembangunan masyarakat. Hal-hal yang negatif, katanya, tidak boleh dikembangkan karena akan memicu konflik.
"Lembaga adat yang telah dikukuhkan merupakan mitra dalam pembangunan desa dan hendaknya selalu bekerja sama dalam semua aspek sehingga pembangunan yang telah direncanakan atau yang telah disepakati dapat dilaksanakan dengan baik," ujar Bupati Medah.
Pengurus lembaga peguyuban adat Desa Fatuteta adalah Rumpun Keluarga Heka Mnasi diketuai oleh Yohames Amheka; Rumpun Keluarga Hekam Nuka diketuai oleh Mekias Menune; Rumpun keluarga Tumbonat diketuai oleh Fransiskus Taimenes dan Rumpun Keluarga Baitanu diketuai oleh Yohanes Baitanu.
Bupati Medah mengharapkan kepada kepala desa, tokoh masyarakat dan seluruh masyarakat menanam pohon sebanyak-banyaknya karena panas yang dialami saat ini salah satu penyebabnya karena hutan gundul.
"Pada musim hujan saat ini kita harus menanam pohon terutama pohon yang bernilai ekonomis seperti mahoni, jati dan jambu mente. Tanaman-tanaman ini dapat memberikan nilai ekonomis, juga dapat memperbaiki lingkungan sehubungan dengan pemanasan global yang terjadi saat ini," ujar Medah. (humas kabupaten kupang)
Read More...